“Hm…paman Penny, kira-kira aku memakai baju renang yang mana yah?” memilih-milih koleksi baju renang yang akan dikenakannya.
“Bagaimana jika melihatnya di aplikasi? Baju renang apa yang paling mahal dan paling sulit didapatkan?”
“Ahh…ide yang bagus,” dengan muka yang senang berjalan ke bawah untuk melihatnya melalui aplikasi.
Karena sebagai pembawa konten tentu saja Hikari bisa membuka aplikasi Virtual Idol Hime, lalu dia melihat koleksi baju digitalnya.
“Hehe…,” tertawa sinis. “ayo Shinji, apa kamu bisa menahannya jika aku memakai setelan ini?”
Kegiatan berenang dilakukan saat pelajaran telah usai, agar setelahnya para siswa bisa langsung pulang. Dipanasnya terik matahari yang sedang bersemangat, siswa-siswa kelas Shinji berdatangan secara berbarengan. Guru pun menginstruksikan agar semua siswa mengganti pakaiannya. Biasanya untuk anak perempuan mereka memakai baju renang yang sama, satu model. Sedangkan untuk anak lelaki dibebaskan, namun setelan mereka rata-rata memakai celana pendek.
Siswa berkumpul sebelum kegiatan dimulai, acaranya adalah pembahasan materi, aplikasi di kolam, lalu acara bebas hingga waktu berenang habis.
“Eh…Taro, liat lemak perut mu itu. Bukannya kamu suka bersepeda ke sekolah?” temannya mengejeknya.
Taro melihat ke tubuh Naoki dan Shinji, mereka berdua memiliki tubuh yang ideal. Tidak gemuk dan tidak kurus, lalu Taro melihat tubuhnya sendiri, sedikit buncit dengan tumpukan lemak di perut bawah dan samping. “Bagaimana bisa, padahal aku juga sering bersepeda,” mengeluh dalam hati.
Anak-anak perempuan yang mengganti pakaiannya akhirnya muncul, satu persatu datang. Lalu Hikari pun muncul, dengan setelan baju renang yang sangat berbeda dengan temannya yang lain. Modelnya tetap sama ‘one piece’, hanya saja corak yang dimiliki Hime lebih terkesan indah dan penuh warna. Hikari jalan dengan anggun, sambil mengibaskan rambutnya dengan maksud menggoda Shinji.
“Woah! Baju renangnya! Apa dia boleh berpakaian seperti itu?” sahut seseorang yang berada di depan Shinji, dan dia pun reflek membalikan badannya.
“ARGHHHHH!” matanya melongo seakan-akan ingin keluar. “sum….summer special limited event swimsuit?!” sesuatu keluar dari hidungnya, “apa ini?” dia melihat tangannya, ada bekas berwarna merah. “sial! jangan sekarang,” Shinji tiba-tiba lari dari barisan. Teman-temannya yang lain melihatnya dengan aneh.
Saat dia berlari, dia mengalihkan pandangannya agar tidak melihat Hikari. Shinji berlari menuju toilet yang ada di kolam renang ini. Lalu dia masuk ke salah satu bilik, dia melihat tangannya sekarang dipenuhi oleh bercak darah.
“Ugh! Aku tidak menyangkanya…summer special!” mengelap tangannya ke tembok. “bagaimana caranya aku bisa tenang melihat Hime memakai pakaian itu?!” memikirkan sejenak, lalu keluar dari bilik dan mencuci tangan dan mukanya. “aku harus tenang! Aku harus!” menyemangati dirinya sendiri, lalu dengan santai keluar dari toilet.
“Shinji…kamu tidak apa-apa? aku mendengar kamu teriak-teriak di dalam tadi,” di luar sudah ada Haru, lengkap dengan baju renangnya.
Shinji tertegun, keringatnya mengucur perlahan-lahan. “Apa Wakatabe mendengar semuanya?” ucapnya dalam hati.
“Apa Hime itu panggilan untuk Hikari? Baju renangnya memang bagus sih, motif bunga ditambah dengan tema pantai. Dia bilang padaku bahwa dia belum mengajukan baju renang ke sekolah, jadinya dia bawa sendiri deh.”
“DIA MENDENGAR SEMUANYA!!!” Shinji menjadi semakin panik, lalu dia memikirkan cara agar pembahasan ini tidak dilanjutkan lagi. Dia mencari topik lain sebagai pengalihan.
Suara langkah kaki terdengar mendekat, kedua teman Shinji menyusulnya. Taro diminta menyusul Shinji karena kegiatan renang akan segera dilakukan,sementara Naoki mengikutinya. Melihat Taro dan Naoki, Haru malah langsung pergi. Peristiwa waktu itu belum juga terhapus dari ingatannya.
“Eh..kenapa dia?” ketika Haru sudah menjauh. “oi kami bukan lelaki cabul!” teriak Taro.
“Apa kamu baik-baik saja? Aku melihat tetesan darah saat kamu lari barusan,” tanya Naoki khawatir.
“Tidak..aku baik-baik saja,” dengan santainya berjalan kembali ke barisan.
Untuk menghindari Hikari, Shinji berinisiatif sendiri untuk berdiri dibarisan paling depan. Dengan begitu pemandangannya di depan hanya ada air kolam saja. Tapi Hikari tidak semudah itu ditaklukan, dia juga maju ke barisan paling depan. Sehingga kedua kini berdiri sejajar, saat guru mulai menjelaskan. Shinji dengan sengaja menaikan kepalanya, sehingga kini langit-langit kolam yang terlihat.
“Oi Shinji! Kamu mendengarkan tidak?” ucap gurunya, Shinji mengangguk. “bailklah, jika begitu. Masuklah ke kolam lalu praktekan apa yang saya jelaskan barusan.”
“Aku sih tidak masalah tapi…, sudahlah…,” dengan pasrah maju ke tepian kolam, tidak lupa memakai kecamata renang kemudian melakukan peregangan sebentar.
“Ayo Shinji! Kamu pasti bisa!” suara Hikari yang tiba-tiba muncul membuat badan Shinji bergidik.
Shinji lompat ke dalam air, sekuat tenaga dia mencoba untuk fokus mendengar suara air saja. Dia bisa mencapai ujung kolam dengan mudah, sekarang yang dia lakukan hanya balik ketempatnya semula. Kali ini strateginya mencoba menahan nafasnya di air, jika dia mengambil nafas lalu melihat Hikari maka semua akan menjadi bencana. Sudah hampir setengah kolam, dia masih bisa menahan nafas, namun setelah setengah kolam. Nafasnya sudah semakin habis, dia sangat membutuhkan udara segar dengan segera. Dengan terpaksa dia naik, mengambil udara.
“A…yo…Shin…Ji…,” terlihat Hikari masih menyorakinya, posisinya jongkok di dekat tepian kolam.
“Indahnya…,” menikmati pemadangan didepannya, seketika fokusnya buyar. Air kolam masuk kehidungnya. Shinji panik dan tiba-tiba kakinya mengalami kram.
Guru dan teman-teman yang melihatnya mulai panik, mereka menyangka Shinji akan tenggelam. Guru dengan sigap membuka bajunya dan siap turun, namun Hikarinya yang masuk duluan ke kolam.
“Sial! aku tenggelam,” matanya melirik ke bawah. “kenapa kolamnya sangat dalam,” pandangannya kini ke depan, ada sosok yang berenang sangat cepat menghampirinya. “siapa?” gelembung-gelembung keluar dari mulutnya, matanya tertutup. “apa aku akan pingsan?”
Hikari berhasil meraih Shinji, membawanya ke tepian kolam. Walaupun badannya kecil, tenaga yang dimiliki Hikari cukup besar, karena dia mampu mengangkat tubuh Shinji ke atas. Karena Shinji belum sadarkan diri, Hikari mencoba menekan dada Shinji. Teman-teman dan guru mulai berlari untuk melihat kondisi Shinji.
“Dadaku…sepertinya ada yang menekan,” pandangan Shinji masih gelap. Karena tidak ada reaksi Hikari mencoba memberikannya nafas buatan. “sekarang apa ini? Begitu lembut dan hangat,” Shinji mulai membuka kedua matanya. Samar-samar dia melihat wajah Hikari, “ah Hime…,” kemudian wajahnya mendekat dan terjadi lagi pemberian nafas oleh Hikari. Wajah Shinji memerah, sangat merah. Badannya kejang-kejang.
“Ah..berhasil, dia selamat semuanya!” teman-teman dan guru hanya bisa diam melihat semua ini, mereka mengangguk bersamaan.
“Beruntung sekali dia,” keluh Taro yang diikuti dengan Naoki.
Shinji memutar badannya, memuntahkan air yang tertelan tadi. Ketika sudah memuntahkan semuanya, dia tidak membalikan badannya. Posisinya sekarang tengkurap, kepalanya menghadap lantai kolam. Sang guru kemudian meminta semuanya kembali ke posisi awal, dia membiarkan Shinji seperti itu. Temannya yang lain bahkan berkata sinis bahwa Shinji ingin sekali lagi merasakan diberi nafas buatan oleh Hikari. Ketika yang lain pergi, kedua temannya masih ada disampingnya. Dengan jahil mereka menendangi tubuh Shinji.
“Oi…berhenti berpura-pura, Hikari sudah tidak ada di sini. Tidak ada yang akan memberimu nafas buatan, cepat bangun!” ucap Taro. Karena tidak bereaksi, maka Naoki mencoba membalikan badan Shinji.
“Eh…dia malah tersenyum bahagia begitu, bangun! Bangun!” Naoki memberikan tamparan kecil agar Shinji mau bangun, tetapi tetap saja Shinji tidak bangun-bangun.
Muncul pikiran jahat Taro dan Naoki, mereka berdua mengangkat tubuh Shinji. Lalu melemparnya lagi ke kolam, teman dan guru sempat memperhatikan. Bukannya tersadar tapi Shinji malah kembali tenggelam, kedua temannya yang panik kemudian menyelamatkannya lagi. Dan kali ini mereka membawa Shinji ke suatu ruangan untuk mengevakuasinya.
Sementara itu kegiatan renang kembali dilakukan, namun Hikari tidak terlihat. Haru mencoba mencarinya, hingga akhirnya dia pergi ke toilet untuk mencari Hikari.
“Hampir saja…,” Haru belum masuk ke dalam namun suara Hikari terdengar keluar. “rambut palsu ini pasti mahal, padahal tadi aku berenang dengan cepat tapi rambut ini tidak terlepas. Paman Penny akan membuatnya baru lagi untukku nanti,” Haru mendengar semuanya dari luar.
“Rambut palsu?” kemudian Haru mengintip ke dalam pelan-pelan, dia melihat seorang perempuan dengan rambut panjang bergelombang sedang memegang rambut berwarna merah muda. Haru sontak kaget, “eh…jadi dia itu sebenarnya siapa?”