Kisahku Berteman Dengan Noni Belanda episode 1

Chapter 1 : Rumah Tua Saksi Bisu Peradaban

Kenalken nama lengkap ane Endje Maroshlayk. Karena nama ane ribet, biasa diplesetken sama temen2 menjadi Mars, oli, ada juga yang manggil marsaoli. Suka-suka ente mau manggil ane apa.

Kalo dilihat dari nama mungkin pada mengira ane ini orang eropa. Padahal mah kaga ! Ane orang maluku cuma sedikit tercampur dengan darah kompeni. Bisa dikataken ane generasi ketiga perkimpoian Maluku-Belanda.

Walau ane dari maluku namun ane besar dibogor, secara pasti telah terkontaminasi culture sunda yang ramah dan lembut, jadi ane paling kaga suka gaya-gayaan sok jagoan macam preman Jontor Kei dan Anak Dewa Zeus.

Kerusuhan SARA yg terjadi di Maluku 17 tahun lalu itu merupaken faktor utama yang membuat ane dan sekeluarga merantau kebogor. Bisa dibayangken usia ane yang masih bocah saat itu hidup dalam lingkungan konflik. Ane pun telah biasa melihat darah segar berceceran, kepala orang putus, digantung dipohon, ditembak, dipanah dan sebagainya.

Dengan berbekal uang dari hasil babeh menjual semua kapal ikan yg dimiliki, akhirnya ane dan sekeluarga bisa sampai ke bogor dengan menaiki kapal kerinci ( sejenis kapal ferri ). Walau di bogor tak ada saudara, tak ada kerabat, entahlah itu telah menjadi keputusan babeh sebagai pemimpin keluarga.

Saat itu babeh beli rumah tua yg kebetulan dijual murah, secara status rumah tua itu masuk ke tipe golongan A, cocok untuk membuka usaha dan perkantoran. Kebetulan ayah sempat terpikir untuk coba membuka usaha kecil-kecilan dibogor. Entah usaha apa, yang jelas untuk menyambungken hidup.

Ciri-ciri rumah ane itu bergaya zaman kolonial belanda. Ya bagus sih gede rumahnya cuma udah tua, berlokasi dikawasan protokol, lebih tepatnya di jalan Jenderal Sudirman Kota Bogor. Rumah ane sekitar 400 meter sebelum Istana bogor dan 100 meter setelah air mancur.

Walau rumah tua, tapi design’nya bagus kok. Luas bangunan sekitar 350 M/segi, total luas tanah sekitar 850 M/segi. Ada taman bunganya di halaman depan dan ada kebun buah-buahan dihalaman belakang. Kalo kita naek ke loteng, pemandang gunung salak terlihat indah dan jelas. Pokoknya ente pasti taulah rumah model zaman belanda dulu.

Ane akui rumah tua itu banyak nilai plus jika dilihat dari seni dan sisi historisnya. Namun ada juga nilai minus dari sisi keangkeranya. Hanya orang dungu saja yang bilang rumah tua peninggalan belanda itu kaga angker. Jangankan bangunan tua, rumah ente pun pasti ada penghuninya.

Bukan hanya rumah ane saja yang horror ada juga Gereja Zebaoth Betbel tepat disamping rumah ane, Gereja tua bekas peninggalan belanda itu horrornya bukan maen. Itu dulu, kalo sekarang ane kurang tau. Karena ane udah kaga tinggal disitu lagi.

Dulu di gereja itu ane sering bertemu dengan pendeta bule tanpa kepala. Ane kasian sama pendeta, matinya menggenaskan banget. Saat mau berangkat beribadat ke gereja, pendeta itu udah keburu mati duluan. Lehernya putus ditebas oleh kaum inlander ( Pribumi ). Ane rasa sih mungkin dia korban dari pergesekan konflik2 bekerpanjangan yang sering terjadi antara kaum pribumi dan kaum penjajah.


Kita terlahir dengan satu cara, namun kematian menjemput dengan berbagai cara

Ane masih ingat sekitar tahun 2000 awal, rumah peninggalan belanda di jalan jenderal sudirman ini masih banyak banget. Namun sayang sekarang udah banyak rumah belanda yang telah dibongkar, lalu dijadiken kantor, ruko, bahkan wisma.

Rumah Ratna Sari Dewi yang cuma beda RT sama rumah ane, kini telah berganti menjadi Pom Bensin Sell. Kalian tau kan siapa Ratna Sari Dewi itu ? dia Istri terakhir soekarno yang berasal dari jepang. Sedih ga ? Gimana mau jadi bangsa yang maju, jika anda tidak menghargai dan melestariken bangunan bersejarah !!


Kisahku Berteman Dengan Noni Belanda

Kisahku Berteman Dengan Noni Belanda

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2016 Native Language: Indonesia
Kenalken nama lengkap ane Endje Maroshlayk. Karena nama ane ribet, biasa diplesetken sama temen2 menjadi Mars, oli, ada juga yang manggil marsaoli. Suka-suka ente mau manggil ane apa. Kerusuhan SARA yg terjadi di Maluku merupaken faktor utama yang membuat ane dan sekeluarga merantau kebogor. Bisa dibayangken usia ane yang masih bocah saat itu hidup dalam lingkungan konflik. Ane pun telah biasa melihat darah segar berceceran, kepala orang lepas , digantung dipohon, ditembak, dipanah dan sebagainya.Sejak itu ane bisa merasakan sesuatu aneh disekitar ane, mungkin ini semua hanya trauma yang ane alamin sejak kecil , tapi ane yakin semua yang ane lihat sampai saat ini adalah real.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset