Dimas mengambil pakaiannya dan pamit pada Herlian juga Naila serta semuanya.
Naila : “Dimas..jaga dirimu dan tak usahlah kamu mempengaruhi bapak lagi , malah akan menyusahkanmu juga di kantor”.
Dimas : ” Iya buk.., saya minta maaf jika selama ini sudah menyusahkan ibuk”
Herlian diam saja dan mengikuti Dimas , Naila diam-diam memperhatikan Herlian yang berbisik pada Dimas.
Dimas manggut-manggut tanda mengerti. Naila merasa ada sesuatu yang di rahasiakan antara Dimas dan Herlian tapi Naila menepiskan fikiran negatif itu dan membuangnya jauh-jauh.
Hari liburan itu jadilah , hotel sudah disiapkan namun Herlian belum nampak ….lalu datang seorang driver baru Herlian, yang akan mengantar Naila dan keluarga ke Bandung. Driver itu bernama Nawang, dia amat sopan dan baru dua hari melayani Herlian.
Nawang : ” Maaf bu saya disuruh bapak mengantarkan ke Bandung dan nanti bapak menyusul karena ada pemeriksaan dadakan di proyek saya disuruh mengantar ke Bandung sambil menunggu bapak, monggo buk kita berangkat.
Naila jengkel dengan kejadian ini tapi mau apa lagi persiapan dah beres…akhirnya semua berangkat dan diantar Nawang driver barunya Herlian. Naila rasanya kurang semangat perasaannya rancau , hal inipun dialami putra-putrinya. Herlian menelepon Nawang,
Herlian : ” Hallo…sudah sampai mana Wang…?”
Nawang : ” Tol Palimanan pak..”.
Herlian : ” Ya sudah, aku masih sama pak Yani…!?”
Ternyata Herlian menikah siri dengan Astuti yang menggelayut di lengan Herlian dan bermanja sambil membuka amplop dari tetangganya dan teman kerja yang merahasiakan perkawinannya dengan Astuti.
Sehari..dua hari Naila dan anak-anak berada di hotel lama-lama menjadi jenuh, karena papahnya gak datang dan minta pulang si Bayu ingin ngegames di rumah. Nawang menelepon Herlian tapi tak diangkat dan mengirim pesan cuma dilihat saja, rupanya hape Lian dibawa Astuti .
Ali amat marah melihat Astuti balikan sama Herlian mereka berkelahi sendiri, Astuti merasa diporotin Ali terus dan gak bisa beli pakaian.
Ali : ” Kamu kawin siri sama lelaki tua buat apa..?”
Astuti : ” Ya buat senang-senang saja bisa beli apa-apa…berbagi rejeki saja..anak-anakku dipenuhi kebutuhannya..!?”
Ali : ” berarti kamu sudah melupakan aku ya beb….?!”
Astuti : ” Ya ‘gak lah ya…..kamu tetep bebebku yang kucinta sepanjang jaman, tapi aku lebih perhatian dulu saat ini, biar si tua bangka ngeluarin doku nya..?!”
Ali : ” Asiiik kita pesta lagi ya yang…..” .
Hape dimatikan Astuti karena Herlian mau menyusul Naila dan anak-anaknya , Astuti mau minta uang belanja sambil diceramahi Herlian .
Meski agak jengkel Ali terpaksa mengalah asal dapat fulus dari Astuti
Naila batinnya menangis suaminya tak bisa dihubungi, ya jelas saja hapenya di blockir Astuti , Herlianpun bingung karena gak bisa telpon istrinya dan akhirnya Herlian menelepon Nawang.
Herlian : ” Wang….sampai mana..? hape ibuk kok tak bisa dihubungi…? apa marah sama aku..?”
Nawang : ” Ini mau perjalanan pulang….mas Bayu minta pulang nunggu bapak kelamaan, ini ibu mau bicara pak….?”
Naila : ” Piye to pah…hape ‘gak bisa dihubungi….emang segitunya sampai tiga hari berturut-turut pemeriksaannya ?”
Herlian : ” Papah sendiri juga jengkel..papah setres…pingin ketemu anak-anak…!!”.
Naila : ” Ya sudah pah…ini mau keluar tol Cikopo …papah pulang saja..”
Herlian : ” ‘Gak mah…aku akan jemput kamu dan anak-anak sekarang , papah tunggu di rest area Cipali km 130 “. Herlian memberikan perintah pada Nawang untuk istirahat di situ.
Setengah 11 mereka ketemu, Andin amat kecewa apalagi bayu mulutnya manyun. Nawang diperintahkan memindah kopor ke mobil yang dipakai Herlian karena akan diajak ke Pulau Seribu. Bayu dan Andinpun semangat lagi. Karena arah berlawanan jadi cukup lama memindahkan barang-barang ke mobil yang dipakai Herlian. Nawang segera bergegas kembali menuju Semarang setelah mendapatkan uang saku dari Herlian.
Bayu : ” Papah kok lama sih…Bayu amat capek nunggu papah…?”
Herlian : ” Yang capek bagian mana….nanti papah pijitin…?!”.
Bayu : ” Uuuuh kok begitu sih papah…”
Herlian : ” Looo….katanya capek….” sahut Herlian sambil tersenyum dan melirik Naila yang lagi membaca WA dari Rosyida mantan adik ipar Herlian karena Handoko adik kandung Herlian menceraikannya dan menikah lagi dengan Dahlia. Rosyida menelepon Naila:
Rosyida : ” Mbak Nai…mampir dong ke Bandung….”.
Naila : ” Maaf ya Da…ini sudah menuju Jakarta mungkin lain waktu mbak ke Bandung, salam saja buat Angga dan Rendy”.
Rosyida : Iya mbak ..tolong titip pesan untuk mas Handoko segera kirim uang untuk Rendy, karena ini untuk kebutuhan sekolah anaknya “.
Naila : ” Iya…biar disampaikan mas Herlian ya….eh salam buat mas Argo suamimu dan Angga rencana kuliah dimana Da…?”
Rosyida : ” Di UNPAD mbak..semoga diterima ya mbak…?”
Naila : ” Aamiin …semoga diterima “. Naila mengakhiri pembicaraan tersebut dan menyampaikan pesannya pada Herlian.
Agak geram Herlian pada adiknya Handoko.
Herlian : ” Handoko ini bagaimana mengapa harus menyusahkan kita terus….lagian Rosyida gak begini caranya melibatkan keluarga orang lain , bukankah dia ada hapenya..?”
Naila : ” Mungkin hapenya sulit dihubungi pah…jadi terpaksa Ida telpon kita…?!”.
Andin mendengarkan percakapan tersebut dan melihat mamahnya yang tanpa ekspresi, karena Herlian menelepon Handoko.
Herlian : ” Han…piye kabarmu…? gayane to foto di menara Eiffel sama bini baru…mang habis ke sana…?”
Handoko : ” Biasa….tebar sensasi aja …ndak tahunya kena loooo..”
Herlian : ” Yo kalau beneran oleh-olenya dong…?!”
Handoko : ” Ha.ha..ha…Rosyida jadi nikah ya brow…?”
Herlian : ” Ya….begitulah….dapat manajer pemasaran mantap, kamu bisa kesalip hartanya belum kamu harus membiayai sekolahnya “.
Handoko : ” Ah..bodo amat….Rendy gak mau ikut aku pilih ikut Ida ya biar dia yang tanggung..?”.
Herlian : ” Jangan begitu Han…Rendy tu anak kandung kamu…tak ada bekas anak Han, sadar…malulah kamu yang menceraikannya dengan paksa…harusnya kamu jentleman biar gak malu-maluin di depan Argo Pratomo. “.
Handoko : ” Laaa..uang kalau sudah di tangan Dahlia sulit ngluarkannya…di genggam sendiri…”
Herlian : ” Wis terserah kamu…urusin itu sekolah Rendy jangan hanya Rane saja ..yang adil , kamu ingat gak pesan pak hakim kamu harus menyerahkan hak anak-anakmu sampai lulus kuliah”.
Handoko : ” Iya…nunggu Dahlia pulang kerja nanti biar di transfer”.
Herlian : ” Ingat…kalau Ida bengok-bengok sama aku lagi tak laporkan ke pak hakim , biar kamu dipenjara…kapok..”. Herlian jengkel sama Handoko kalau tak mampu menceraikan jangan lakukan karena hukum tetep hukum ada aturannya.
Naila : ” Kok sampai marah sih pah….”
Herlian : ” Biar…..perceraian itu malah paling sulit , ada tuntutannya..kalau tak adil juga bisa dituntut pengacaranya sampai ada tindakan pidana…gak main-main kalau nikah lagi , itu biar orang laki-laki menghargai hak anak dan jangan menyepelekan mantan istri dia berhak nagih ke istri muda kalau tidak adil dan malah bikin malu…”. Naila tersenyum karena suaminya sedikit mengertilah masalah hukum.
Herlian menuju Dermaga Marina Ancol untuk mendapatkan tiket ke Pulau Bidadari kawasan Pulau Seribu, Andin dan semuanya mempersiapkan kopor , sementara Naila membayar tiketnya dan Herlian mengambil uang di ATM mencukupi kebutukan istrinya. Herlian mengambil tiket 2 hari satu malam, jam 15.30 kapal mulai berangkat Andin mengabadikan keindahan laut dan pemandangan alamnya dan berfoto bersama mamah papahnya juga Bayu . Mereka amat bahagia menikmati liburan ini tapi anginnya kenceng sekali sehingga ada beberapa yang muntah.
Kapal berebut cepat sampai dan penumpang saling berteriak, Naila memperhatikan putra-putrinya bergembira dan bersorak riang. Dua puluh menit kemudian sampai di resort dan persiapan menyaksikan sunset yang amat indah menentramkan perasaan hati yang gundah membuat Naila bermanja dengan Harlian, makanan ringanpun disuguhkan seperti potato dan soft drink . Naila memilih resort cottage terapung betul-betul amat nyaman buat istirahat.
Jam 19.oo makan malam disiapkan di retoran dengan menu ikan bakar, Herlian menuju pantai karena di telepon Astuti.
Herlian : ” Aku kan sudah bilang jangan telepon , jangan ganggu liburan istri dan anak-anakku, kamu kan istri siri jadi harus mengalah dan jangan mengganggu istriku sekali lagi ?!”
belum sempat bicara Astuti sudah di blockir Herlian. Herlian khawatir kalau nanti di dengar Naila dan anak-anaknya sementara Astuti mangkel campur marah diperlakukan seperti ini, sekali lagi Astuti ingin mencelakakan Naila karena tak bisa mengendalikan emosi…merasa di nomor duakan dan harus menerima kenyataan yang ada. Astuti hanya mau nomor satu dan Herlian harus dikuasai seutuhnya.
Sun rise mulai menampakkan senyumannya …gorden dibuka Andin….. matahari kemerahan menerpa wajah Andin yang ranum kehangatannya mulai terasa samar, Andin mengayuh sepeda bersama adiknya Bayu sambil berkeliling pantai. Naila mempersiapkan sarapan popmie karena akan berperahu mengelilingi pantai melihat ikan-ikan yang cantik. Senja hari mereka pulang menuju Jakarta.