Kontrakan Kampung Leyangan episode 12

Percaya Diri

Atun dijemput calon suaminya yang bernama Amirudin, seorang petani yang sudah mandiri dan tinggal di Cangkiran  siap menempuh hidup baru bersama Atun kekasihnya dan tinggal di Boja

Susiyati        : ” ‘Dang ngabari kapan nikahanmu lan salam kanggo ibu bapak yo…”

Atun             : ” Inggih buk…”

Parmi            : ” Yu … jok lali pesenku kanggo Imam ‘dang njupok motore kange….”

Atun             : ” Iyo…jok kuwatir, karo di sms barang ”

Setelah uluk salam Amirudin melaju ke arah Boja, Parmi memandang Atun sambil memegang tangan Bagus momongannya lalu meminta gendong sampai masuk rumah.

Sugeng hari ini libur dan mengantarkan Susi ke pabrik kemudian disusul Guntur dan Anantha yang memberikan salam pada Sugeng, Susiyati yang langsung menuju ruangannya tak melihat Guntur dan Anantha adiknya sehingga Guntur memanggil Susiyati.

Guntur        : ” Bu Susi……..” Susipun menoleh

Susi            : ” Selamat pagi pak Guntur…maaf tak melihat kedatangannya ….bagaimana pak…?”

Guntur       : ” Nanti meeting jam 10.00 ada yang akan saya bicarakan dengan ibu Susiyati dan bu Rosa ”

Susi            : ” Injih siap biar bu Rosa saya yang ngabari..”

Guntur        : ” Iya makasih bu..”.

Pak Andrean hatinya merasa resah karena semalem Guntur membahas kekayaan dan kepemilikan agar segera dibagikan kepada mereka bertiga ( Guntur, Anantha dan Mince ) karena menurut Inggrit pacar Guntur sudah saatnya dibagikan mengingat anak-anak bapak dan ibu Andrean sudah dewasa.

Guntur         :  “Ibu Susiyati saya meminta maaf jika saya lancang menanyakan ini..itu pada ibu Susiyati mengingat seluruh aset dikuasakan Ibu Susiyati dan keuangan dikuasakan Ibu Rosa”.

Susiyati       : ” Iya memang benar maka setiap pertemuan saya selalu membawa pedoman yang dikeuasakan kepada saya, kecuali ada perubahan dan itupun pak Andrean harus hadir karena sebagai owner perusahaan ini…”

Rosa            : ” Sebenarnya apa yang menjadi pemikiran Pak Guntur apakah sama dengan pemikiran pak Anantha…?”

Anantha      : ” Saya belum tahu  Bu Rosa…. karena saya masih dua minggu berada di Indonesia dan masih penjajakan pabrik milik papah Andrean.

Guntur menceritakan tentang kekasihnya Inggrit yang menyarankan agar warisan segera dibagikan karena anak-anak pak Andrean sudah cukup dewasa agar bisa mandiri dalam menangani perusahaannya.

Susiyati       : ” Itu tergantung pak Andrean …karena Beliaulah yang mengatur keinginannya disaat masa tua seperti ini “.

Anantha      : ” Kak Guntur….mengapa kakak risau dengan pemikiran Inggrit…..siapa sebenarnya wanita itu …apa pedulinya dengan keadaan kita…apakah Inggrit begitu membantu usaha kita..? jangan-jangan malah dia ingin menghancurkan kita demi harta yang didambakannya….maaf kak…hati-hati dengan wanita yang suka mengatur kita tanpa mengetahui hak dan tanggung jawabnya pada kita sekeluarga. Kak masih ingatkah pesan mama Paula agar mau menerima Bu Rosa dan Bu Susiyati sebagai keluarga bahkan sebagai ibu yang mengurus pendidikan kita dan lainnya seperti halnya kita hanya sebagai anak angkat”

Guntur        : ” Iya…saya masih ingat….Mama Paula menginginkan kita selalu dekat dengan Bu Susiyati dan Bu Rosa.., Maafkan kakak Anantha…..”.

Rosa           : ” Sebenarnya apa keinginan pak Guntur..?”

Guntur        : ” Sebaiknya bu Rosa dan Bu Susiyati jangan memanggil kami pak…kami merasa..seperti orang lain …bukan seperti keluarga…..?!” Air mata Guntur mengalir sambil bersujud memohon pada susiati.

