Ema yang mengajar kelas 3 membuat Laila merasa bahagia karena dia kini sudah kelas 3 dan terpantau Ema pelajarannya…membuat Laila rajin belajar dan kalau siang menunggu kakaknya Mila mengajari menyanyi….Laila bersuara merdu …ibu Dewi mengajukan untuk lomba yang di adakan di RRI .Laila bersama teman sekelasnya Ashari berkolaborasi menyanyikan *Bunda Piara* untuk berduet. keluarga Laila mendengarkan di radio suara duet tersebut. Laila bisa mengharumkan nama sekolahnya tapi Laila tetep sebagai gadis kecil nan lugu dan polos menerimanya biasa saja karena dia lebih fokus kepada ayahnya yang membuat senang keluarga dan nantinya akan mendapat hadiah dengan diajak pergi ke langganan nasi goreng babat di Gris.
Laila amat dilindungi kakak-kakaknya yang amat setia baik dalam bermain maupun bekerja di rumah, Laila sudah biasa mengepel dan mengambil air di luar kampung karena air sumurnya asin rasanya….dan hanya beberapa orang yang memiliki pelanggan air PDAM yang dijual pada masyarakat setempat. Laila mengangkat ember…juga membawa kendi membantu kakaknya Fara juga Sofie membeli air ledeng di tempat pak Hadi di Sawojajar II walaupun kadang tumpah tapi mereka mengangkat air dengan penuh gembira.
Tuk dakir masuk sekolah tapi dia selalu menangis menginginkan hadirnya seorang adik, Pak Dayat dan istrinya memberikan kabar baik karena Tuk dakir bakal memiliki seorang adik, tapi Yenuri bersedih karena merasa kurang mendapat perhatian dari ibunya Rochmah dan dia memilih tinggal di candi bersama sepupunya Jumiati dan Giyati yang amat sayang pada Yenuri. Tetapi sungguh sayang ketika adiknya lahir cuma bertahan sampai tujuh bulan karena Mia begitu panggilannya sudah harus kembali kepangkuan yang Maha Kuasa karena terjatuh dari ayunan.Tuk dakir amat bersedih karena kakaknya Yenuri berada di candi lama belum kembali dan Tuk dakir merasa kesepian yang akhirnya pak Dayat mengambilnya di candi dengan diikuti Jumiati juga Giyati.
Liburanpun tiba…Yenuri kembali berada di candisedangkan Lailadi tempat budenya Supikah di Tlogosari, Tuk dakir tak kesepian karena kakaknya Fara selalu menjaganya. Laila di dapok oleh masyarakat Tlogosari untuk menyanyi karena suaranya merdu sekali…penontonnyapunberdatangan dari penjuru kampung. Lailapun tampil bernyanyi dan mendapat imbalan dari penonton berupa uang. Laila mendapatkan uang sampai beberapa kaleng dan di hitung oleh bibinyaSupikah. Uang tersebut dikumpulkan lagi kedalam kaleng biscuit Khong Guan. Laila tak pernah melihat uang tersebut yang disimpannya dalam kaleng biscuit sampai tiga kaleng. Karena dia cuma bernyanyi menuruti bibinya serta penggemarnya.
Penonton : ” Laila ayo nyanyi……! ” begitu suara teriakan penonton yang mengelilingi Laila di desa tersebut.
Laila : ” Nyanyi apa…..bagaimana kalau Jari dan Jempol……?! ” teriak Laila dengan penuh riang dengan memakai sepatu barunya yang dibawanya waktu berangkat yang ingin dipakai Laila saat menyanyi dan menari. Laila lincah sekali…dia di dandani cara berpakaian dan cara menyisir rambutnya supaya rapi dan serasi.Laila tak pernah menolak dan mengikuti keinginan bibi-bibinya serta sepupunya agar lancar pembawaannya karena sebelum tampil Laila paginya harus berlatih dan sorenya mengaji di surau depan rumah bibi Supikah , berlatihpun banyak yang menonton, Laila tetap tenang dan bernyanyi sambil menari yang membuat gemas penonton. Lailapun rindu pada keluarganya di rumah dia menangis ingin kembali pulang, tapi budenya menahannya karena masih ada pertunjukan nanti malam begitu seterusnya. Laila tak bisa tidur dan wajah ibuknya terbayang serta wajah saudara-saudarinya. Air mata Laila mengalir perlahan, kerinduannya rasanya tak terbendung pingin bertemu kakak dan adiknya serta bapaknya yang selalu meminta untuk bernyanyi.
