” Kalau kamu mau lapor Polisi ya…laporkan saja..saya tunggu…”
Yadi sebenarnya tak ingin seperti itu tapi mertuanya terlalu menghina…apa hasilnya..? malah nantang Yadi…duuuh ..bingung juga Yadi. Yadi pekerja Kuli bangunan..dapatnya duwit seminggu sekali itupun tidak banyak dan diberikan istrinya Pipin semuanya.
Anwari mengecek ATM dan ternyata ada kiriman 30 jt, kenapa cuma segini..? yaahh..mungkin masih kesulitan uang kali, dan Anwari segera memindahkan ke rekeningnya. Saat ini Anwari usaha di dekat sekolahan menjual alat tulis sekolah dan kantor, juga menyediakan buku-buku pelajaran sekolah..lumayan hasilnya karena Anwari juga menerima jasa skipsi ataupun tugas sekolah dan menerima foto copy serta print foto, ibunya buka warung makan dirumah, kadang guru-guru makan disitu karena warungnya bersih. tanak milik H Hamdani mau dijual dan ditawarkan pada Anwari karena tanah itu mepet milik Anwari dan dijual per m2 nya 500.000 ukurannya 3x 15 jadi luasnya 45m2 sepertinya cocok buat tambah lokasi usahanya, dan uang dari Pipin akan dibelikan tanah H. Hamdani
Anwari segera menutup tokonya dan makan siang di rumah, ibu dan bapak sudah menunggu dan makan siang Anwari sudah di siapkan di dalam dan pelanggan makan bu Umar sudah mulai berdatangan, Tari pembantu ibu keluar membantu membuatkan minuman pelanggan
” Tari…tolong ambilkan sup yang sudah matang didapur”
” Iya bu..sekalian roladenya ya bu..”
” Roladenya menu baru dikeluarkan sore hari Tari ”
” Waaah ada menu baru..ayo dong bu kluarin….” celetuk pelanggan
” Aaaahh..ya..ya…saya keluarkan ”
Tari mengeluarkan sup dan Rolade…menu barunya ” Waaahhh enak…saya mau pakai lauk ini bu…”
” Ya…silakan ..silakan…” . Dalam sekejap Rolade disantap habis
Anwari gak jadi membicarakan tanah itu karena bapak dan ibu amat sibuk, dan dia langsung keluar sambil pamit.
Narsih menangis, suaminya nggak sembuh-sembuh karena sakit gula, seluruh harta bendanya dijual untuk membeli obat, anak perempuannya Intan saat ini sedang menikah dengan biaya seadanya karena orang tuanya di opname. Tanah yang ada sekarang cuma di Penggong Dekok Pacitan milik Semi ibunya Narsih. Intan memiliki anak kini umurnya tiga tahun berarti Narsih sudah punya cucu satu, suaminya belum sembuh juga, Intan terpaksa kerja di Jakarta untuk membantu ibunya dan Jamal suami Intan bertani , anak yang jaga Narsih dan Jamal mereka tinggal seatap dengan Semi ibunya Narsih yang sudah amat tua, Suami Narsih akhirnya meninggal dunia dan Narsih menjadi janda ketika umur 42 tahun, rasanya sudah capek ngurusin suami selama tujuh tahun terkena penyakit gula, Narsih konsen momong putu, anaknya Intan suami Intan jengkel karena harus diurus mertuanya dan nenek Semi, dan suami Intan bilang sama Narsih kalau Intan pulang besok biar Jamal yang ke Jakarta gantian Intan dirumah.
Dan benar waktu Intan pulang Jamal gantian yang ke Jakarta bekerja di bangunan ikut tetangganya bekerja menjadi buruh. Narsih tak ingin menikah lagi ia menjaga cucunya, Narsih sambil mengendong memanen kopi di daerahnya bersama ibunya Semi yang sudah renta . Intan menanam lombok, bayam , ketela pohon, di sekitar rumah kalau agak siang dia mencari kayu di hutan, tiga orang dewasa itu mengumpulkan uang untuk membeli beras dan sarana makan juga membayar listrik untuk penerangan.
Karyadi amat jengkel kepada Mertuanya yang selalu menghina dirinya masalah ketidak mampuan mencari uang, Pipin pun ikut-ikutan karena sebentar lagi dia akan melahirkan butuh biaya banyak, Yadi tetep bekerja dan uang dikumpulkan untuk istrinya meskipun bibirnya manyun, anak Yadi laki-laki lahir normal dan sehat, Mertuanya senang sekali tapi tetep saja benci sama Yadi karena orang udik, miskin tak terpelajar, Yang membuat Yadi marah dan meninggalkan Pipin serta menceraikannya. Yadi ke Solo bekerja serabutan apa saja sebagai buruh bangunan
Anwari memenangkan saham di dunia pialang dia amat bersukur bisa membeli rumah yang ia sewa menjadi miliknya, dan memiliki pacar seorang guru pelanggan makan ibunya. Ternyata Anwari masih aktif di Pialang karena dia selalu buka internet baik di tokonya maupun di rumah, Warung makan pak Umar semakin lengkap uang yang diberikan Anwari kemarin ia tabung dan digunakan membantu istrinya menambah modal usaha sehingga warung makannya buka dari jam 05.00 sampai pukul 22.00 efektif sekali untuk jam makan. Pipin sudah tak pernah lagi mengembalikan uang Anwari selama dua tahun ini dan ia mengiklaskan nya bahkan kartunyapun sudah tidak bisa dicek lagi di ATM maka Anwari membuangnya takut kalau Mariani Pacarnya mengetahui dan bikin curiga
Rohmadi teman Yadi di Solo menyarankan untuk menikah lagi karena Yadi masih muda, mulanya Yadi ragu-ragu karena ia memiliki anak laki-laki satu yang kini dibawa ibunya dan Yadi dilarang menemuinya. Yad mendengar Pipin mau menikah lagi, cepet-cepet ia mengambil anaknya tapi yang ia dapat malah makian, umpatan dan hinaan dari Pipin dan Yadi pulang ke Takawi Nggrasak di rumah peninggalan orang tuanya sedangkan saudara-saudaranya ada di Jember , Ponorogo dan Gresik mereka sudah berkeluarga. Yadi anak ke tiga karena paling akhir sendiri menikahnya maka harus menempati tanah waris keluarganya.
Pipin dengan pacar barunya sedang berpesta karena sebentar lagi akan menikah, dia dengar dari tetangga di Nggrasak Takawi calonnya orang kaya, pengusaha rental mobil.Tapi pada waktu pernikahannya pacarnya tidak datang…dua kali Pipin menerima hinaan ini, tangisnya sudah tak terdengar …air matanyapun tak bisa keluar, Pipin mengurung diri bersama anak laki-lakinya yang sebentar lagi masuk TK. Yadi heran….kok seperti itu nasibnya…?. Yadi menuruti saran Rohmadi untuk menikah lagi dan mendatangi desa Penggong Dekok rumah Ningsih sesuai anjuran Rohmadi tapi Ningsih tetap tak mau menikah lagi dan cucunya menangis gak boleh Mamak Ningsih menikah lagi. Yadi bingung memang janda itu sudah tua dah berumur 45 tahun tapi dia masih gesit dan kelihatannya baik tidak seperti Pipin. Yadi ketemu dengan Intan yang umurnya hampir sama, tuaan Yadi lima tahun .
Intan memperbolehkan Yadi menikahi ibunya tapi jangan tinggalkan nenek Semi dia sudah amat tua. dan Intan sebentar lagi akan pindah di Penggong Siki daerah Pacitan ini juga dan tinggal di rumah Jamal suaminya. Ningsih akhirnya menerima lamaran Yadi, tapi menunggu Intan pindah rumah dulu. setelah Intan dan Jamal pindah Ningsih memberesi rumah dan segera mengatur pernikahannnya yang amat sederhana disaksikan Semi ibunya yang sudah renta tapi masih giat bekerja dan di dampingi Jamal menantunya. Yadi meninggalkan uang pada Ningsih karena segera ke Solo lagi. Sesampai di Solo dia ketemu Rohmadi dan menceritakan semua.
” Waah selamat ya Karyadi kamu dah nikah lagi paling tidak kamu bisa mendapatkan sahabat seumur hidupmu bisa buat bercanda dan mengisi hidup ini dengan kebaikan , nah sekarang tinggal bagaimana kamu menjaga ningsih istrimu apa kamu tega membiarkan dia sendiri disana..?
Yadi berfikir memutar otak, bagaimana agar Narsih bisa mendampinginya setiap saat. Didekat proyeknya tinggal keluarga pak Samsudin dia membutuhkan tenaga pembantu untuk rumah tangga dan Yadi menelepon istrinya menanyakan apakah dia mau menjadi PRT ? dan dijawab mau asal dekat dengan dirinya. Seminggu kemudian Yadi pulang ke Penggong Dekok menemui istrinya, ketika sampai disana terjadi angin topan yang mengangkat rumah Semi roboh berserakan, tinggal kandang kambing dan sedikit kamar untuk tidur Semi dan pawonnya karena langsung diperbaiki Yadi. Intan mendengar ini langsung datang menemui neneknya, tapi Nenek Semi tidak mau ikut Intan maupun Ningsih dia tetap ngeyel ingin menempati rumah almarhum suaminya yang sudah diperbaiki Yadi. Ningsih akhirnya berangkat ke Solo dan langsung di terima Bu Samsudin, Yadi bisa melihat Ningsih setiap hari dan Ningsih diperbolehkan Majikannya untuk bermalam di proyek suaminya kalau diperlukan Yadi.
Anwari akhirnya menikah dengan Mariani sebagai Guru dan tinggal bersama suaminya, dia juga ikut ke toko untuk membantu usaha suaminya, karena Anwari ingin fokus ke pialang sedangkan tokonya untuk buat pendapatan setiap harinya.
Pipin menemui Yadi di Penggong Dekok ketika menengok Semi ibunya Ningsih dan Pipin meminta jatah untuk anaknya karena dia tak mau di cerai dan membiarkan Yadi menikah lagi dengan Ningsih , tapi Yadi ingin ketemu dengan anaknya dulu dan berbicara padanya karena Yadi amat rindu. Ningsihpun bersedia pendapatan suaminya dibagi dua, karena Ningsih sudah mendapatkan gaji dari Bu Samsudin.