Jellybeans episode 32

Part XXXII Marvin’s eyes : Viva La Vida

”Gw ngga cinta Rhea….” Rengga terus menerus mengucapkan kata-kata itu sambil menenggak satu sloki minuman beralkohol yang sudah habis hampir setengah botol itu.

Aku menampar pelan pipinya berkali-kali. Mungkin karena rasa sakit yang berasal dari memar di pipinya membuat dia tersadar akan keberadaanku.

”Marviiin, Gw nggak cinta sama Rhea! Gw gak mau ngerusak persahabatan gw! Gw nggak cinta sama Rhea!!” Begitu Rengga melihat wajahku, Dia kembali mengucapkan kalimat itu. Dan terus mengulang-ulangnya.

”Iya, gw tau elu gak cinta sama Rhea. Elu kenapa Ga? Tadi Bos lu nelpon gw, katanya elu mabok….” Kata-kataku diputus oleh ucapan Rengga.

”Gw nggak mabok! Gw nggak mabok! Gw nggak cinta sama Rhea!”

”Elu mabok Ga!! Jelas lu mabok!!”

”Gw nggak mabok. Rhea cantik… Tapi gw nggak suka sama Rhea..”

”…..” Aku hanya terdiam. Aku harus membawa Rengga pulang.
Kuangkat tubuhnya yang sudah berbau tidak sedap itu.

”Ayo!! Pulang…”

”Nggak mau. Gw nggak mau pulang. ngapain pulang? Ini rumah gw!!”

”Ayo ke beca…” Begitu mendengar kata beca, Rengga terlihat meliar. Ia meronta berusaha melepas cengkramanku di badannya yang berusaha membimbingnya pulang.

”Gak mau! Gw gak mau ke beca! Gw gak mau ketemu Reo! Gw gak mau dipukulin lagi sama Reo! Gw gak salah! Gw gak cinta sama Rhea…..” Rengga meronta.

”Udah pulang!Disana tempat lu. Elu nyaman di beca. Sekarang elu mabok, jadinya elu nggak tau mana tempat yang enak buat elu. Percaya sama gw, begitu sampe beca, elu bakalan ngerasa nyaman…”

”Gw gak mau pulang!! Gw nggak mabok!” Rengga bersikeras menyatakan dirinya tidak mabuk. Padahal jelas terlihat dari kelopak matanya yang tertunduk sayu, dan tatapan matanya yang kosong begitu juga dengan gerak tubuhnya yang tidak beraturan.

”Iya iya iya elu nggak mabok… Sekarang jalan-jalan yuk!” Ajakku berusaha melunakkan Rengga.

”Jalan-jalan? Kemana?”

”Udah ikut aja…”

”Ayo…” Rengga akhirnya menuruti.

Segera kuletakkan Rengga di dalam mobilku. Lalu aku menuju ruang Mr. Dean, pemilik sekaligus manager cafe The Bugs. Aku meminta izin padanya dan menitipkan mobil Rengga padanya. Dan akupun memohon maaf atas tragede hari ini, yang hampir membuat seluruh pengunjung cafe ketakutan.

Aku membawa Rengga ke rumah Gerald. Disana hanya ada Gerald dan kakaknya. Kami segera membopong Rengga ke kamar mandi untuk membiarkan dirinya memuntahkan isi perutnya. Sebelumnya Rengga sudah muntah terlebih dahulu di jok mobilku.

”Sebenernya ada masalah apa sih antara Rengga sama Reo?” Tanyaku pada Gerald yang sepertinya tahu mengenai permasalahan itu.

”Hmm, Rhea deket sama Rengga….” Jawab Gerald singkat.

”Lha, dari dulu khan Rengga emang deket sama Rhea?” tanyaku heran. Karena yang aku tahu, Rengga, Rhea dan Reo sedari SMA udah sahabatan.

”Deketnya lebih dari biasanya. Duh, gw juga bingung jelasinnya. Hmm, kayaknya, menurut prediksi Reo, Rengga itu suka sama Rhea.” Gerald akhinya buka suara.

”Hah? Yakin lu? Bukannya Rengga sendiri yang bilang kalau dia gak bakalan rebut Rhea sekalipun dia deket sama Rhea, sekalipun dulu dia pernah suka sama Rhea? Bukannya Rengga sendiri yang bilang kalau dia gak bakalan nusuk dari belakang sahabatnya sendiri?” Aku mulai bertanya-tanya mengingat penuturan Rengga di pertemuan beberapa hari lalu.