Susiati        : ” Kalau dikantor kami harus memanggil demikian untuk menghargai kamu agar lebih bertanggung jawab dan memikirkan karyawan serta menghormati usaha papah Andrean dan almarhumah mamah Paula..jadi kita masih keluarga…jangan bersedih hati… kalau kalian resah bicaralah…jangan ragu, saya dan bu Rosa akan membantu sampai kalian berumah tanggapun ibu akan mendampingimu.”. Susi memeluk Guntur dan Anantha seperti memeluk anak mereka sendiri.

Sesampai rumah Guntur meminta maaf pada papah Andrean karena sudah membuatnya resah, pak Andrean memeluk Guntur dan menangisinya karena amat sayang kepada semua anak-anaknya.

Guntur       : ” Papah maafkan Guntur telah membuat papah sedih.., Guntur tak akan terpengaruh dengan ucapan Inggrit ”

Andrean     : ” Sudahlah…asal kalian ingat jangan pernah kalian salah faham dengan Bu Susiyati dan  Bu Rosa karena kedua orang itulah usaha pabrik bisa berjalan lancar yang semula papah sudah mengira akan hancur dan anggaplah kedua wanita itu ibu kandung kamu sendiri “.

Anantha mengantar kakaknya pulang supaya menyelesaikan kesalah pahaman papah Andrean dengan kakaknya Guntur  dan sebagai saksi  adalah Anantha.

Lalu mereka kembali lagi ke pabrik melaporkan kalau kesalah pahaman sudah terselesaikan. Bu Kromo membawakan makan siang untuk empat orang yaitu Guntur, Anantha, Susiyati dan Rosa. Pak Andrean mengantarkan sampai mobil keluar dan ditemani pak Kromo.

Sambil makan di ruang meeting Rosa melaporkan keuangan yang mengalami peningkatan di bagian produksi sebesar 35% dan semua pesanan terkirim dengan baik dan mengalami kerusakan bahan sebesar 0,3% karena kerusakan mesin pemanas. Anantha mengecek bagian pemanasan / pengeringan ternyata ada bagian cerobong yang perlu diperbaiki dan perlu biaya perbaikan, lalu Anantha mengajukan anggaran pada bu Rosa.

Bu Rosa menyetujui dan menghitung keuangannya, ” Baiklah tapi jangan melebihi budget karena tahun ini ibu akan membelikan mobil operasional untuk kalian bertiga agar lebih maksimal dalam bekerja dan mobil yang lama biar dibawa pak Kromo untuk jalan-jalan bersama pak Andrean. Hati Guntur dan Anantha amat gembira dan menelepon Mince adiknya yang berada di Singapore.

Mince         : ” Terima kasih kak kabar yang baik untuk operasional usahaku” .

Guntur        : ” Kapan diwisudanya….?”.

Mince         : ” Sebulan lagi….sekalian pamit sama direktur pabrik roti…karena Mince masih menjabat asisten manajer di pabrik roti kalengan dan tahun ini masa jabatan habis pas di wisuda juga “.

Guntur        : ” Hebat adikku…uangnya dah banyak dong…bisa traktir gak kalau kita ke Singapore ngerayain wisudamu…?”

Mince         : ” Tentu dong tak usah kawatir…tapi papah di ajak ya….sama bu Susi juga bu Rosa..”.

Guntur        :  ” Ok..tentu adikku sayang……”. Rosa dan Susiyati mendengarkan telepon Guntur jadi senang dan Anantha mengabarkan berita baik itu pada papah Andrean tapi telpon pak Andrean sedang sibuk mungkin ditelepon Mince pikir Susiyati karena Mince amat dekat dengan pak Andrean.

Anantha mengontrol cerobong asap dan amat mengawatirkan kalau ambruk….maka Ia segera mengambil dana ke bu Rosa untuk memesankan cerobong asap ke Jerman sambil selalu mengawasi situasi yang darurat Anantha berhubungan terus dengan dosen tekniknya Mr Albert.

Pak Johar sedang melatih siswa memutari taman sambil berlari menyanyikan Maju Tak Gentar yang di tonton masyarakat sekitar kampung, suara pak Johar yang lantang membuat hati masyarakat takut campur kagum. Pagi itu Ihwati memimpin barisan putri bergantian dengan Yohana. Safi’i yang sedang menyiram bunga cukup kaget mendengar peserta wanita yang keras tapi lama kelamaan menjadi terbiasa dan Safi’i kadang ikut berbaris mengisi tempat yang kosong karena peserta istirahat.

Safi’i sosok yang cukup penakut kini berubah berani dan percaya diri  karena seringnya digodain sama peserta putri dan disisi lain harus melindungi wanita sehingga Sugeng memberikan sedikit ilmu bela diri agar tak disepelekan. Safi’i selalu membantu Sugeng  menyediakan matras dan peralatan yang dipergunakan untuk pembela diri. Badan Safi’i menjadi kuat dan kokoh dalam memasang kuda-kuda dan menjadi percontohan agar meniru gayanya dalam latihan berkelahi melawan satu orang, meskipun Safi’i bertugas sebagai tukang bersih-bersih dan menjaga taman tapi dia tetap siaga setiap saat. Suatu hari ada peserta putri hendak memukulnya …Safi’i dengan sigap menghindar dan balik menyerang dengan cepat, tak ayal peserta dari Surabaya itu terpental dan jatuh. Safi’i meminta ma’af tapi dia dipermainkan peserta putri lainnya…untung Safi’i sigap dan penuh siaga sehingga dia tak dipermalukan. Safi’i disegani dan malah baik hati karena selalu perhatian pada semua penghuni mess.

Sugeng mengajak Safi’i kerumah dan membiarkan Parmi bermanja padanya serta mengabarkan kalau Atun seminggu lagi akan menikah.

Parmi       : ” Mas…kita diminta Bu Susi datang bareng sama beliau…”

Safi’i        : ” Iya..gak apa…kita manut saja…kapanpun akan berangkat…mereka bapak dan ibu yang baik…”

Parmi amat kangen sama Safi’i dan Ia mencuri pandang calon suaminya yang sudah berubah kebiasaan dan penuh disiplin, Ia ingin menunjukkan kepada orang tuanya setelah bekerja selama 2 minggu tubuh Safi’i berotot dan amat tegas dalam berfikir, sungguh Parmi beruntung sekali menggantikan posisi Yu Atun yang bekerja hampir 15 tahun bersama Pak Sugeng dan Bu Susiyati yang bijaksana dan menjadi panutan Yayasan Abdi Negara kebanggaan Safi’i .


Kontrakan Kampung Leyangan

Kontrakan Kampung Leyangan

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2019 Native Language: Indonesia
Susi membuat kopi untuk Sugeng suaminya, yang baru saja pulang jaga malam di Rumah Sakit Umum Ungaran. " Kok gak manis dik...." " Maaf gulanya habis yah, jadi cuma sedikit gula yang ada..." "Maaf ya istriku ...ayah baru bisa kasih ini , tapi untuk makan masih amankah...?" . Dengan menunjukkan ekspresi muka sedih Susi mengatakan: " Ayah..untuk makan masih terjaga, cuma kalau seperti ini terus pendapatannya kita akan jadi orang susah yah...Susi akan bekerja bareng mbak Rosa di pabrik tepung boleh gak yah..?" " Benar yang ajak mbak Rosa..? bukan yang lainnya..? " Bener Yah, emang kenapa kalau bukan mbak Rosa..?" " Karena mbak Rosa orangnya jujur dan lurus..." " Jadi boleh dong Yah, aku diajak kerja bareng mbak Rosa..?" mata Susi berbinar - binar senang tapi sekejap diam lagi karena bingung siapa yang akan memasak dan membersihkan rumah, karena Susi dan Sugeng adalah penganten baru tiga bulan dan masih kontrak rumah di Dukuh Beji Ungaran Timur. " Pikirkanlah dulu, ayah ingin kamu bekerja di rumah agar nanti anak-anak kita tak kelantar pendidikkannya, ayah tak melarang dik Susi bekerja". "Yah.. tapi itukan masih lama apa salahnya Susi bantu ayah bekerja, trima kasih ya Yah sudah menyetujuinya ". Jawab Susiati dengan senang sambil mencium pipi suaminya dengan manja. Sugeng kasihan juga kalau melihat istrinya sendirian di rumah makanya dia menyetujuinya. Ketika jelang sore mbak Rosa main ke rumah Susi sepulang kerja, dan menanyakan keputusannya, " Piye...sido melu kerjo po ra..( bagaimana...jadi ikut kerja 'gak ..?) Iki butuh tenaga loro tinggal siji lo Sus...?

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset