Kontrakan Kampung Leyangan episode 11

Angkatan 22 Yayasan Abdi Negara

Yayasan Abdi Negara segera di buka untuk angkatan 22  Susiyati selaku Ketua Yayasan dan wakilnya Sugeng suaminya mempersiapkan upacara yang dihadiri kapolsek Ungaran sebagai pelindung. Pak Umar dan pak Johar minggu pagi ini melakukan gladi bersih bersama lulusan terbaik angkatan 21 untuk melakukan demonstrasi kepiawaiannya dalam ilmu bela diri dengan menghadirkan 5 orang lulusan tahun kemarin angkatan 21. Pak Umar juga menyiapkan calon tanding angkatan tahun ini sebanyak 5 orang sebagai uji coba pemantapan.

Hari Senin pembukaan pendidikan Yayasan  Abdi Negara  dibuka pak Umar melaporkan keseluruhan peserta  sebanyak 50 orang dengan rincian 34 laki-laki dan 16 perempuan dan mereka berasal dari Papua 25 orang, Bone 2 orang, Makasar 1 orang, Pinrang 1 orang, Mamuju 1 orang, Bandung 2 orang , Cirebon 1 orang, Bekasi 2 orang, Semarang 2 orang, Ungaran 1 orang , Solo 2 orang, Surabaya 4 orang, Lampung 3 orang, Jambi 2 orang dan Pontianak 1 orang. Jumlah siswa mengalami peningkatan 10% dibanding tahun yang lalu. Jumlah siswa utusan instansi ada 33 orang dan yang umum 17 orang.

Sugeng membawa anak didiknya yang tergabung dalam  bela diri Gagak Rimang untuk mengikuti upacara pembukaan, perwakilan dari instansi keamanan security perkantoran di Semarang dan sekitarnya menghadirinya,  staf kepolisisan Ungaran Timur, staf kecamatan serta staf aparat desa Leyangan amat antusias mengikuti upacara pembukaan. Seorang siswa membacakan sumpah janji setya sebagai siswa akan patuh dan tunduk pada peraturan Yayasan Abdi Negara yang diikuti seluruh peserta upacara.

Atas persetujuan Susiati, anak didik Sugeng dari Gagak Rimang melakukan demonstrasi perkelahian tanding satu lawan satu dan pengeroyokan serta memakai senjata tajam, Susiyati sangat percaya suaminya Sugeng amat cermat mendidik anggotanya dan alhamdulilah sukses pertarungan pengeroyokan itu mendapat acungan jempol pak Umardan Kapolsek Ungaran.

Selesai upacara pak kepala Desa mendaftarkan 4 orang warganya mengikuti pendidikan security untuk enam bulan ke depan, karena siswanya tahun ini sudah penuh. Susi kembali ke pabrik bertemu dengan mbak Rosa yang  akan melakukan  serah terima dengan ahli waris  perusahaan Guntur dan Ananta anak angkat pak Andrean dan almarhumah ibu Paula. Sopir keluarga pak  Andrean menjemput kepulangan Ananta bersama Mince di Bandara Ahmad Yani Semarang. Susi mempersiapkan berkas-berkas perusahaan dan Rosa yang akan kembali memegang keuangan, Susiyati tetap di konsultan hukum PT Tepung Tapioka Melati.

Setelah serah terima ditanda tangani Mince akan melanjutkan kuliahnya di Singapore, ya…hanya tinggal Mince saja yang masih kuliah. Ternyata Mince kuliah di At-Sunrise Academy yaitu tentang sekolah kuliner dan saat ini kurang satu tahun kuliahnya mengambil jurusan Tata Boga. Dia hanya ingin mengembangkan usaha mama Paula yang dicita-citakan dan sementara toko roti di pasrahkan Susiyati untuk mengawasinya. Mince ikut bekerja di restoran sambil menambah pengetahuannya di negeri orang. Mince selalu laporan kemajuan kuliahnya pada Susiati dan mengirimkan roti buatannya untuk keluarga.

Papah Andrean senang sekali buatan roti Mince untuk penderita diabetis  dan selalu menghitung kadar gulanya, inilah yang membuat pak Andrean nyaman memakan roti buatan Mince. Karena seringnya Mince membuat roti untuk penderita diabetis Chef Ingar dosennya memberikan penghargaan atas kreatifnya memikirkan menu khusus penderita Diabetis dan rasanyapun tak kalah lezatnya dengan roti buat kalayak umum dan berkadar gula amat rendah sekali

Sugeng berterima kasih pada Susiyati istrinya karena diizinkan mengasuh Gagak Rimang dan mendapatkan sertifikat pelatih profesional pada  pameran seni bela diri di  PRPP (Pusat Rekreasi   dan Pameran Pembangunan ) di Semarang .  Susiyati memeluk suaminya  dan berfoto bersama anak buahnya.

