He’s My Doctor! episode 4

Chapter 4

11
Ulang Tahun Bunda & Rafa

Hari itu tepat tanggal 11 maret, aku pun masih di Bandung saat itu. Masih berada di rumah sakit dan sedang menangani salah satu pasien yang mengalami luka bakar.

Aku sengaja mematikan handphoneku saat itu karena aku sudah meramalkan bahwa bunda akan terus menggangguku hari ini. Mengapa? Karena sampai dengan pagi ini aku masih belum ada di rumah. Aku tak perduli jika orang lain akan sulit menghubungiku, karena sehari sebelumnya aku sudah membuat selebaran yang kusebarkan ke seluruh area rumah sakit dan yang isinya berupa pengumuman bahwa pada hari ini, tanggal 11 maret, nomor handphoneku tak akan aktif dikarenakan sesuatu hal.

Namun bukan berarti aku akan lari dari tanggung jawabku sebagai seorang Dokter. Di pengumuman tersebut sudah aku informasikan bahwa mereka yang membutuhkanku masih bisa menghubungiku dengan cara menghubungi nomor yang sudah kutulis disana. Yap betul, kalau kalian bisa menebaknya. Nomor itu adalah nomor handphone andre. Lantas nomor siapa lagi yang bisa kutulis di situ, selain nomor sahabatku yang satu itu? Sahabat yang bisa aku andalkan kapan saja dan dimana saja.

Tentu saja untuk pengumuman tersebut andre tak boleh tahu. Aku sengaja tak memberikannya selebaran tersebut. Dan tak lupa isi pengumuman di selebaran itu aku tambahkan note: siapapun boleh tahu pengumuman ini terkecuali Dr. Andre Syaifuddin Utomo.

PENGUMUMAN

Dengan ini disampaikan bahwa besok pada tanggal 11 Maret 20XX, saya yang bernama:

RAFA

Tidak dapat ditemukan dan diganggu selama 1×24 jam dikarenakan ada urusan yang luar biasa pentingnya. Hal ini sudah diketahui oleh pimpinan Rumah Sakit dan telah disetujui dengan seikhlas-ikhlasnya.

Untuk itu pemeriksaan rutin yang biasanya saya lakukan pada besok hari tidak dapat saya laksanakan. Namun jika ada hal yang sifatnya sangat URGENT maka saya dengan ikhlas untuk tetap membantu secara “DIWAKILKAN” oleh Dr. Andre Syaifuddin Utomo dengan nomor HP. 081242xxxxx

Demikian saya sampaikan dengan senang hati dan dalam kondisi waras sewarasnya. Atas pengertian dan kerja samanya saya ucapkan NUHUN.

Note: Untuk kesepekatan dan kenyamanan bersama, mohon kerja samanya untuk tidak memberitahukan pengumuman ini ke Dr. Andre.

Andre : Rafa, rafa, coba deh kesini sebentar!?
Rafa : Apa ndre? Kamu gak liat aku sedang sibuk ngurus pasien?
Andre : Hey kalau kamu ngomong begitu lantas bagaimana denganku? Kamu pikir aku gak ada kerjaan? Kamu pikir cuma kamu yang sibuk?
Rafa : Iya tau kok kamu ada kerjaan, tau kok kamu sibuk, kan kamu Dokter. Jawabku kali ini sambil memandangnya.
Andre : Lantas kalau kamu tahu aku juga sibuk, kenapa semua orang, semua pasien-pasienmu bahkan nenek yang jualan cireng di kantin menelponku cuma untuk nanya kamu lagi dimana dan lagi ngapain?
Andre : Memangnya kamu itu anak kecil yang selalu aku tenteng kemana-mana? Atau memangnya kamu itu istriku?

Andre : Lagi dari mana mereka semua tahu nomor teleponku coba!?
Rafa : He he he…

Aku tersenyum padanya kemudian memberikan selebaran yang aku buat kemarin.

Rafa : Maaf ndre, aku lupa ngasih kamu selebaran itu.

Kemudian dia membacanya, membacanya dalam hati sampai dia sadar kalau dia diperlakukan semena-mena disitu, hingga akhirnya dia marah dan secara reflek dia akan membaca kata-kata umpatan yang dibuat sendiri olehnya secara otodidak dengan volume yang kupikir cukup kencang.

Untuk menghindari dirinya semakin mengeluarkan kata-kata umpatan lain, aku langsung menghampirinya dan langsung membisikkan sesuatu di telinganya.
Rafa : Maaf ya ndre, semuanya karena ada alasannya.
Rafa : Sebagai gantinya, kita akan pulang cepat hari ini. Tenang aku sudah mendapatkan pengganti kita sementara.

Andre langsung diam.

Andre : Memangnya kita mau kemana?

Kupikir aku sudah berhasil menjinakkannya, dengan sebuah sogokan pulang cepat.

Rafa : Kita langsung ke Jakarta.
Andre : Jakarta? Ngapain?
Rafa : Udah ikut aja.
Andre : Ya sudahlah. Eh terus ini nasipku bagaimana. Aku kesal kalau tiap 5 menit ada yang mencarimu! Hey hey hey!!!

Andre kembali berteriak padaku karena aku sudah berlari meninggalkannya sebelum dia kembali sadar dengan nomor handphonenya.

Siang menjelang sore waktu itu aku langsung menuju Jakarta bersama andre dan eri. Aku ingin tiba di rumah sebelum malam.
Eri : Mas rafa, kok aku jadi ikut dibawa sih?
Rafa : Iya maaf ya ri, habisnya andre ngambek sama aku dari tadi. Dia baru mau ngomong lagi sama aku setelah kamu kuajakin ikut.
Eri : Ha ha ha, ih pasangan suami-istri ini bisa ribut juga ya. Tapi kenapa urusan rumah tangga kalian jadi bawa-bawa aku?

Eri : Tau gak, aku jadi gak enak sama cindy, karena aku tiba-tiba minta tolong dia gantiin aku.
Rafa : Iya maaf ya, nanti kamu sama cindy aku traktir makan kapan-kapan.
Eri : Yeeeeyy, janji yaaaa?
Rafa : Bungkus bu!
Eri : Ha ha ha

Melihat kami berdua yang asik mengobrol, rupanya ada yang tidak senang.

Andre : Terus kamu anggap apa aku disini jika kamu cuma mengajak eri dan cindy makan bareng?
Rafa : Kamu juga ikut deh, ih ngambekannya gak ilang-ilang nih. Tapi kamu bayar sendiri.
Andre : Hehh! utang-utangmu aja belum kamu bayar, giliran traktir orang aku gak diajak!?

Aku dan eri tertawa mendengar keluhan andre.

Eri : Emang kita mau kemana mas rafa?
Rafa : Ke rumahku. Hari ini bunda dan dilan ulang tahun.

12
Permintaan Bunda

Kami akhirnya tiba dirumahku, tepat jam 6 sore. Bunda yang mendengar suara mobilku langsung keluar rumah dan segera menghampiriku. Aku tahu bahwa bunda akan langsung marah-marah padaku karena aku datang telat dan sengaja mematikan handphoneku. Tetapi untungnya saat itu bunda jadi tak bisa marah setelah melihat kami keluar dari mobil.
Bunda : Ha ha ha ha. Kalian siapa? Maaf saya tidak mengundang badut ke rumah saya hari ini.
Rafa : Ih bunda ih, anak sendiri dibilangin badut.
Bunda : Terus kalian ngapain pake kostum begitu? Yang satu pake kostum batman (aku), terus yang satu pake kostum temennya batman ya? (andre)
Rafa : Itu kostum robin bunda, namanya andre teman kantor rafa.
Bunda : Ah iya robin (sambil mengajak bersalaman dengan andre). Salam kenal ya andre, terima kasih udah mau datang. Dan wanita ini siapa namanya? Teman kantor rafa juga? Cantik.

Eri : Terima kasih bunda, nama saya Eri. Jawab eri sambil tersipu malu.
Bunda : Oh namanya eri, salam kenal juga ya eri. Ya udah semuanya ayo masuk kedalam, anggap aja rumah sendiri. Lagian kalian udah telat datangnya.
Rafa : Ya mau gimana lagi bunda, kan kasian pasien-pasien kalau gak diurus dulu.
Bunda : Huh kamu bisa aja cari alesan. Bunda juga tau kamu sengaja datang pake kostum beginian biar bunda jadi lupa buat marahin kamu kan?
Rafa : He he he, bunda tau aja. Ih bundaaa keyeeeeeeen deeh.

Kami pun semua tertawa, sedangkan andre tampak jijik melihat melihat tingkah sok imutku, lain halnya dengan eri yang tertawa terbahak-bahak.

Bunda : Yah beginilah anak bunda, kadang dia emang kaya anak kecil.
Andre : Iya, udah tahu kok bunda.

Tak lama kemudian dilan datang bersama ayah.

Dilan : Bundaaa ada etmeeeeeeennnnnnnnn. Etmeeeeeeennn bundaaaa eeetmeeeen! Teriaknya sambil berlari ke arahku.
Rafa : Eeeetttmeeen dataaaanggg, cciiiiaaattttt!!!!! Kemudian aku memeluknya.
Andre : Roooobbbbiiiinnnnnnnnn! Kata andre ke dilan.
Dilan : Emoh, eeettttmeeeeennn!
Rafa : Hayo dilan, serang obbiiinnnn.
Dilan : Ccceeyyaaaanggggg!

Aku dan dilan menyerang robin, memukul-mukul robin dengan apa aja yang ada di dekat kami saat itu.

Andre : Dilan, ini robin temennya batman. Bilang andre ke dilan dengan muka memelas.
Dilan : Emmooohh, obbiin ahat (robin jahat). Dilan kembali memukul-mukul si robin dengan tangan kecilnya yang lucu.
Andre : Fa fa fa, sejak kapan robin jadi musuh batman sih!? Bilangnya kepadaku.
Rafa : Sejak kamu dirumahku. Ciiiiaaaattt! Aku kembali menyerang robin bersama dilan.

Semua tertawa melihat yang kami lakukan saat itu, bahkan bi odah sampai tak tahan ingin buang air kecil karena tertawa terbahak-bahak.

-0o0-

Kami akhirnya masuk ke dalam rumah, menyempatkan diri untuk shalat maghrib dan isha setelah makan bersama. Saat itu ayah sedang sibuk dengan teleponnya, entah sedang menelepon siapa. Sedangkan andre dan eri sedang bermain dengan dilan. Dan aku sendiri sedang duduk berdampingan dengan bunda.
Rafa : Bunda, selamat ulang tahun.
Bunda : Terima kasih rafa.

Kemudian bunda memelukku.

Bunda : Kamu dan dilan adalah kado hadiah terbaik selama hidup bunda. Bunda sayang kalian.
Rafa : Kalau sama ayah gak sayang?
Bunda : Kalau sama ayah, bunda sangat mencintainya. He he he.
Rafa : He he he. Bunda mau hadiah apa dari rafa?
Bunda : Hhhhmmm apa yaa?
Rafa : Hayooo apaaa?
Bunda : Berjanjilah sama bunda, kalau bunda meninggalkan kalian duluan. Kamu harus menjaga dilan dan ayah buat bunda.
Rafa : Bunda ngomong apa sih, jangan ngomong gitu ah.
Bunda : Berjanji sama bunda ayo! Itu permintaan bunda yang harus rafa turutin. Rafa mau bikin bunda senang kan?

Tiba-tiba air mata bunda menetes perlahan.

Rafa : Bunda kenapa? Tanyaku ke bunda sambil menyapu air matanya dengan jariku.
Bunda : Bunda gak papa kok, bunda malah senang kamu bisa datang hari ini, kamu gak lupa hari ini. Tapi bunda ingin kamu bisa berjanji sama bunda soal tadi. Janji ya nak?
Rafa : Iya bunda, rafa janji. Jawabku sambil memeluk bunda kembali.