”Nah, mungkin dari situ Reo marah sama Rhea. Mungkin hari ini Reo ngeliat kalo Rhea ternyata selingkuh, mungkin tadi dia ngeliat Rengga lagi sama Rhea. Dia marah karena komitmen Rengga yang ternyata palsu. Marah karena Rengga menjilat ludahnya sendiri. Mungkin lho, itu spekulasi gw..”

”Kacau deh si Rengga! Tapi anehnya, tadi dia mabok sambil bilang kalau dia nggak suka sama Rhea, dia terus menerus bilang kalau dia sama sekali nggak cinta sama Rhea. Sumpah! Gw bingung!”

”Ya udah, kita tunggu sampe Rengga sadar, baru kita tanya mengenai masalahnya. Kita juga harus tanya melalui kacamata Reo. Karena tiap orang mempunyai sudut pandang yang berbeda, Right?” Gerald berusaha memberi solusi yang terbaik.

”Ok deh. Sekarang gw pulang dulu. Gw yang introgasi Reo. Tugas lu urus Rengga yah Ger.” Pintaku pada Gerald.

”Ya udah. Gw urus Rengga.”

Hari ke-24

Malam ini Reo nggak pulang. Aku sendiri di beca. Aku sudah mencoba berkali-kali menghubungi handphone Reo, tapi handphonenya nggak aktif.

Aku sudah memberi kabar pada Ribby mengenai hal ini. Ia begitu terperanjat begitu mengetahui perbuatan Rengga yang saat ini masih dengan status ’tersangka perebut pacar orang’. Pagi ini Ribby berniat menemui Rengga dirumahnya Gerald. Sedangkan tugasku, aku harus menemui Reo dan mengintrogasinya mengenai permasalahan yang ia alami saat ini.

Aku kembali mencoba menelepon Reo. GOTCHA!! Handphonenya aktif. Diangkat.

KLIK

”Kenapa Vin? Mau marah sama gw!?” Tanpa basa-basi Reo menyemprotku.

”Gak kok. Gw cuma mau tau masalahnya melalui kacamata lu.” jawabku singkat.

”Well. Rengga ternyata manfaatin kedeketannya dengan Rhea dengan merebut hatinya dari gw! Begitu juga dengan hati keluarganya! Saat ini, keluarganya lebih perhatian dan lebih peduli dengan keadaan Rengga dibandingkan dengan keadaan gw, pacar Rhea!!”

”Kok lu mikir gitu?”

”Lha, emang itu kenyataannya…”

”Trus, kenapa kemarin lu pukulin Rengga? Begitu lu tau dia nggak ngebales, kenapa lu nggak berenti mukulin dia?” Tanyaku membuatnya terdiam, mati kutu dia!

”Kemarin gw ngeliat Rengga cium Rhea di depan mata gw. Di depan mata semua orang!”

”Lu liat Rheanya gimana? Dia nerima aja dicium Rengga? Dia rela dicium Rengga?” Aku mulai naik darah.

”…….” Reo terdiam.

”Jawab Yo!”

”Yah, Rhea nerima dicium Rengga… Tapi, tapi, elu sendiri juga tahu kalau Rhea sama Rengga sahabatan. Wajar khan kalau Rhea mau dicium Rengga…”

”Well, alibi lu gw terima. Tapi, kenapa lu terus mukulin Rengga padahal nggak sedikitpun Rengga ngebales perbuatan lu!?”

”Karena dia tertangkap basah. Dia nggak bales mukul gw, karena dia sadar kalau selama ini perbuatan dia salah.”

“Hahahaha Lu salah…” Aku tertawa.

”Maksud lu?” Reo terdengar penasaran.

”Dia nggak bales pukulan lu, Karena dia masih anggep lu sahabatnya…”

”Omong kosong.”

KLIK

Reo menutup telepon.


Jellybeans

Jellybeans

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2014 Native Language: Indonesia
Cerita ini menceritakan tentang Lima orang sahabat. Cowok semua. Rengga, Marvin, Ribby, Gerald dan Reo. Mereka memiliki latar belakang, watak dan permasalahan hidup yang berbeda-beda, khususnya masalah cinta. Mungkin agak basi yah kalo dimana-mana selalu cerita yang mengandung unsur cinta.. Tapi di cerita yang satu ini, akan dipaparkan lebih dalam hal-hal yang erat kaitannya dengan persahabatan, cinta vs persahabatan, masa depan vs persahabatan dan persahabatan vs persahabatan

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset