Kesetiaan Yang Ternoda episode 7

Dera Astuti dan Salim

Astuti menangis sejadi-jadinya karena ibunya tak tertolong….mata dan kepalanya retak mengeluarkan darah, dokter sendiri tak mengerti penyakitnya apa, dan baru tahu keterangan penyakitnya dari suaminya.

Pak Slamet        : ” Dokter..istri dan anak saya itu suka main ilmu hitam dan membuat hidup orang jadi susah”

Dokter                : ” Maksud pak Slamet ibuk suka menggunakan santet…? ibuk hebat dong saya saja tak bisa…”

Pak Slamet        : ” Ilmu hitam itu tak boleh digunakan karena melanggar agama dan akan menyesatkan iman manusia, istri saya meninggal karena ilmu yang digunakan Astuti meleset dan menghantam istri saya, entah bagaimana caranya saya tak tahu secara pasti kejadiannya.

Dokter                : ” Berarti mbak Astuti yang membunuh ibuknya dong…”

Pak Slamet        : ” Nek membunuh ya tidaklah pak dokter… lawong dua orang itu yang menikmati hasilnya dan saya rela dimaki ataupun dihina karena menentangnya….sayapun dijampi-jampi istri saya sendiri agar pergi dari rumah dan jualan saya dibuat tidak laku “.

Dokter                : ” Ya sudah pak ini surat kematiannya saya buat berdasarkan keadaan apa yang terjadi karena kecelakaan murni terjatuh dari tangga begitu pak dan bisa diberikan ke pak lurah, ya sudah pak begitu saja saya masih ada pasien lagi dan saya turut berduka cita.  Pak Slamet keluar dari ruang dokter dan langsung pulang  kerumah. Jenazah istrinya sudah dimakamkan karena baunya busuk dan masyarakat buru-buru memakamkan karena gak kuat mencium aromanya.

 

Ketika mengantar Pak Haji Yahya direkturnya pak Herlian , Dimas ketemu dengan pacar baru Astuti yang bernama Ali dan menceritakan  kalau jenazah ibunya sudah dimakamkan .

Dimas                 : ” Terus Astuti tinggal dimana mas Ali..?”

Ali                        : ” Ya di rumah pemberian pak Herlian yang lantai dua itu “.

Dimas                  : ” Besar lo itu rumahnya , rumah bu Naila saja kalah besarnya yang cuma luas 110m2 sedangkan rumah Astuti 300m2 ful bangunan”

Ali                        : ” Yah salah pak Herlian sendiri Imannya tipis ya disikat sama Astuti  si perempuan  jampi-jampi hartanya buat foya-foya”

Dimas                 : ” Mas Ali sendiri masih sama Astuti..?”

Ali                        : ” Habisin dulu dong hartanya…dia dapat duwit dengan mudah kok sambil nothol tahunya biar sekarat matanya keenakan”

Dimas                 : ” Ya sudah mas Ali selamat menikmati tahu busuk, hati-hati ada penyakitnya….” . Ali tertawa terbahak-bahak sambil melambaikan tangan.

Dimas kasihan sama pak Herlian tapi bagaimana lagi Dimas juga bersalah telah menjerumuskan pak Herlian dan menutupi semua kelakuan pak Herlian pada bu Naila.

Selesai rapat pak Haji Yahya tertawa  sama pak Herlian karena masalah sudah diselesaikan dan karena kesalah fahaman saja juga ada penggantian personil dari pusat dan sudah dikonfirmasi.

 

Salim menelepon Naila ingin main ke rumah tapi  Naila tak memperbolehkan. Naila tak ingin menambah permasalahan keluarganya dan ingin fokus di kantornya. Tapi memang dasar Salim tahu kalau Naila berangkat setir sendiri dia jam 11-12 selalu mengirim makanan untuk Naila .Sekali, dua kali Naila tak apa-apa tapi lama kelamaan tiap hari Salim mengirim makanan untuk Naila.

Jika Naila sedang keluar , makanan itu diberikan Eno asistennya Naila .Dan Salim menelepon Naila mengucapkan selamat makan dan selamat bekerja, Naila tak mengerti apa maksud Salim melakukan ini semua ketika ditanya Ia hanya menjawab ada sedikit rezeki dan seharusnya berbagi, sejak dahuku Salim memang orangnya amat perhatian sama siapa saja dan tidak pelit, tapi kali ini Naila tak mau menerima terus menerus pemberian Salim. Naila mengajak Salim ketemuan di Cafe Pandanaran untuk membicarakan apa yang sedang dilakukan Salim terhadapnya.

Naila            : ” Sebenarnya  bagaimana kabar Desi istrimu…kanapa kau tak pernah menceritakan padaku..?”

Salim            : ” Aku senang kamu menanyakan ini, yang berarti care terhadapku..”

Naila             : ” Mengapa harus aku yang bertanya dahulu..? , Maaf ..aku banyak masalah juga…tapi  aku sudah menyelesaikannya..”

Salim             : ” Hai..kaupun memiliki masalah sepertiku juga…..? Begitu juga kamu Naila..?” Naila diam Ia bingung ..sebenarnya apa sih mau Salim..kok malah tanya balik, pikir Naila dalam hati.

Naila             : ” Setiap manusia memiliki masalah ada yang susah dan ada yang pelik”

Salim            : ” Bagaimana masalahmu …apakah susah..?…atau pelik lah…?” Lagi-lagi Naila dibuat bingung.

Naila             : ” Masalahku….? sudah selesai….bagaimana dengan Desi apakah ia bahagia…?” Naila mencoba tegas karena Salim kelihatannya tak serius.

Salim            : ” Aku tak tahu apakah dia bahagia atau tidak….karena aku tak tahu apa yang Ia inginkan dengan rumah tanggaku?!” Kali ini Salim mulai serius.

Naila             : ” Katakan padaku apa yang terjadi dengan Rumah Tanggamu…?!”

Salim menangis sambil memejamkan mata, Ia malu air matanya dilihat Naila maka Salim menghapus dengan sapu tangannya sambil bercerita: ” Selepas kelulusan itu aku dipaksa  Ayah untuk menikahi Desi, karena dihasut pak Damiri mandor cengkih orang tuanya Desi dan dikabarkan aku telah menghamilinya, waktu itu hanya ada kamu yang mengisi hatiku Naila…tak mungkin aku berbuat tak senonoh kepada Desi yang tak pernah akrap denganku apalagi bercanda bahkan menghamilinya..bulsyit… ” . Salim agak geram  ” Tak ada teman untuk curhat ataupun bergurau waktu itu karena suasana amat beda. Demi ibu aku bekerja di sebuah perusahaan Farmasi sambil menanti panggilan dari puskesmas sementara Desi hamil entah siapa bapaknya dan tinggal di Malang”.

Naila begitu tak percaya …, ” Sungguh tragis nasibmu…mengapa begitu teganya ayahmu , dan mengapa engkau menuruti kemauan kakakmu…?”

Salim             : ” Ayah mempunyai taktik untuk melindungiku dan menjual tanah warisku lalu dipindah di Pemalang supaya aku mudah mengawasinya , akupun dilarang menengok lahan milik kak Sarah dan kak Fatonah semua grup timur yang urus ayah, aku hanya mengurus milikku sendiri sambil bekerja di farmasi Kembang Setaman sampai saat ini dan aku menjabat sebagai manajer”.

Naila             : ” Terus pegawai negerimu bagaimana ….?”

Salim            : ” Aku ‘gak ikut tes karena ibuku meninggal dunia terpeleset ketika hendak wudhu, sehingga aku gagal. Makanya aku tekuni Farmasi Kembang Setaman sampai sekarang dan kakakku Sarahpun menjual tanah dan kebun cengkehnya di tukar di Pemalang dan semua yang urus aku karena ayah sudah tua dan tinggal ikut kak Sarah dan suaminya . Kakakku Fatonah ingin menjualnya tanah dan perkebunannya tapi suaminya tak mau karena asli orang Malang  dan juga di halang-halangi mandor Damiri”.

Akhirnya Desi melakukan gugat cerai aku biarkan saja toh itu juga bukan anak-anakku, Aku merasa lega dan menerima gelar duda yang masih perjaka  sampai sekarang . Naila menatap Salim penuh iba tapi hanya sebentar saja karena suaminya menelepon.

Naila           : ” Halo pah …ada apa? ”

Herlian      : ” Kangen saja…kok kamu belum sampai rumah..?, kamu masih sama Salim mantan kamu ya…?” . Naila agak kaget kok bisa-bisanya Lian tahu kalau dia bersama Salim?

