Kibarashi episode 2

Chapter 2

Semua ini bermula saat Shinji dan kedua temannya sedang jalan-jalan ke pusat kota beberapa bulan yang lalu. Di mana hampir seluruh sudut mereka bisa menemukan pernak-pernik untuk seorang otaku. Kedua temannya sendiri tidak terlalu menggemari anime dan sejenisnya, mereka hanya senang melihatnya saja. Menikmati keindahan kota yang sesungguhnya.

Kedua temannya sedang asik memfoto orang-orang yang berpenampilan unik, Shinji tertinggal dibelakang. “Kenapa aku harus ikut dengan kedua orang ini,” keluhnya.

Salah satu temannya memanggilnya, “Shinji! Cepat ke sini!” Taro yang paling semangat dengan rambutnya yang tipis tidak tertiup angin melambaikan tangannya.

Shinji dengan rasa malas menghampirinya, “Ya ada apa,” Naoki menariknya. “hei! Apa yang…,” disebelahnya sudah ada seorang perempuan yang sedang cosplay. Satu dua jepretan foto diabadikan oleh Taro. Setelahnya mereka melihat hasilnya, terlihat muka Shinji yang malu-malu.
“Eh…seorang Shinji yang sok dingin ternyata bisa malu-malu juga disamping perempuan,” Naoki meledeknya. Lalu bersama Taro mencari lagi orang-orang yang berpakaian seperti itu lagi.

Shinji yang masih setia mengikuti mereka dari belakang menghentikan langkahnya ketika dia melihat suatu iklan yang muncul dari layar tv salah satu toko. Shinji menontonnya dengan sangat serius.

“Virtual Idol….Hi…me…,” seorang perempuan model 3 dimensi berpakaian seragam sekolah, rambutnya berwarna pink. Di iklan tersebut sang idol sedang membawakan lagu-lagu anime terkenal. Di akhir iklan diberitahu cara agar bisa berkomunikasi dengan virtual idol ini, melalui sebuah aplikasi. Shinji yang iseng mencobanya memindai barcode yang tertera, secara otomatis aplikasinya terunduh.

“Shin…apa yang sedang kamu lakukan?” iklannya sudah berubah menjadi iklan model kit. “kamu ingin membelinya?” tanya Naoki.

“Tidak…,” lalu berjalan santai menyusul Taro.

Malam harinya ketika kegiatan jalan-jalannya sudah selesai, dan masing-masing telah pulang dengan selamat. Shinji membuka aplikasinya yang bernama ‘Virtual Idol Hime : Everyday with you’. Setelah dibuka dia diharuskan mendaftar, langkah-langkah selanjutnya dapat dilalui dengan mudah. Tampilan awalnya sungguh menarik, dan ada beberapa konten gratis yang dia dapatkan sebagai hadiah mendaftar pertama kali. Isinya Hime sedang membawakan lagu-lagu anime terkenal.

“Hm…,” membuka menu-menu yang ada untuk melihat apa saja yang ditawarkan oleh aplikasi ini. “konten terkunci…sepuluh ribu streaming koin untuk membukanya, klik di sini untuk info lebih lanjut,” membaca informasinya dengan detil. Dia merasa tubuhnya semakin letih, lalu menutup aplikasinya untuk dilanjutkan keesokan harinya.

Saat aplikasi mau tertutup muncul suara dari ponselnya, suaranya begitu lembut. “Apa kamu merasa sendiri sekarang?” Shinji terkejut, namun dia tidak menjawabnya.

Shinji mulai mencoba memutar beberapa video yang tersedia saat sedang waktu istirahat di sekolah. Dia lebih nyaman berada di kelas, memakan bekal bawaannya yang siap makan dibandingkan harus membeli cemilan yang tersedia di kantin. Dengan gayanya yang malas, menahan dagu dengan telapak tangannya dia menonton videonya dengan tenang tanpa gangguan. Satu dua video dia lihat, perasaannya masih biasa saja.

Kebiasaan ini dia lakukan hampir setiap hari ketika di sekolah, untung saja kedua temannya lebih suka berada di luar kelas saat jam istirahat sehingga tidak ada yang mengganggunya. Barulah hingga suatu malam Shinji mendapat pemberitahuan bahwa Hime akan melakukan siaran live perdana. Dan update terbaru mengatakan bahwa sebuah web resmi dari Virtual Idol Hime sudah dibuat, pengguna juga dapat membuka semua menu yang sama dengan di ponsel.

Shinji membuka web tersebut, tidak lupa menggunakan kaca mata terlebih dahulu. Alasan dia memakainya untuk menghalangi cahaya dari layar komputer langsung mengenai matanya. Dia menunggu tayangannya dimulai, tidak lama kemudian Hime muncul di layar. Menyapa semua orang yang sedang menonton. Hime duduk di depan meja putih dengan tampilan belakang sebuah jendela besar dengan korden transparan seperti rumah-rumah antik eropa.

“Seribu orang sedang menonton, banyak juga,” ada sebuah kolom kecil yang dapat digunakan untuk memberikan komentar. Tayangan live perdana Hime ditujukan untuk melakukan komunikasi secara langsung dengan penggemar. Mereka bisa memberikan pertanyaan apapun mengenai Hime. Shinji pun mencoba memberikan pertanyaan kepada Hime, dia melakukan hanya iseng. “Apa kamu tidak merasa sepi berada diruangan besar seperti itu sendirian?” mengetik sambil membacakan pertanyaannya.

Tayangan sudah berlangsung 15 menit, karena dibuat seperti duduk berdua dengan Hime. Maka Shinji merasa sedang bertatap langsung dengan seorang perempuan yang sedang bercerita berbagai hal kepadanya. Lalu pertanyaan Shinji mulai dibacakan oleh Hime.

“Apa kamu tidak merasa sepi berada diruangan besar seperti itu sendirian?” Hime selesai membacanya, “untuk Shinnnnnji, hmmm..aku tidak merasa sendiri, karena malam ini aku sedang bersama denganmu,” tersenyum, hingga matanya pun juga ikut tersenyum.

Shinji mundur perlahan dari layar komputer, entah kenapa perasaannya menjadi tidak karuan. Padahal yang berbicara seperti itu adalah bukanlah perempuan asli, melainkan model 3 dimensi. Semakin dia lihat perasaannya semakin menumbuh besar. Apalagi Hime mulai bersenandung dan mulai bertanya balik kepada penggemar yang menontonnya. Satu jam berlalu, tayangan live perdana Hime akhirnya selesai.

Shinji tidak sadar bahwa dirinya masih tersipu, melepaskan kacamatanya lalu mulai mengunduh konten lain seperti nada dering untuk alarm pagi dan nada panggilan. Semenjak itu dia tidak pernah terlewat melihat tayangan live Hime, dia bersyukur kebanyakan tayangan live itu dilakukan saat malam hari. Shinji juga tidak mengaktifkan suara notifikasi saat disekolahnya agar teman-temannya tidak tahu bunyinya. Khususnya kedua teman dekatnya.

Perempuan yang sangat mirip tampilannya dengan Hime itu masih berada di dalam kamarnya, sedangkan Shinji masih bersikap tidak percaya.
“Oh..iya maaf aku masuk kamarmu tanpa izin,” melihat jam di tangan kirinya. “waktunya sudah mepet, kita bertemu di sekolah saja yah,” berjalan pelan keluar dari kamar Shinji. “sebaiknya kamu cepat bergegas,” Shinji hanya bisa melongo.

Saat dirasa perempuan yang mirip Hime sudah pergi dari rumahnya, Shinji keluar kamar lalu mencari Ibunya.

“Bu! Ibu!” mencari Ibunya menelusuri semua ruangan di rumah. Ibunya berada di luar sedang menyapu halaman. “rupanya Ibu di sini, si…,” Ibunya memotognya

“Oh…dia…,” Ibunya nampak bingung menjawabnya. “ah…dia..baru pindah ke sini, Ibu lihat seragamnya sama dengan punyamu. Hehehe….,” bersikap sangat mencurigakan bagi Shinji, lalu mengubah topik pembicaraan. “hei, sudah jam berapa ini. Cepat pergi ke sekolah,” melihat anaknya masih memakai seragam yang kemarin, “cuci muka, sikat gigi, lalu berangkat,” Shinji yang masih bingung akhirnya memutuskan untuk berangkat sekolah saja.

Seperti dugaan sebelumnya, dirinya telat sampai ke sekolah. Dirinya sungguh berantakan hari ini, dia mengambil nafas panjang lalu mulai menata wajahnya agar terlihat seperti biasa. Dengan langkah pelan dan santai dia membuka pintu kelasnya, situasi masih sama. Kedua temannya melambaikan tangan, dia langsung duduk menuju mejanya.

“Yo…ada apa denganmu? Kamu tampak berantakan,” tanya Taro.

“Tidak…tidak apa-apa,” jawabnya singkat.

Jam sekolah di mulai, guru yang masuk kali ini merupakan wali kelas. Dia masuk dengan raut wajah yang sangat senang. Perasaan Shinji mulai tak karuan, jika diingat perkataan perempuan tadi. Mereka akan bertemu lagi di kelas hari ini.

“Baiklah semuanya, hari ini kita kedatangan murid baru. Seorang perempuan,” anak laki-laki mulai bersorak, Shinji menahan agar dirinya tidak terlihat panik. “kepada murid baru, silahkan masuk,” pintu kelas terbuka. Sesosok perempuan mulai masuk, parasnya yang cantik mulai menghipnotis. Rambutnya berwarna merah muda, panjang dan lurus. Perempuan ini sudah berdiri dihadapan teman-temannya. Wali kelas mempersilahkan untuk mengenalkan diri.

“Pagi semua,” dirinya tersenyum. “perkenalkan nama saya….,” Shinji membaca mulutnya yang bergerak.

“Met..su..mo..to…Hi..ka..ri,” kedua teman didepannya terlihat sangat senang.

Hikari dipersilahkan memilih tempat duduk, dan dia memilih tepat di samping Shinji. Dia duduk, dan Shinji tetap mencoba untuk tenang. Lalu Hikari mulai berbisik padanya.

“Hei Shinji…kita ketemu lagi,” Shinji pura-pura menatapnya dengan tatapan dingin. “kamu boleh panggil aku dengan sebutan Hime,” Shinji terkejut.


Kibarashi

Kibarashi

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2018 Native Language: Indonesia
Shinji, anak SMA yang kecanduan dengan Virtual Idol Hime. Mencoba menutupinya di depan teman-temannya dengan bersikap tenang dan dingin.Suatu hari seorang perempuan bernama Hikari datang secara tiba-tiba, dengan wajah yang sangat mirip dengan Hime. Shinji pun bertanya-tanya apakah Hikari dan Hime adalah orang yang sama?

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset