Naila mendapat telepon dari Salim Ia akan ke Tegal dan pesanan obat sudah diurus bawahannya.
Naila : ” OK Salim , terila kasih pemberitahuannya….omong-omong kamu ke rumah pak Husain atau ke rumah kak Sarah..?”
Salim : ” Ke rumah bapak dulu lalu bersama kak Sarah ke Malang karena suami kak Fatonah mau operasi prostat , kamu tak ingin ke Malang…?”
Naila : ” Pingin siiiih…tapi tak nyaman kalau tak bersama keluargaku…”
Salim : ” Nanti suatu saat akan aku ajak rekanan kantormu ke Malang, ke taman Safari, dan ke gunung Bromo sebagai hadiah tahun baru…”
Naila : ” Beneran….wah senang sekali Salim….akan aku ajak Andin dan Bayu…serta suami kalau tak sibuk…makasih sebelumnya, aku kerja dulu Salim..bye…”
Salim : ” Bye Naila sampai ketemu ….”. Salim amat senang bisa membahagiakan wanita yang tak bisa terhapus dalam hidupnya.
Pak Husain merangkul anak lelakinya yang baru nyampai.
Pak Husain : ” Piye Lee…kabarmu…? bapak kangen sekali dan mengharap kamu segera menikah….dan memiliki anak, agar bapak tenang ….harta sudah ada dan berlimpah kenapa kamu masih memikirkan Naila yang sudah memiliki suami dan anak….”
Salim : ” Kabar Salim baik pak….maaf tapi Salim tidak mau menikah…rasanya sudah terlalu tua…dan enak berteman saja dengan semua orang yang baik…”.
Pak Husain : ” Tapi itu demi kamu…dan keturunanmu….”
Salim : ” Salim tak bisa pak….jangan paksa Salim untuk menikah lagi….Naila juga tak mempermasalahkan pertemanan ini…kita dekat seperti kakak dan adik saja….untungnya kita masih saling selalu terhubung karena jasa obat yang Salim pegang dan juga cengkeh yang bapak wariskan”.
Husain sedikit kecewa….karena anak lelaki satu-satunya yang amat piawai menuruni keahliannya tak ingin menikah dan lebih suka melajang , Husain hanya gedeg-gedeg kepala sambil tertawa karena sudah menjadi keputusannya.
Sarah datang memamerkan mobil barunya bersama putra sulungnya dan merupakan cucu pertamanya Husain yang hampir lulus kuliah dan menekuni cengkeh hasil usaha kakeknya. Sarah membawakan juga oleh-oleh buat iparnya di Malang.
Prasetya : ” Kek …nanti pakai mobil Pras yang dibelikan ibuk ya…?”
Husain : ” Boleh…bagaimana Lim…kita pakai Fortuner nya Pras..ponakan kamu…?”
Salim : ” Bolehlah…dah pernah ke Malang Pras….?”
Prasetya : ” Sudah om beberapa kali ke rumah tante Fatonah dan piknik bersama Najwa dan teman sekolahnya…”. Salim teringat akan Naila dan berwisata ke Sarangan, yaaaahh…ternyata usianya sudah merambat 56 tahun selisih 3 tahun dengan Naila, tua an Salim
Husain yang sekarang berumur 78 tahun dan masih sehat memilih duduk di tengah bersama Sarah dan Salim didepan menemani Prasetya menyetir.
Husain : ” Suamimu gak jadi ikut Sar..?”
Sarah : ” Masih mengurus pensiunnya pak….karena bulan ini rencana pensiunnya keluar….?”
Husain : ” Ternyata kita dah tua yo cah…..?” Pras tertawa , ” Kek….yang namanya kakek ya pasti sudah tua….mana ada kakek umur 27 tahun seperti saya…..?”
Husain : ” Iya..ya….”. kakek ikutan tertawa. Salim memandang Prasetya yang menyetir tak kencang karena membawa kakeknya.
Naila bersalaman dengan dr Camila yang akan pensiun meninggalkan Puskesmas Sumber Kasih di Wonodri, dokter Siswati memberi kenang-kenangan plakat penghargaan juga tali kasih, Naila membayangkan bagaimana keadaannya jika pensiun…? Ah…tentu amat kesepiannya dia …mana Herlian sukanya kerja luar kota..maka Naila mulai memikirkan keadaannya jika telah pensiun, karena Nadin masih butuh biaya kuliah. Nadin yang mengambil jurusan apoteker mengikuti langkah Naila yang kini sudah semester 4.
Herlian jam 23.15 sampai rumah, mbok Ratemi membukakan pagar…Naila terbangun dan memajukan mobilnya biar mobil Herlian bisa masuk garasi.
Herlian : “Kok gak dibuka WAnya….”.
Naila : ” Maaf pah aku cas baterainya habis…”
Herlian : ” Ini papah belikan bandeng presto …”
Naila : ” Emang di Wonogiri ada Bandeng Presto…?”
Herlian : ” Yo gak ada…adanya brem itu ada beberapa aku beli sama abon Boyolali ”
Naila : ” Wonogiri itu terkenal apanya pah…?”
Herlian : ” Setahu aku nasi thiwul mah…papah kemarin dikasih mandor Antok yang masak istrinya ” sambil mandi Herlian berbicara dengan Naila.
telefon Herlian berbunyi Naila melihat siapa yang menelepon …ternyata pak Arjuna, Naila menyampaikan ke suaminya : ” Pah pak Arjuna telepon….”.
Herlian : ” Tolong bilangkan saya masih mandi mah…” . Naila mengankatnya : ” Selamat malam pak Arjuna…”
Arjuna : ” Selamat malam, maaf ini ibu Naila…?”
Naila : ” Iya benar pak…”
Arjuna : ” Bapak sedang mandi ya buk…?”
Naila : ” Iya pak benar….”.
Arjuna : ” Ya sudah nanti saya telepon lagi….terima kasih bu Naila…”
Naila : ” Iya sama-sama met malem pak Arjuna…”.
Kepada suaminya Naila mengatakan kalau pak Arjuna nanti mau telepon lagi . Herlian selesai mandi dan memakai pakaian yang disediakan Naila. Bayu mendengar papahnya pulang dia turun kebawah menuju meja makan yang biasa mbok Ratemi menaruh oleh-oleh.
Bayu : ” Weeeh kerupuk….”. Lalu Bayu mengetuk kamar mbok Ratemi minta digorengkan Bandeng olek-oleh papahnya. Naila mendengar kompor nyala maka Ia segera keluar kamar menemani Bayu makan, Herlian incip Bandeng yang dibelinya, Andin ikutan turun makan bandeng Juwono.
Andin : ” Hmm..enak..’gak asin…lama tak makan ikan bandeng Semarang punya”. Herlian mendapat telpon dari pak Arjuna dan mengambil buku catatanya , cukup lama pak Arjuna menelepon yang diakhiri tertawa yang menyenangkan….Naila jadi mesam-mesem dan menanyakan kenapa tertawa…
Herlian : ” Papah dapat inventaris mobil Land Cruiser 200 dan besok pagi akan diantar pak Darmo “.
Andin : ” Horee..Andin bisa pakai suzuki esteemnya mamah untuk kuliah…dan mamah pekai panther touringnya papah..horeee..” Naila merasa geli.
Naila : ” Ini ni ada apa….mobilnya belum jelas kok sudah hore…hore…”
Andin merajuk papahnya agar permintaannya di luluskan.
Harlian : ” Iya…iya.. mamah pasti mau…?” Herlian melirik istrinya yang tersenyum memandangnya.
Malam ini Andin tak bisa tidur ingin melihat mobil inventaris papahnya yang katanya keren…dia melihat-lihat di internet sampai akhirnya tertidur karena ngantuk.
Bayu yang kini sudah masuk SMU lebih sering keluar, dan Naila yang setahun lagi akan pensiun mencoba mencari-cari aktivitas penunjang masa tuanya. Sementara Salim lebih fokus ke tanaman cengkihnya dan mendidik Prasetya keponakannya untuk menekuni tanaman bekal kehidupannya yang akan datang. Meskipun Salim masih aktif di Farmasi Kembang Setaman tapi dia fokus di kebun cengkihnya dan bercita-cita ingin mengajak berhaji bapaknya.
Naila dilarang bekerja lagi oleh Harlian dan lebih baik ikut keliling suaminya jika merasa sepi dan tinggal di rumah bila rindu anak-anak. Tapi Naila akan tetap di rumah sampai Andin sudah menikah dan Bayu sudah bekerja, Ia ingin mengabdikan diri ke anak-anaknya setelah selesai masa kerjanya dan mengikuti kemana suaminya bekerja.
Herlian : ” Mengapa kamu begitu tertekan dengan pensiunnya dr. Camila..?”
Naila : ” Tak tahu pah….soalnya dr Camila sekarang ngurus cucunya dan kliatan bahagia sekali…”
Herlian : ” Sukurlah kalau begitu…berarti dr Camila sudah mendapatkan jalannya..”
Naila : ” Iya pah…akan aku lalui sisa hidup ini sebaik-baiknya agar bahagia sisa kehidupanku..” Herlian meminta maaf atas semua kesalahannya dan akan tetap bekerja selagi masih dibutuhkan tenaga kerjanya.
Dua tahun kemudian Andin bekerja di Rumah Sakit dan memegang apotik di sana. Naila yang masih cantik bersiap-siap menerima lamaran putrinya yang segera berumah tangga. Bayu melanjutkan S2 di Jepang dan berharap Naila memberikan izin , karena tanpa izin ibunya Bayu tak akan berangkat. Yah …beginilah hidup..yang kita lakukan sebaik-baiknya dan maju terus tak akan menoleh untuk mengulang karena hanya sia-sia saja. Kejadian hidup yang sudah terjadi ya terjadilah terimalah dengan iklas bersamaan dengan menuanya usia kita.
T A M A T