Naila          : ” Loh papah  kok tahu aku sama Salim, telpon kantor ya…?”

Herlian     : ” Tahu dong…aku kan dibelakangmu…?” Naila kaget dan mencari Herlian lalu pamit sebentar mencari suaminya.

Naila         : ” Pah ..kamu dimana…..?”

Herlian     : ” Buat apa mencariku…, dilanjut saja pacarannya…..” . Lalu hapenya dimatikan .  Naila stres dan berulang meneleponnya sampai akhirmya Naila kembali tapi apa yang terjadi..

Salim dihajar mentah-mentah oleh seseorang yang tak dikenalnya dan hanya memberi kartu nama dan ditunjukkan Salim kartu nama itu pada Naila. ” Mas Lian….kenapa dia begitu brutal dan tak menghargai aku… ataupun temanku…”. Naila membaca kartu nama itu dan amat marah karena tak bisa menghubunginya.

Salim          : ” Suamimu ya….kok orangnya begitu kasar padaku,’gak tanya dulu langsung bak…buk…bak..buk..”. kata Salim dengan jengkel sambil melap bibirnya yang berdarah

Naila          : ” Begitulah api cemburu…” Naila membantu membersihkan bibir Salim dengan sapu tangannya dan mendukungnya untuk duduk kembali. Salim meringis karena amat perih bibirnya.

Salim         : ” Naila berapa tahun lamu berumah tangga..? Apakah kau tak mengenal sikap dan watak suamimu…?”.

Naila          : ” Salim maafkan suamiku, dia begitu cemburu padamu…”.

Salim         : ” Iya …saya memakluminya….yang sabar ya Naila, ternyata suamimu suka main hakim sendiri..”.

Naila merasa jengkel sekali pada suaminya yang ….aaaahhh ..Naila hatinya merasa dibuat dongkol dengan kelakuan Herlian.

Salim         : ” Kita pulang saja…dari pada rumah tanggamu cek-cok gara-gara aku”. Salim membayar apa yang telah dimakannya dan kembali ke puskesmas Wonodri . Naila kaget mobil Herlian ada di parkiran dan menurunkan Salim yang langsung pulang ke Candi Lama rumah Salim


Kesetiaan Yang Ternoda

Kesetiaan Yang Ternoda

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2020 Native Language: Indonesia
Naila belum bisa tidur meski hari menjelang subuh, wajah HarLian suaminya mengganggu terus. Dua hari berturut-turut hapenya gak diangkat padahal posisi masuk ...ingin ia menelepon Cris sahabat Lian menanyakan keberadaan suaminya tapi Naila mengurungkannya karena tak enak menanyakan masalah rumah tangganya pada Cris yang masih bujangan. Naila dan Lian sudah 25 tahun berumah tangga saat ini Naila berusia 45tahun dan Lian suaminya berumur 50 tahun selisih 5 tahun tak kelihatan perbedaannya dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Perlahan air matanya mengalir suara adzan subuh memaksa Naila berwudhu dan melakukan shollat subuh. Air matanya tumpah ruah Naila mengadu pada Tuhannya memohon agar suaminya selalu dilndungiNya. Naila hendak membaca Alquran tapi hapenya berdering .... dari mana ? Naila tak mengenalnya . Berkali-kali hape berdering ...Ia biarkan, Naila baru sadar jangan-jangan itu suaminya..mungkin hapenya hilang dan ganti baru maka Nailapun mengangkatnya, tapi apa yang terjadi..? Naila mendapatkan suara lengkingan ketawa wanita dan mengejeknya..."Dasar wanita bodoh ...tolol...tak bisa melayani suami dengan baik...! ha..ha...ha...tolol..." . Naila mematikan hapenya dengan gemetaran. Masih menggunakan mukena Naila mengadu lagi pada Tuhannya " Ya Allah....cobaan apakah yang Engkau berikan padaku..mengapa hatiku terasa tak enak sekali ...tolonglah hambaMu Ya Allah..". Naila menutup doanya dan memberesi kamar tidur karena anak perempuannya akan segera sekolah. Naila menuju dapur mempersiapkan sarapan dibantu Ratemi yang sudah membuat nasi goreng. " Selamat pagi ibuk Naila , susu sudah hangat dan bisa segera diminum " " Terima kasih mbok Ratemi, Andin sudah bangun ?.......

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset