Kenakalanku paling parah adalah ketika ada bus lewat di depan rumah pasti melaju dengan sangat kencang dan entah kenapa aku sering kali melemparinya dengan batu, sungguh kenakalan yang tak masuk diakal bagiku hingga sampai sekarang. Bahkan tak jarang sang sopir memberhentikan busnya dan meminta ganti rugi kepada eyangku, jika sudah begitu aku pasti distrap/dihukum dengan dikunci dalam gudang yang sangat gelap dan menyeramkan. Aku tak hanya takut pada gelap tapi juga pada penampakan makhluk gaib yang menghampiriku saat berada di gudang, jumlah mereka jauh lebih banyak daripada yang ada diruangan depan.
Puncaknya Karna aku nie bocah laki-laki tapi terlalu cengeng dan bandel saat itu hingga membuat eyang kakung geram. Suatu malam diajaknya aku ke pemakaman, kawan tau sendiri pemakaman itu saat siang hari terasa ngeri dan mistisnya seperti apa??…. Ini aku dibawa oleh eyang kakung saat malam hari dengan mata tertutup hingga sampai ketengah pemakaman kemudian tutup mataku dibuka dan eyang kakungku meninggalkanku dengan lari sekencang-kencangnya, awalnya hanya gelap yang aku lihat. Kemudian hawa dingin menerpa seluruh tubuhku, hawa dingin yang terasa sangat berbeda hingga menaikkan semua bulu kudukku. Aku hanya bisa berteriak memanggil mbah kung…. Mbah kung…. Aku kenapa ditinggalkan disini??….. Mbah kung….. Mbah Kung….Aku tak sadar keberadaanku memancing banyak makhluk halus datang, terdengar suara geraman yang sangat berat dan terasa jauh disebelah kiriku.
Saat ku tolehkan pandangan ternyata sesosok mahkluk gaib dibungkus kain kafan putih dengan banyak noda tanah disertai bau anyir yang membuatku mual, saat kutatap wajahnya yang hitam legam bagai arang dengan salah satu bola matanya yang keluar tergelantung dipipinya terlihat dari lubang matanya banyak sekali belatung. Aku pun tak kuasa lari pukang langkang sambil menangis sembari menyebut mbaaah Kung….. Mbaaahh Kuuung, aku takuutt…. Ada setan mbah. Ku terus berlari menyusuri jalan setapak di pemakaman itu, hingga langkahku terhenti saat melihat sesosok wanita berpakaian putih disebelah pohon bunga kamboja memanggilku Lee….. Leee…. Kulihat kakinya yang pucat tergelantung tak menyentuh tanah, kemudian tertawa melengking hihi….. Hiiihiiii…… Hiiii….. Hiiihihiiii……
Lari dan terus berlari sambil menangis dan memanggil mbah kung ku, hanya itu yang bisa kulakukan. Kemudian dihadangnya aku oleh sesosok makhluk hitam besar berperawakan seperti gorila dengan rupa mirip anjing dan matanya yang merah menyala ditambah suara erangannya yang menakutkan aaaarrrgh…… Aaarrrgh….. Aaaarrrrrgghh…. Ku ambil arah sebelah kanan tak peduli kuburan siapa pun itu aku injak yang penting nyawaku selamat. Sampai aku terjatuh sat sebuah tangan memegang salah satu kakiku.
Kutendangnya tangan itu dengan salah satu kakiku hingga kakiku yang digenggamnya terlepas, tak lagi ku pedulikan sandal yang tertinggal, bangkit dan berlari lagi menyusuri jalan setapak di pemakaman itu. Hingga aku akhirnya benar- benar bertemu eyang kakungku, kupeluk…. Menangis sejadi-jadinya, eyang kakung hanya kemudian menggendongku dan menghela napas lalu mengatakan Cah lanang kok Gembeng…… (anak laki kok nangisan)….. Arep dadi opo koe??…. Koe kie kudu dadi wong gedi koyok mbahmu kie, ra oleh sitik-sitik gembeng koyok ngene (mau jadi apa kamu??…. Kamu itu harus jadi orang besar, nggak boleh dikit-dikit nangisan).
Pernah juga ada satu kejadian saat aku sedang tidur siang dengan om ku, kala itu aku yang tak bisa tidur sengaja mengganggu om yang sedang tidur. Agar terbangun dan mengajakku bermain. Tapi apa yang terjadi??….. Ketika om ku membalikkan badan seketika wajah dan tangannya berubah menjadi seperti seekor Harimau disertai suara geraman dan erangan Aaaarrrghh….. Aaauuumm…. Laksana seekor harimau sang siap melahap mangsanya. Dicekiknya leherku, aku yang sekecil itu tak berdaya melawan kecikan dari makhluk berwujud manusia harimau itu. Disaat aku hampie pingsan kehabisan napas, tiba-tiba tangan kananku mengeluarkan sebuah sinar putih, kukepalkan tanganku dan kesembarang arah hingga mengenai lehernya dan makhluk itu terjatuh dari kasur. Kemudian aku tak sadarkan diri. Tiba-tiba ku terbangun dan merasakan sakit dibagian leher, menangis….. Ya, hanya itu yang aku bisa lakukan. Aku bangun dari kasurku, kulihat om ku masih nyenyak dalam tidur siangnya. Lalu aku berlari keluar kamar menghampiri mbah Ibu/eyang putri sambil menangis dilihatnya leherku.
Mbah Ibu: lhaaa… Iki gulumu keno opo?? ( ini lehermu kena apa?)
Saya: iku mbah… Mau kan raiso turu, terus om ta gudo ben tangi, lhaaa kok malah dadi macan, guluku ditekek mbah terus pas ta antem gulune langsung mencelat soko kasur, terus aku kaget tibake mimpi ( ini mbah…. Tadi kan nggak bisa tidur, terus om aku godain biar bangun, lhaaa kok malah jadi macan, leherku dicekik mbah terus aku pukul kena lehernya langsung terpental dari kasur, terus aku kaget ternyata cman mimpi )
Mbah Ibu: iki udu mimpi Le…. Sik mbah arep ngomong neng om mu (ini bukan mimpi nak….. Ntar, mbah mau ngomong sama om kamu)
Masuklah eyang putri membangunkan om ku, saat terbangun ditutupnya pintu kamar. Sayup-sayup terdengar kalo eyang putri sedang memarahi om ku dan mengatakan jangan mencelakai keponakan sendiri dengan ilmu yang dimiliki.