Kontrakan Kampung Leyangan episode 13

Pernikahan Atun

Hujan amat deras sekali rombongan Sugeng baru saja berangkat dari Leyangan menuju Boja untuk menghadiri pernikahan Atun dan Amirudin, Imam adik Safi’i  mengirimkan WA kalau  pak Sugeng akan menjadi saksi saat akad nikah yang akan berlangsung pukul 11 siang ini hari.

Safi’i  membalas pesan tersebut : ” Ya Mam , ini kita sudah berangkat kok tak usah kawatir paling sampai di sana jam sembilanan”.

Imam        : ” Ya sudah kang hati-hati kang…disini sedang gerimis pagi ini ”

Safi’i          : ” O .. iyo..keluar Ungaran hujan mulai reda, tadi di Leyangan deres banget Mam  tapi sekarang hujan lagi “.

Imam        : ” Yo wis hati-hati kang, slamet sampai tujuan  ya…aku dan teman-teman menunggumu kang di Yu Atun.” Imam mengakhiri pembicaraan karena membantu ibuknya mengantar jenang merah dan putih yang dikirimkan ke Atun. Susi sudah sampai ke rumah Atun yang disambut keluarga Atun dan Amirudin.

Orang Boja begitu guyub dan saling membantu..apalagi mendengan cerita Atun tentang pak Sugeng dan Susiati akan menghadiri pernikahan Atun dan Amirudin yang sudah cukup mapan usahanya berkat bimbingan Susiati.

Parmi  dan Safi’i  menemui teman-teman mereka yang dari Cangkiran dan amat simpati dengan Safi’i yang berbadan seterek serta berisi dan berwawasan luas. Banyak teman-temannya ingin mendaftar pendidikan satpam sebagai bekal kehidupannya kelak.

Safi’i          : ” Ya boleh saja mendaftar tapi angkatan ini belum selesai, dan baru selesai bulan Juni dan persyaratannya dilengkapi”.

Paiman     : ” Tolong aku Fi yang cuma lulusan SMP ingin mendaftar boleh ‘gak..?”

Safi’i         : ” Mendaftar siapa yang nglarang Man…? tapi persyaratannya harus lulus SMA…piye..ya…coba nanti  aku tanyakan sama pak Sugeng ataupun bu Susi..”

Paiman    : ” Nah begitu dong…masak aku penjaga malam gak punya keahlian beladiri malu dong..kalau mengandalkan lari mengejar maling saja serta berteriak  maling….maling…?!” semua tertawa mendengarkan cerita Paiman.

Parmi kembali menemani Anna dan Bagus momongannya karena belum sarapan dan meminta bagian belakang untuk membantu mempersiapkan sarapan. Safi’i menceritakan tentang Paiman dan keinginannya kepada Sugeng.

Sugeng    : ” Boleh , asal ada surat izin perusahaan tempat Ia bekerja sebagai apa atau dari kelurahan tempat domisilinya yang menyatakan lamanya bekerja serta ditanggung pendidikannya”

Safi’i        : ” Trima kasih pak Sugeng “.

Sugeng    : ” Ya…sekalian dibagikan itu formulirnya yang ada di dalam mobil tapi nanti menunggu sarapannya selesai dulu.

Safi’i        : ” Inggih siap pak  ! “. Safi’i amat senang karena teman-temannya bakal nyusul ke Abdi Negara tempatnya bekerja , Parmi mengajak Anna dan Bagus jalan-jalan karena Susiati akan menemani Suaminya menjadi saksi pernikahan Atun dan Amirudin.

Safi’i membagikan brosur dan pendaftaran yang diambil di mobil xenianya bu Susi , teman-temannya pada meminta satu persatu menemui Safi’i sambil mendengarkan ijab kobul.

Atun dan Amirudin sudah lega karena sudah di syahkan menjadi pasangan suami istri , waktu sungkeman Susi dan Sugeng di sungkemi mereka pasangan pengantin baru itu, Atun menangis saat dinasihati Susi karena selama 15 th sudah bersamanya dan Susi banyak membimbing Atun serta Amirudin yang sekarang menggeluti usaha pertanian jambu Air .

Selesai acara Bagus minta diajak jalan-jalan pakai motornya sambil menempelkan sisa brosur yang sudah dibagikan, karena penyerahan brosur harus dilakukan sendiri oleh peserta yang melaju    ( tidak tinggal di asrama ) dan berjarak tempuh masih memungkinkan mengikuti pendidikan guna menjaring peserta di sekitaran kabupaten Semarang.

Hal ini dilakukan Susi karena amat banyak pengikutnya dan hanya disediakan tempat parkir sepeda motor. Angkatan ke 23 ini sudah ada 83 peserta dan Susi memperbesar kelas mengajar dan membagi shiff mengajarnya pula otomatis menambah pengajarnya yang dari TNI dan menambah asisten bela diri yang diambilnya dari Gagak Rimang. Suasana Yayasan Abdi Negara menjadi semakin ramai dengan bertambahnya penjual makanan dan pedagang lainnya yang dibutuhkan lingkungan sekitar. Safi’i mulai membantu Abbas mengurus administrasi dan Abbas membantu Safi’i juga. Pak Umar dan pak Johar menambah tenaga dari pensiunan TNI yang memiliki kinerja masih baik dan tangkas perekrutan ini  dibantu pak Ka Polsek karena sudah tahu  tenaga yang hampir masa pensiun agar aktif di Yayasan Abdi Negara,  Susi menambah dua tenaga membantu Safi’i yang dipilihkan Sugeng dari anggota Gagak Rimang.

Akhirnya Susiyati menyetujui suaminya menjadi ketua Gagak Rimang karena memiliki asisten dari tenaga TNI  dan keamanan pabrik diambilkan dari lulusan tahun ini . Kini Leyangan membuka akses jalan yang diaspal mengingat warganya memiliki banyak kegiatan yang saling membutuhkan serta peluang apapun saling bekerja sama menciptakan keharmonisan warga sekitar.

Mince mengabarkan kalau Ia seminggu lagi diwisuda dan berharap keluarga menghadirinya termasuk bu Susi dan bu Rosa sekalian liburan semua akomodasi akan ditanggung Mince yang sebagai asisten manajer roti kalengan terkenal di Singapore. ” Wow surprice…hebat anakku Mince…engkau lulus cumlaude dan kontrak diperpanjang lagi di Singapore ” , Susi menjawab telepon dari Mince amat antusias.

Mince      : ” Bu Susi , pak Sugeng di ajak sekalian anak-anak untuk berlibur kan ini selesai test kan …?”

Susi          : ” Baiklah anak ibu, siapkan semuanya lo ya…kabari papah Andrean sekarang biar dia senang..”.

Mince      : ” Inggih buk siap….terus pabrik bagaimana buk…?”

Susi          : ” Pabrik lancar tanyakan kakak-kakakmu ya….biar dia senang juga…”

Mince      : ” Siap…injih buk…Mince urus ticket dulu buk nanti mince kirim ke kak Guntur atau kak Anantha biar diurus perjalanannya”.

Susiyati bersandar ke kursi kerjanya dan memejamkankan matanya, anak-anak bu Paula kini sudah pada jadi orang, Susi teringat saat mengambil Mince di panti asuhan bersama Guntur dan Anantha mereka menangis karena ada yang mengambilnya untuk dijadikan anak, rasa haru dan bahagia menghiasi ketiga anak tersebut lalu memeluk Pak Andrean dan bu Paula lalu Susiyati yang masih kuliah saat itu. Ibu asrama yatim piatu “Kinasih” menasihatinya agar menjadi orang yang berguna dan bermanfaat untuk sesama.

Guntur dan Anantha menemui Susiyati dan bu Rosa untuk membicarakan pesan Mince.

Guntur     : ” Bu Susi dan bu Rosa pengadaan tepung tapioka dalam keadaan kondusif dan sudah aman serta terjaga untuk 10 hari dan mas Hanafi yang bertanggung jawab dibantu Irvan di pengelolanya “.

Anantha   : ” Banar bu…cerobong asap sudah saya pesankan dan menunggu dua pekan pengirimannya”.

Susiyati    : ” Baiklah kita persiapkan keberangkatannya dan pabrik keamanannya sudah diurus Gagak Rimang ”

Rosa         : ” Perlu bawa tunai uang perusahaan gak buk…?”

Susiyati    : ” Ya perlu juga untuk siaga bawa cek kosong dan ATM saja mbak Rosa ” setelah semuanya beres Susi mengurus Yayasan dan mengadakan meeting serempak pak Umar dan pak Johar siap menjalankan perintah Susi dan akan mengawasi sebaik-baiknya karena sebulan lagi test kelulusan dan melarang siswa klayaban jelang test kelulusan.

Gagak Rimang mengakses keamanan sekitar pabrik dan berjaga setiap saat bergiliran , satpam pabrik bertugas mengawasan di area dalam pabrik dan tenaga kerjanya.

Pak Andrean amat bahagia sekali mendengar penuturan Anantha dan Guntur lalu memerintahkan mbok dan pak Kromo mempersiapkan kopornya.

Pak Andrean  : ” Siapa ini yang bertanggung jawab mendorong papah bila di Singapore…? ”

Guntur     : ” Kami semua siap mendorong papah tapi tentunya anak tertua yang paling bertanggung jawab…he..he…”. Pak Andrean menepuk pinggang Guntur sambil tertawa. Mereka segera tidur karena esok hari akan berangkat ke Singapore.

Susi pagi sekali ke Yayasan Abdi Negara dan menyuruh Safi’i menemani Parmi dari jam 19.00 dan jam 05.00 kembali ke asrama, bersama Sugeng berdoa dan pamit pada Abbas sambil memberikan amplop uang untuk Abbas dan Safi’i. Rustiana Damayanti dan Bagus Sasongko pamit memeluk Parmi .

” Mbak…aku ke Singapore jangan lupa WAnya di buka nanti aku kasih foto-fotonya…”,  kata Rustiana

” Inggih mbak Anna oleh-olehnya ya..jangan lupa…”, jawab Parmi. Bagus memberikan permen karet pada Parmi yang tertawa menerimanya, ” Hati-hati ya semuanya….selamat jalan pak …buk…” suasananya lengang setelah kepergian rombongan Susiyati yang menuju ke pak Andrean. Terlihat pak Andrean memasuki mobil dan terlihat mobil bu Rosa sudah dibelakang mobil bu Susiyati. Guntur yang menyetir lalu bersama menuju pabrik sebentar untuk berdoa bersama dan menuju Bandara Ahmad Yani  untuk bertolak ke Singapura langsung. Rustiana banyak mengambil foto jelang berangkat dan memvideo pak Andrean yang dibantu Guntur dan Anantha memapah pak Andrean menaiki tangga pesawat sampai ke tempat duduknya.


Kontrakan Kampung Leyangan

Kontrakan Kampung Leyangan

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2019 Native Language: Indonesia
Susi membuat kopi untuk Sugeng suaminya, yang baru saja pulang jaga malam di Rumah Sakit Umum Ungaran. " Kok gak manis dik...." " Maaf gulanya habis yah, jadi cuma sedikit gula yang ada..." "Maaf ya istriku ...ayah baru bisa kasih ini , tapi untuk makan masih amankah...?" . Dengan menunjukkan ekspresi muka sedih Susi mengatakan: " Ayah..untuk makan masih terjaga, cuma kalau seperti ini terus pendapatannya kita akan jadi orang susah yah...Susi akan bekerja bareng mbak Rosa di pabrik tepung boleh gak yah..?" " Benar yang ajak mbak Rosa..? bukan yang lainnya..? " Bener Yah, emang kenapa kalau bukan mbak Rosa..?" " Karena mbak Rosa orangnya jujur dan lurus..." " Jadi boleh dong Yah, aku diajak kerja bareng mbak Rosa..?" mata Susi berbinar - binar senang tapi sekejap diam lagi karena bingung siapa yang akan memasak dan membersihkan rumah, karena Susi dan Sugeng adalah penganten baru tiga bulan dan masih kontrak rumah di Dukuh Beji Ungaran Timur. " Pikirkanlah dulu, ayah ingin kamu bekerja di rumah agar nanti anak-anak kita tak kelantar pendidikkannya, ayah tak melarang dik Susi bekerja". "Yah.. tapi itukan masih lama apa salahnya Susi bantu ayah bekerja, trima kasih ya Yah sudah menyetujuinya ". Jawab Susiati dengan senang sambil mencium pipi suaminya dengan manja. Sugeng kasihan juga kalau melihat istrinya sendirian di rumah makanya dia menyetujuinya. Ketika jelang sore mbak Rosa main ke rumah Susi sepulang kerja, dan menanyakan keputusannya, " Piye...sido melu kerjo po ra..( bagaimana...jadi ikut kerja 'gak ..?) Iki butuh tenaga loro tinggal siji lo Sus...?

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset