Janur Kuning episode 1

Permulaan

Keluargaku Mamakku (sebutan untuk ibu) dari Medan, kami dari suku batak marga simalungun, lebih tepatnya saragi. Horas bang!!! Lebih tepanya dari Kabupaten Bagan Batu kec *** desa ***, Marga mamakku yaitu suku batak yang terkenal akan lidah berbulu, pada masa itu terkenal kekeramatannya. Sedang ayahku berasal dari salah satu kota di Jawa tepatnya…,??? berasal dari kota kelahiran presiden kita saat ini.

Awalnya kami betempat tinggal di medan, kami mempunyai rumah sederhana ukuran 12 x 10 M. Rumah kami terbuat dari setengah kayu dan bawahnya tembok. Lantai plesteran semen biasa, beratapkan seng. Rumah yang sangat kami cintai saat itu, sekarang tinggal sebagai kenangan terakhir kami sekeluarga. Rumah kami dulu bercat merah kombinasi biru yang menjadi kenangan masa kecilku yang penuh kebahagiaan.

Kisah ini berawal saat keluarga kami ditawari tanah dari Jambi oleh kenalan ayahku, masih kuingat jelas namanya dia adalah Pak Herman. Orangnya ini berumur 40 tahunan. Saat dia menawari keluarga kami dimedan tentang informasi tanah beserta rumah yang murah di jambi, di informasikan tanah itu seluas 50 Ha, beserta rumahnya. Waktu itu kami ditawari dengan harga 200 juta. Berbekal informasi dari pak herman waktu itu kami sekeluarga berminat untuk pindah ke Jambi karena rumah dan tanahnya tergolong murah saat itu, pada akhirnya ayahku tertarik membeli tanah di Jambi.

Siang itu saat ditawari, ayah terlihat aneh karena langsung mengiyakan permintaan pak herman tanpa menawar terlebih dahulu harga tanah di Jambi sama sekali. Padahal waktu itu masih dirembukkan sama keluarga besar, mamakku dari awal sudah curiga kok tiba-tiba langsung menerima tawaran tersebut. Padahal ayah sendiri belum mengecek dan melihat lokasi terlebih dahulu.

Selang dua minggu kemudian pak Herman datang lagi kerumah, untuk meyakinkan keluarga besar kami. Pada waktu pak herman datang dan memberi rayuan manis ayah semakin yakin dan mantap, disini ayah juga malah ikut meyakikan keluarga yang lain. Setelah penawaran yang meyakinkan itu ayah langsung pergi menawarkan kebun karet dan sawit beserta rumah kami untuk dijual kepada warga yang berduit dan kaya dilingkungan sekitar. Tidak perlu waktu lama, dalam waktu satu bulan semua asset keluarga kami terjual.

Padahal waktu itu lagi enak-enaknya, karena harga karet dan sawit masih lumayan bagus. Apalagi ketambahan toko kelontong dirumah yang dikelola mamak. Tapi mamakku waktu awalnya menolak keras, “biasalah ciri khas orang batak” pada akhirnya Mamak tetap patuh dan menurut sama ayah yang akhirnya menyetujui keputusan ayah.

Sementara kami anak-anaknya dua bersaudara laki laki semua, aku sebagai anak pertama sebut saja namaku deno, aku saat itu masih duduk dibangku SMA kelas dua. Sedang adikku waktu itu masih duduk dibangku SMP kelas dua juga, adikku ini bernama Niko. Saat keputusan ayah sudah bulat untuk pindah, sekolahku dan adikku terpaksa harus berhenti dimedan, karena harus ikut ayah dan mamak ke Jambi.


Janur Kuning

Janur Kuning

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2019 Native Language: Indonesia
Kisah ini berawal saat keluarga kami ditawari tanah dari Jambi oleh kenalan ayahku, masih kuingat jelas namanya dia adalah Pak Herman. Orangnya ini berumur 40 tahunan.Orangnya ini berumur 40 tahunan. Saat dia menawari keluarga kami dimedan tentang informasi tanah beserta rumah yang murah di jambi, di informasikan tanah itu seluas 50 Ha, beserta rumahnya. Waktu itu kami ditawari dengan harga 200 juta. Berbekal informasi dari pak herman waktu itu kami sekeluarga berminat untuk pindah ke Jambi karena rumah dan tanahnya tergolong murah saat itu, pada akhirnya ayahku tertarik membeli tanah di Jambi. Penasaran kisahnya? yuk dibaca kelanjutannya!

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset