Naila menahan amarahnya sampai di rumah, Ia tak ingin anak-anaknya tahu apa yang telah terjadi. Putri sulungnya sedang ujian dan Naila harus selalu mengsuportnya agar nilainya memuaskan, sementara Herlian kerja…kerja dan terus kerja tanpa meninjau tugas istri dan tanggung jawab secara mental. Naila menangis teringat perkataan Salim dan membuatnya sedih.
Salim : ” Suamimu ya….kok orangnya begitu kasar padaku,’gak tanya dulu langsung bak…buk…bak..buk..”. kata Salim dengan jengkel sambil melap bibirnya yang berdarah
Naila : ” Begitulah api cemburu…” Naila membantu membersihkan bibir Salim dengan sapu tangannya dan mendukungnya untuk duduk kembali. Salim meringis karena amat perih bibirnya.
Salim : ” Naila berapa tahun kamu berumah tangga..? Apakah kau tak mengenal sikap dan watak suamimu…?”.
Naila : ” Salim maafkan suamiku, dia begitu cemburu padamu…”.
Salim : ” Iya …saya memakluminya….yang sabar ya Naila, ternyata suamimu suka main hakim sendiri..”.
Naila menangis melihat sapu tangannya yang terdapat noda merah darah dari Salim lalu Naila mencucinya sampai bersih kembali. Herlian sudah sampai rumah dan mencari Naila
Herlian : ” Mah…Mah……bagaimana keadaan Salim ….pacar kamu…apa kamu masih menangisinya…?” Naila jengkel sekali pada Lian. karena menyebut nama Salim cukup keras dan membuat Naila marah.
Naila : ” Pah…apa maksud kamu…?”
Herlian : ” Bagaimana keadaan Salim apakah kamu masih menangisinya….?!”
Naila : ” Dia baik-baik saja…bagaimana keadaan Astuti apakah Ia mau membunuhku lagi..? atau Dimas masih melindungi dan menutupimu…?” Herlian jengkel nama Astuti disebut Naila juga Dimas karena Naila amat marah. ” Emang papah tahu apa tentang Salim…? apa dia moroti aku…..? berzina sama aku…?! “. Herlian dongkol di skak mat dan membanting gelas.
Naila : ” Sebenarnya aku juga bisa membanting gelas , tapi aku tak mau anak-anakku akan tertekan melihat orang tuanya perang…” . Mbok Ratemi mengambili pecahan gelas, Bayu dan Andin turun menanyakan.
Andin : ” Ada apa sih mah….? kok ada gelas pecah segala…”.
Naila : ” Papahmu cemburu sama om Salim…..”
Bayu : ” Cemburu itu tandanya cinta…jadi peluk papah dong mah….”. Bayu mendorong Naila kekamar dan tangannya Naila di rangkulkan ke papahnya. Mau tak mau Naila meraba rambut suaminya dan mengelus beberapa kali, Bayu senang karena mereka sudah akur pikirnya. Sementara Herlian meminta maaf atas kekhilafannya karena memang cemburu.
Naila : ” Aku malu mas, atas perlakuanmu pada Salim…., kamu kasar…menjatuhkan harga dirimu sendiri “. Sambil terisak Naila mengusap air matanya karena sakit hati diperlakukan Herlian seperti itu.
Herlian : ” Iya….maafkan papah..” Herlian memeluk Naila sambil menangis. Ingus Naila membasahi baju Herlian karena Herlian memeluknya kuat.
Mbok Ratemi menyiapkan makan malam karena Andin kelaparan saat belajar, Naila membuatkan telur dadar kobis kesukaan Andin yang melahapnya dengan senangnya.
Malam itu Naila tidur dalam pelukan Herlian, dipandanginya wajah Naila sebenarnya apa yang dilakukan istrinya pada Salim ? Apakah mereka saling cinta…ataukah..Salim salah sangka ? Herlian menata hatinya dan mencoba melihat hape Naila dan ingin tahu apa yang dirahasiakannya.
Herlian melihat kontak Salim dan terdapat panggilan suara tak ada pesan tertulis, Herlian mengecek di WA nya dan tertulis ucapan selamat atas kesuksesan Naila meraih plakat logam dan Naila hanya mengucapkan terima kasih atas perhatiannya.
Herlian bingung tak menemukan perkataan yang bisa memicu kecemburuannya, tapi Ia bersyukur istrinya tak digoda Salim dan Herlianpun meletakkan kembali hape Naila disamping mejanya.
Angga keponakan Herlian dibawa pulang adik iparnya yang bernama Rosyida karena akan dikuliahkan di Bandung selesai kelulusan
Andin : ” Kamu jadi kuliah di Bandung Ngga..?”
Angga : ” Aku pusing ..mending ikut tante Naila, bokapku memaksa aku kuliah di Surabaya sedangkan nyokap tak bisa kutinggalin…setiap liburpun aku musti balik ke Bandung dan kamu tahu sendiri karena aku tak cocok dengan istri barunya bokap yang mata duwitan dan otaknya penuh rincian.
Andin : ” Aku sama keluarga akan berlibur ke Bandung untuk menghilangkan strees setelah kenaikan kelas Bayu tapi nyokapmu gak mau bareng sama mamahku dan memilih jemputan calon suaminya, kamu sudah dikenalin calon bokapmu ‘Ga…?”.
Angga : ” Sudah kemarin videocall….ketika ketemu nyokap dan diperkenalkan aku…”
Andin : ” Asiiik….berarti deal kuliah Bandung dong….”.
Angga : ” Aku lebik nyaman dengan tante Naila mamahmu yang gak banyak omong tapi cerdas, tapi kuliahku butuh biaya banyak aku tak enak merepotkan tante Naila terus-terusan karena bokap gak kirim uang ke aku…katanya masih ada biaya buat Rane adikku dan Rendi dalam asuhan nyokap karena masih SMP “.