Sugeng memandang istrinya dan berbicara dengan lembut ketika makan malam di rumah sepulang dari PRPP

Sugeng      : ” Terima kasih ya dik…kamu telah mempercayaiku selama ini…”

Susiyati     : ” Yah sebenarnya aku takut  dan miris sekali jika ayah memainkan senjata tajam seperti pisau, parang maupun tombak”  Sugeng tersenyum dan melanjutkan bicaranya.

Sugeng      : ” Kalau ayah malahan khawatir dengan senjata pistol, tahu-tahu mak dor…..tanpa perlawanan”

Susiyati     : ” Ah..ayah…bikin tambah ngeri saja…..”

Sugeng      : ” Kita harus mempertahankan diri dari kejahatan yang suatu saat akan mengancam jiwa kita seperti penyerangan yang biasanya diikuti dengan penipuan ataupun dendam juga iri kepada kita…”.

Susiyati    : ” Tapi kalau kita tak melakukan perbuatan yang buruk ya gak mungkinlah punya musuh…”.

Sugeng     : ” Kita ini manusia biasa yang tak bisa mengetahui apa yang ada di dalam hati masing-masing orang…contohnya kan banyak…dik Susi juga tahu…kan..?”

Susiyati    : ” Iya sih yah….”

Atun mencuci piring dan membersihkan meja juga memberikan laporan kalau besok pagi Safi’i akan mengantar Parmi ke rumah, Susi senang karena Atun akan mendidiknya dan menggantikannya pula.

Atun         : ” Besok Parmi akan berangkat jam lima pagi kerena akan bertemu ibuk dulu..”.

Susiyati   : ” Iya Tun akan ibu tunggu , sekalian ketemu sama Safi’i pacarnya Parmi”.

Hari sudah pagi Susiyati selesai mandi dan persiapan akan ke pabrik , Sugeng berangkat duluan sambil mengantar Rustiana dan Bagus Sasongko, Susi menunggu Parmi dan Safi’i yang disambut Atun di gerbang dan membawa masuk menemui Susiyati.

Atun         : ” Itu ibu Susi sudah menunggu kamu….” dengan agak kikuk Safi’i duduk di ruang belakang bersama Atun dan Safi’i

Susi           : ” Lo…kok malah di belakang …piye sih mbak Atun…ayo di ruang makan sekalian sarapan..?!”

Atun          : ” Maaf bu…di sini saja sambil mencuci piring..”

Susi           : ” Mbak nyucinya nanti saja kalau ibu sudah berangkat….biasanya gimana sih mbak..?”

Atun merasa gak enak dan mengajak Parmi serta Safi’i pindah di ruang makan sambil memakan sarapan roti bakar dan Atun membuatkan roti buat tamunya dan dirinya

Safi’i        : ” Bu ..maaf kalau ada pekerjaan buat saya …saya bersedia bersih-bersih di Yayasan…kata mbak Atun…ibu membutuhkan tenaga….tolong saya buuk…”.

Susi melihat Atun dan Atun agak takut sambil memohon

Atun          : ” Iya buk….kata ibuk membutukkan satu orang tenaga kebersihan buat yayasan…..biar Safi’i saja kalau ibu berkenan…?” Atun penuh harap agar Safi’i diterima.

Susi            : ” Tapi tidurnya gak disini…tidurnya di asrama mengawasi siswa juga…dan cuma boleh pulang  seminggu sekali tapi tak boleh menginap disini..bagaimana…?”

Safi’i           : ” Inggih tak apa buk….Safi’i bersedia….”

Susi            : ” Terus pakaian ganti kamu bagaimana apa sudah kamu siapkan…?”

Safi’i          : ” Sampun Buk…..”.

Susi           : ” Gak boleh bawa hape dan motor….terus bagaimana motor kamu…?”

Safi’i          : ” Biar diambil adik nanti kalau kesini…”

Susi           : ” Ya sudah kalau begitu biar nanti sore berangkat sama ibu ke Yayasan..”

Safi’i senang karena akan bekerja di Yayasan, dan Susipun berangkat ke pabrik. Atun langsung mengunci pintu gerbang dan memberi arahan Parmi.

Safi’i          : ” Matur nuwun yo Yu….aku bakal nyekel gawe…”

Atun         : ” Iyo podo-podo…sing penting di sini jujur lan waspada ….kamu yang tegas seperti pak Sugeng itu fotonya pak Sugeng..!” sambil menunjukkan foto pak Sugeng sedang beradu bela diri di lapangan Garnisun Kalisari.

Susi menelepon rumah dan ingin berbicara pada Atun

Atun         : ” Hallo iya buk….inggih buk….inggih..”  Atun memanggil Safi’i  yang masih menyiram bunga untuk berkemas karena akan dijemput Abbas, Safi’i segera membersihkan diri dan dibantu Parmi mengemasi pakaiannya.

Atun menunggu mas Abbas ditemani Parmi membawakan tasnya  Safi’i pacarnya, Alangkah senangnya Safi’i berkenalan dengan mas Abbas  yang naik dan ramah orangnya  kini mereka menuju Yayasan setelah pamitan sama Parmi dan mbak Atun. Safi’i disuruh membersihkan kamarnya yang berada di lantai dua dekat dengan gudang dan peralatan bersebelahan dengan Kamarnya Yohanna dari Papua dan Ihwati dari Surabaya. Tugas-tugas Safi’i menjaga lingkungan bersih dan merawat tanaman serta pemeliharaan peralatan kantor.

Susi pulang Rustiana dan Bagus seperti biasa membantu membawakan tas dan buku-buku sedangkan Atun membawakan makanan juga buah yang dibawa Susi dari kantor , Atun mengunci pintu gerbang lalu mengikuti Atun membuatkan susu buat Bagus, Susi dan Rustiana . Susiati mandi dan Parmi mempersiapkan sepatu kerja di Yayasan menata meja makan dibantu Rustiana yang mulai belajar menata kebiasaan yang baik.

Parmi      : ” Yu Atun aku sudah mulai hafal kebiasaan rutin bapak dan ibu disini, mereka amat sibuk mengurus pekerjaan, keluarga dan anak, aku betah tinggal disini lagi pula mas Safi’i kerjanya dekat bapak serta ibuk perhatian sama saya dan semua orang. Yu Atun boleh meninggalkan saya apalagi kakak Rustiana dan dik Bagus orangnya sopan dan baik”.

Atun         : ” Bener …sudah nyaman tak perlu ada yang ditanyakan lagi….?”

Parmi       : ” ‘ Gak Yu…terima kasih sudah mengajari pekerjaan semua disini….”.

Atun         : ” Baiklah…aku nanti malam akan menemui ibuk dan membicarakan ini “. Atun amat lega akhirnya selesai sudah tugasku mengasuh dan merawat anak-anak serta keluarga ini dan…aku segera menikah….Aamiin Ya Allah.


Kontrakan Kampung Leyangan

Kontrakan Kampung Leyangan

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2019 Native Language: Indonesia
Susi membuat kopi untuk Sugeng suaminya, yang baru saja pulang jaga malam di Rumah Sakit Umum Ungaran. " Kok gak manis dik...." " Maaf gulanya habis yah, jadi cuma sedikit gula yang ada..." "Maaf ya istriku ...ayah baru bisa kasih ini , tapi untuk makan masih amankah...?" . Dengan menunjukkan ekspresi muka sedih Susi mengatakan: " Ayah..untuk makan masih terjaga, cuma kalau seperti ini terus pendapatannya kita akan jadi orang susah yah...Susi akan bekerja bareng mbak Rosa di pabrik tepung boleh gak yah..?" " Benar yang ajak mbak Rosa..? bukan yang lainnya..? " Bener Yah, emang kenapa kalau bukan mbak Rosa..?" " Karena mbak Rosa orangnya jujur dan lurus..." " Jadi boleh dong Yah, aku diajak kerja bareng mbak Rosa..?" mata Susi berbinar - binar senang tapi sekejap diam lagi karena bingung siapa yang akan memasak dan membersihkan rumah, karena Susi dan Sugeng adalah penganten baru tiga bulan dan masih kontrak rumah di Dukuh Beji Ungaran Timur. " Pikirkanlah dulu, ayah ingin kamu bekerja di rumah agar nanti anak-anak kita tak kelantar pendidikkannya, ayah tak melarang dik Susi bekerja". "Yah.. tapi itukan masih lama apa salahnya Susi bantu ayah bekerja, trima kasih ya Yah sudah menyetujuinya ". Jawab Susiati dengan senang sambil mencium pipi suaminya dengan manja. Sugeng kasihan juga kalau melihat istrinya sendirian di rumah makanya dia menyetujuinya. Ketika jelang sore mbak Rosa main ke rumah Susi sepulang kerja, dan menanyakan keputusannya, " Piye...sido melu kerjo po ra..( bagaimana...jadi ikut kerja 'gak ..?) Iki butuh tenaga loro tinggal siji lo Sus...?

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset