“Adi… main yuk” teriak Didi dan Said di depan pagar rumah Adi
“iya sebentar, lagi makan dulu…” jawab ibu Adi
Diantara mereka bertiga, hanya Adi anak yang paling dimanja secara anak lelaki satu-satunya dan anak tunggal, sangat diperhatikan oleh kedua orangtuanya. Terluka karena terjatuh sehabis main bola kedua orangtuanya langsung membawa ke rumah sakit besar dan terkenal sambil berteriak-teriak dan nangis, sampai-sampai satu kampung bisa melihat histerisnya keluarga itu.
“mama Adi jalan main dulu ya” teriak Adi sambil berlari keluar rumah
“hati-hati anak ku sayang” jawab ibunya Adi
“hahaha…” tawa keras Didi dan Ade mendengar itu
“ayo bro kita cabut” ucap Adi sambil menarik kedua tangan temannya
Indah bila mengingat masa-masa mereka itu, tanpa beban pikiran, besok akan makan apa, tidak pernah terlintas dipikiran mereka. Lucu sangat lucu membayanginya.
“De, gw tadi nemu dompet, isinya KTP sama duit lima ratus ribu, mau diapain nih?” Tanya Didi
“ya udah dijajanin aja, beli petasan korek” jawab Ade
“heh… dosa tau kalau bukan punya kita terus gk dikembaliin” sambut Adi
Kalau boleh dilihat, secara pemikiran si Adi lah yang paling dewasa diantara Didi dan Ade. Mungkin karena perhatian yang amat tercurahkan dari kedua orangtua Adi, itu juga karena manja-manja kedua orangtuannya bukan manja yang negative tapi positif. Kalau Didi oranngnya sering cengengesan aja kerjanya karena sejak dari kecil Didi selalu menghadapi beban karena perpisahan kedua orangtuanya. Dan si Ade adalah orang yang gk tau tujuan hidupnya seperti apa, yang penting ngalir saja kalau melihatnya.
“ya udah kita bagi tiga aja, sama rata sama rasa, sama dosa” ucap Ade tiba-tiba
(…………) semua hening seketika atas ucapan si Ade
Lucu dunia masa kecil yang apa adanya tanpa dibuat-buat. Kisah mereka bertiga yang amat menyenangkan, tumbuh dan bertumbuh terus…