” Din…din……” suara klakson mobil mengagetkan lamunan Laila yang sedang melihat bibinya membuka kulit kelapa , ternyata pak Dayat menjemput Laila bersama ibuk dan kakaknya Mila sepulang dari perdagang di pasar Bulu.Laila memeluk ibuknya sambil berurai air mata karena kerinduannya dan Laila dipelluk kakaknya Mila yang lalu di tariknya menuju ke dalam dan menunjukkan sesuatu.
” Itu kaleng-kaleng..berisi uang ketika aku nyanyi kak……” Mila melongo begitu dibuka kalengnya yang penuh dengan uang dan ibuknya memperhatikannya dengan ketawa kecilnya sambil menggendong Rina adik Tuk dakir yang masih bayi. Laila mencium adiknya Rina yang cantik dan lucu. Pak Dayat memeluk Laila dan menanyakan keadaannya.
P. Dayat : ” Laila katana kamu menangis ya tiap malam…….” Laia tersipu melihat bibinya yang ternyata bercerita pada ibu dan bapaknya.
Laila : ” Habisnya disini sepi kalau malam…cuma suara tokek yang bersahutan yang membuat takut Laila…” sanggah Laila agak malu.
P.Dayat : ” Ayo kemasi pakaianmu….kita pulang…” Laila senang sekali dan membawa tasnya ke dalam mobil yang saat itu kendaraan mobil masih langka sehingga dikerubungi masyarakat kampung dan ingin melihat-lihat dalamnya serta menyentuh mobil kantor yang dibawa pak Dayat untuk menjemput putrinya.
Bibi Supikah : ” Laila…ini kalengmu ketinggalan….” Laila terburu-buru karena pingin bertemu saudara-saudaranya di kota Semarang . Bibi Supikah memberikan pada kakaknya Mila disamping tempat duduknya yang masih sela.
Laila : ” Terima kasih bibi…Laila pulang ya..assalamuallaikum……” banyak orang kampung yang membalas salam laila..
Penduduk : ” Jangan lupa…besok liburan ke sini lagi ya Laila…..” Laila mengangguk dan melambaikan tangannya. Senang dan bahagia Laila bersama keluarganya….Rina terbangun dari tidurnya karena mengompol. Rina mengeliat dan memandang disekitarnya dan tertawa
Sore itu amat panas … mobil kantor menuju kota Semarang melewati jalan Supriyadi yang penuh rerumputan dan terasa amat jauh perjalanan tersebut yang kadang mobil masuk lobang karena jalanan tak terlihat ada lobangnya karena tertutup rerumputan , sepanjang perjalanan Laila menyanyi membuat pak Dayat berbahagia. Sampai rumah Laila dijemput kakaknya Ema dan sudah disiapin es kelapa muda, Mila membawakan kaleng dan bersama Ema menghitung uang tersebut…adik-adik Mila Sofie, Fara dan Tuk dakir senang karena melihat uang yang begitu banyak…uang tersebut diberikan ibuknya.
Rochmah : ” Waaah banyak sekali…bisa untuk membeli pakaian lebaran nanti….adik sepupu kamu yang bernama Impala boleh ya dibelikan baju lebaran….?” tanya Rochmah pada Laila yang di jawab dengan angukan kepalaLaila sambil berlari menemui neneknya Ngaipah yang sudah pulang dari memijat bu Marzuki yang melahirkan hari ini.
Ngaipah : ” Sudah pulang Laila….sepi tak ada kamu…tak ada yang menyanyi dan menari….”
Laila : ” Kan Laila liburan disana nek….dan menyanyi serta menari untuk menghibur daerah Pedurungan serta Tlogo Timun…tuh..uangnya ada pada ibuk….”
Rochmah : ” Iya nek….akan kusiapkan untuk baju lebaran anak-anak…..” Ngaipah masuk ke kamarnya dan meletakkan uang hasil memijit kedalam kotak uangnya. Sofie mengepel bersama Fara…Laila bersama Tuk dakir bermain sambil menjaga Rina di kamar ibuknya. Terlihat pak Dayat menyetel radio dan mencari gelombang yang enak di dengar hanya RRI yang memberikan gelombang bersih dan terdengar suara Waljinah menyanyikan lagu Jangrik ginggong. Yenuri diantar pulang oleh pak de candi bersama istrinya Yuk Temu, Yenuri membawa mainan yoyo dua buah untuk dirinya dan untuk Tuk dakir. Aming sudah pulang dari sekolahnya di Sekolah Tekniknya pak Koco dan berkumpul dengan kakaknya Yanto yang pulang dari kerja dan persiapan berangkat ke stadion melatih murit-muritnya karate. Tuk dakir jengkel karena Yoyonya mbundel talinya dan membantingnya sambil menangis.Ema sebagai kakak membantu memperbaiki tali yang mbundet tersebut dibantu Aming yang ikut memainkannya bersama Yenuri.