Andin : ” Rane adikmu itu nyatanya nyaman dengan Dahlia istri baru bokapmu Handoko…dan manja malahan…”. Angga menjulurkan lidahnya lalu ketawa,
Angga : ” Sejak kapan Rane menutupi kebohongannya…..pasti tak akan..karena Rane itu anak kandung Bokap sama Dahlia dan Rane anak perselingkuhannya…”
Andin tercengang…: ” Jadi ini benar-benar berita baru….mamah belum tahu…?!.”.
Angga : ” Sekarang sudah ngertikan Ndin..?, Rumah tangga bokap dan nyokapku itu amburadul…untung tante Naila gak banyak bicara hingga aku lulus SMA yang biayai tante Naila…..”.
Andin : ” Bingung aku ‘Ga…ah sudah beresi pakaianmu ntar mamah Rosyida nungguin kamu gak slesai-slesai”.
Mobil sedan silver berhenti di rumah Naila dan mamah Rosyida keluar menemuinya
Rosyida : ” Mas Argo…turun dulu aku perkenalkan kakak iparku Naila..”. Argo turun dan didampingi Rosyida sambil memeluknya , sementara Angga sudah menyiapkan kopernya dan ditaruh diruang tengah lalu ganti pakaian.
Naila : ” Perkenalkan saya Naila, mantan suami Rosyida adalah adik kandung suami saya Herlian”.
Argo : ” Saya Argo , asli saya Jakarta dan tinggal di Bandung karena pekerjaan disana…”
Naila : ” Jadi akan menetap di Bandung…. dan berumah tangga di sana…?”
Argo : ” Iya…demikian rencananya…”
Rosyida : ” Iya mbak , mohon doanya kami akan menikah sederhana saja asal syah…dan Angga akan kami bawa untuk kuliah di Bandung “.
Naila : ” La kakakmu Herlian belum pulang….gak nunggu dulu…?”
Rosyida : ” Tadi sudah telpon gak apa katanya”
Naila : ” Ya sudah kalau begitu, hati-hati ya….semogo Angga betah di Bandung dan lancar kuliahnya”.
Rosyida : ” Aamiin mbak….makasih untuk semuanya…Alloh yang balas…” .
Angga memeluk Naila dan mengucapkan terima kasih telah menyekolahkan sampai lulus dan meminta maaf sudah membuatnya susah, Andin , Bayu dan mbok Ratemi mengantar sampai depan rumah dan Rosyidah melambaikan tangannya. Mobil sedan itu perlahan jalan meninggalkan rumah Naila.
Mbok Ratemi : ” Waah sepi sekarang gak ada mas Angga…sebentar lagi mas Dimas juga akan meninggalkan rumah”. Andin tersenyum mbok Ratemi tertawa dan mereka masuk dirumah.
Jam delapan malam Herlian pulang sendirian tanpa Dimas , mbok Ratemi langsung membantu mengangkati kopor dan oleh-oleh.
Herlian : ” Angga sudah dijemput Rosyida mbok..?”
Mbok Ratemi : ” Sudah pak…..dijemput sama calonnya Bu Rosyida namanya siapa tadi ya….?…ah simbok lupa….”
Herlian : ” Argo….orang Bandung ya……?”
Mbok Ratemi : ” Iya katanya pak…?! , lo…ini mas Dimas kok tak ikut pulang..? apa sudah pulang pak…?”
Herlian : ” Nanti mengambil pakaiannya, dia lagi bersih-bersih kamarnya dan akan melayani pak Haji Yahya..”.
Mbok Ratemi : ” Weeh ngelayani bose bapak to…?”
Naila dan anak-anaknya ikut membantu mengangkatinya terutama oleh-olehnya….Kerukunan keluarga Herlian menbuat nyaman mbok Ratemi yang menyiapkan makan malam, Naila dan Andin menyiapkan piring dan sendok. Herlian yang selesai mandi menuju ruang makan , sambil menikmati makanan Herlian bertanya pada Bayu,
Herlian : ” Siapa yang akan ambil raportmu Bayu…?”
Bayu : ” Mamah saja pah ….soalnya Bu Prapti orangnya galak….”
Herlian : ” Masak …..berarti bagus dong bu Prapti….?!”
Bayu : ” ‘Gak mau nanti malah dimarahi papah bu Praptinya…..?!”
Herlian : ” Looo jadi yang galak siapa dong…..Bu Prapti apa papah hayoo…??”
Bayu : ” Kalau di sekolah bu Prapti…kalau di rumah papah……” sambil ketawa Bayu malu, semua ikut tertawa , Herlian geli dan melihat Naila yang tersenyum menatap suaminya.
Naila : ” Papahmu itu hanya ingin kalian disiplin…kan memang suara papahmu begitu…?!”
Herlian merasa di puji Naila didepan anak-anaknya sehingga semakin gemas mengelus kepala Bayu dan menyetujui yang mengambil raportnya Herlian besok Sabtu.
Andin : ” Pah, mana janji ke Bandungnya…?”
Herlian : ” Iya nanti sekalian keluar nunggu Dimas ambil pakaiannya besok ”
Semua bergembira menyambut kenaikan kelas Bayu
Herlian : ” Bagaimana hasil tes terakhir kemarin Bayu….apa ada yang kurang nilainya….?”
Bayu : ” Bayu nilainya sempurna pah….?”
Andin : ” Iya pah Andin yang cek semua nilainya semoga Bayu naik kelas..”
Nilai Bayu memuaskan , membuat Herlian bangga selesai pengambilan raport tinggal menunggu Naila pulang kerja.