Kami akhirnya kembali ke Bandung setelah dilan tertidur. Karena pada saat itu dilan tak ingin berpisah denganku. Sebelum kami pulang, aku menyempatkan diri ke kamar dilan.

Selamat tidur adikku sayang, bermimpilah yang indah dilan.
Terserah jika besar nanti kamu mau jadi presiden, pilot, engineer, dokter, musisi, penulis, pemain bola atau bahkan batman.
Abang akan selalu ada buat kamu.

Kemudian aku mencium kening dilan.

Rafa : Selamat malam batman, selamat malam dilanku.

13
Dia Akhirnya Kembali

Andre : Siapa yang telpon fa?
Rafa : Bunda
Andre : Tumben beberapa hari ini, tiap pagi bundamu selalu telepon?
Rafa : Iya, bunda marah-marah soalnya tulisan batman di kepala dilan belum bisa hilang-hilang.
Andre : Lho kok bisa? Kamu ya yang nulis?
Rafa : Iya lah, masa bi odah. Aku tulis di kepalanya dilan sebelum kita pulang. Nah aku gak tau kalau board marker yang kupakai itu permanen, waktu itu aku nulis lampu kamarnya dilan gak aku nyalain sih.

Andre dan eri tertawa mendengarnya.

Eri : Ih, mas rafa nakal ih. Kan kasian dilan.
Andre : Kalau gak nakal bukan rafa namanya ri. Lagi ngapain tulis begituan di kepalanya dilan?
Rafa : Cuma bikinin name tag buat dia kok. Eh, ngomong-ngomong pasien kamar nomor 1708 masih di sini kan?
Eri : Maksudnya kiki saigo? Iya masih, tadi pagi aku masih lihat dia kok.
Andre : Pasien yang dulu sempat bunuh diri itu kan ya? Tanya andre ke eri.
Rafa : Kalian pernah ngobrol dengan dia gak? Tentang apa aja.
Eri : Gak ada mas rafa, setauku dia gak pernah ngomong sama siapa-siapa.
Andre : Bisu ya?
Rafa : Heeiissssh! (kulempar baju kerjaku yang saat itu sedang aku pegang ke andre).
Rafa : Dia bisa ngomong kok, ibunya cerita padaku.

Tak lama eri pergi setelah mendapat panggilan telepon, kupikir saat itu ada yang harus dilakukannya.

Andre : Kenapa memang fa? Jangan bilang kamu tertarik sama kiki saigo itu? Dari kemarin kamu bertanya tentang dia terus
Rafa : Mungkin, jawabku singkat.
Andre : Ih, jangan ih! Kamu ini memang gak peka atau pura-pura gak peka?
Rafa : Apanya sih?
Andre : Eri itu suka sama kamu! Bayangin bakal gimana dia kalau tau kamu menyukai orang lain?
Rafa : Tapi aku gak suka sama eri, aku menganggap dia itu cuma temen.

Rafa : Kupikir, bukannya malah kamu yang suka dengan eri?
Andre : Iya, aku memang suka sama dia tapi dia sukanya sama kamu. Siapapun yang melihat tingkahnya saat dekat dengan kamu, udah bisa nebak kalau dia suka sama kamu.
Rafa : Lantas cuma karena dia suka sama aku, kamu memutuskan berhenti untuk menyukainya?

Andre langsung terdiam mendengar perkataan terakhirku.

Dengar, tak apa jika kamu berhenti menyukainya selama kamu belum mencintainya. Tapi jangan bilang kalau kamu sudah mencintainya jika kamu bisa berhenti menyukainya.

Jika memang kamu menyukainya, ungkapkanlah perasaanmu padanya, bagaimanapun caramu melakukannya. Toh aku yang kamu pikirkan sebagai salah satu sainganmu sudah memberitahumu bahwa aku tak pernah masuk ke dalam medan perangmu.

Tak perduli jika nanti pada akhirnya dia tetap menolakmu, selama kamu sudah menyampaikan isi hatimu. Perjuangkanlah dia dan suatu saat, suatu saat nanti dia akan merasa berarti ketika tahu kamu pernah memperjuangkankannya.

Andre hanya terdiam mendengarkanku. Aku mengambil baju kerjaku dan meninggalkannya sendirian agar dia bisa berpikir.

Kamar 1708, saat ini aku berada tepat di depan kamar tersebut. Aku lihat ibu kiki tidak ada di kamarnya. Namun orang yang sebenarnya sedang kucari saat itu adalah dia, kiki saigo. Iya, dia ada di kamar tersebut. Dia tidak sedang tidur, dia lagi-lagi seperti tenggelam dalam lamunannya. Selalu seperti itu setiap kali aku melihatnya. Tak inginkah dia keluar dari dunia buatannya itu, pikirku.

Aku masuk ke dalam kamar tersebut, sepelan mungkin agar dia tak terganggu dengan kedatanganku. Aku duduk di sampingnya, kemudian melihat wajahnya.

Hey kamu, kamu anggap siapa sih dirimu? Kenapa kamu membuat dirimu seakan-akan membawa beban dunia setiap saat?

Kemudian aku mengeluarkan sebatang cokelat dari kantong bajuku. Iya, aku selalu membawa cokelat kemanapun aku berada. Setiap kali aku merasa stress dengan overloadnya kerjaanku, cokelat akan meredakan kembali emosiku.

Rafa : Cokelat?

Dia terbangun dari lamunannya, namun dia hanya diam dan menatapku. Dia melakukannya selama beberapa menit sehingga cukup membuat bulu kudukku merinding.

Jujur saja aku jadi takut kalau lama-lama dilihat tanpa diajak berbicara sedikitpun. Sehingga aku memutuskan untuk mundur hari itu, kupikir cokelat tidak bisa membuat dia mau berbicara denganku.

Keesokan harinya, aku kembali datang ke kamarnya. Dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Aku duduk di sampingnya dan memberikan sesuatu, tapi kali ini tidak dengan cokelat.

Rafa : Ini boneka buat kamu.

Aku membelikannya boneka minion yang besar. Tapi sama, dia tidak memberikanku respon apa-apa. Hanya memandangku dengan diam. Sehingga aku memutuskan untuk kembali mundur hari itu.

Aku mundur bukan berarti aku menyerah. Aku kembali keesokan harinya, aku datang ke kamarnya kali ini bukan dengan membawa cokelat ataupun boneka tapi bunga.

Rafa : Ini bunga lily untukmu. Kamu suka bunga kan?
Ibu Kiki : Ibu senang kamu setiap hari datang menjenguk kiki, rafa.

Ibu Kiki : Kamu segitu inginnya berbicara dengannya ya?
Rafa : Iya, he he he. Tapi kayanya hari ini kesempatan terakhir saya untuk membuat dia mau berbicara dengan saya.
Ibu Kiki : Lho kenapa memangnya nak?
Rafa : Ibu katanya hari ini sudah ingin membawa kiki pulang. Jawabku sambil tersenyum

Ibu Kiki : Nak rafa boleh kapan saja datang ke rumah kami, ke rumah kiki. Ibu malah senang kalau nak rafa mau datang menjenguk kiki.
Rafa : Benarkah? He he he.
Ibu Kiki : Iya benar. Sini deh nak rafa, ibu kasih liat kamu sesuatu.
Rafa : Apa itu bu?
Ibu Kiki : Sejak kamu ingin tahu bagaimana kiki yang dulu, ibu sengaja hari ini membawa album foto kiki sejak kiki kecil dulu.

Kemudian beliau memperlihatkanku semua foto-foto kiki. Foto-foto yang menjadi bukti betapa berbedanya kiki yang dulu dengan kiki yang sekarang. Dia selalu tersenyum di setiap fotonya, baik itu saat dia lakukan dengan sadar maupun tak sadar.

Rafa : Dia sering tersenyum ya bu?
Ibu Kiki : Iya kan, ibu gak bohong kalau soal itu.
Rafa : Ih dia dulu ingusan yaa bu!? Ha ha ha. Ini lagi, kenapa dia nangis bu? Ah ini kotoran kuda ya bu?
Ibu Kiki : Ha ha ha, iya dia waktu itu pas jatuh terus pas banget jatuhnya di kotoran kuda. Ayahnya bukan nolongin dulu malah difoto.
Rafa : Lucu–lucu ya bu. Ibu rencananya mau pulang jam berapa?
Ibu Kiki : Ini sebentar lagi.
Rafa : Mau rafa anterin?
Ibu Kiki : Gak usah, kasian pasien-pasiennya nak rafa nanti. Ada yang jemput kok nanti.
Rafa : Oh gitu, baiklah.

Aku kemudian kembali mendekati kiki dan menyampaikan hal ini kepadanya:

Hey kamu, cepatlah bangun dari tidurmu. Ibumu sudah menunggu terlalu lama.

Hentikan berpikir yang terlalu banyak. Kamu bukan Presiden Indonesia bahkan bukan Presiden Amerika. Jadi berhentilah membuat dirimu seakan menjadi orang yang bertanggung jawab menanggung beban dunia ini sendirian.

Tersenyumlah, seperti kamu dulu. Tersenyumlah kapanpun dan dimanapun kamu. Radit juga pasti akan senang kalau melihat kamu tersenyum kembali.

Kamu tak bersalah atas apa yang terjadi pada radit. Radit juga pasti tak ingin kamu berlarut-larut dalam kesedihan yang seharusnya tak perlu kamu lakukan.

Dan plakk! Dia bereaksi setelah mendengar ucapan terakhirku. Dia menamparku! Dan kemudian dia menangis.

Kiki : Kamu tak tahu apa-apa tentang dia! Kamu tak tahu apa-apa tentang radit!
Kiki : Jadi hentikan omonganmu itu!

Tak lama kemudian dia langsung jatuh pingsan. Ibunya yang saat itu melihat kejadian tersebut hanya bisa terdiam seakan tak percaya bahwa kiki yang selama 2 tahun ini yang tak pernah berbicara, sekarang bisa berbicara bahkan bisa menamparku.

Tapi kemudian keadaan langsung berubah setelah kiki jatuh pingsan.

Ibu Kiki : Kikiiii! Teriak ibunya.

Teriakan ibunya membuat beberapa dokter dan perawat yang saat itu berada di luar langsung menuju kamar 1708 tersebut.

Aku kemudian langsung mengecek keadaannya. Aku tak merasakan detak jantungnya pada saat itu. Aku langsung memberikan CPR kepadanya. Hampir beberapa menit namun tak ada perubahan, kemudian aku melakukan langkah mouth to mouth kepadanya. Aku memberikan udara melalui mulutku ke mulutnya kemudian melanjutkan massage. Aku lakukan beberapa kali, dan akhirnya, untunglah detak jantungnya kembali.

Ibu Kiki : Kikkiii, kikiiiiii…
Rafa : Dia sudah tidak apa-apa bu. Sepertinya perubahan tiba-tiba yang terjadi padanya membuat tubuhnya bereaksi terlalu cepat sehingga membuat jantungnya sempat terhenti.

Rafa : Ibu sepertinya tak usah pulang dulu, biarkan kiki disini dulu. Biar nanti saya yang akan terus memonitor keadaanya.
Ibu Kiki : Iya nak rafa.

Kemudian beliau mendatangi kiki sambil menangis…

Akhirnya dia kembali. Itulah pertama kalinya dia berbicara kepadaku. Bahkan menamparku. Ah, sakitnya masih terasa sampai sekarang.


He’s My Doctor!

He’s My Doctor!

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2016 Native Language: Indonesia
Aku tidak terlalu suka jika aku dipanggil Dokter, aku lebih suka jika aku dipanggil dengan namaku meski saat itu aku sedang berada di Rumah Sakit. Sehingga tidak sedikit dari pasien-pasienku yang memanggilku dengan namaku sendiri, Rafa. Lagipula bagiku apa sih Dokter itu?Menurutku itu hanya panggilan untuk orang yang menggunakan jubah putih saja di Rumah Sakit. Sedangkan aku lebih suka dengan profesi orangnya, profesi orang yang bertugas menyembuhkan orang sakit.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset