Farida mendekap suaminya Ia tak bisa tidur karena hatinya masih mengganjal kejadian tadi.
Farida : ” Mass… bagaimana kalau mbak Astiti datang lagi ke kontrakan ini? ”
Zulkarna : “Cuek saja, tanyakan maunya apa? kan kamu tak kenal dia, kalau dia kenal aku ya suruh saja nungguin sampai aku pulang…… gak usah dipikirin nanti kamu malah sakit kasihan Zuraida, intinya kita ini nikah dijodohin orang tua dan aku gak merasa mempermainkan wanita ataupun dekat sama cewek… sudah …….tidur yook ?! “.
Farida : ” Tapi kenapa telpon aku gak diangkat.. malah telpon Astiti diangkat ?!”
Zulkarna : ” Yang mas aktifkan nomor hapemu dik, waktu itu mas sedang makan dan prasmanan karena gak bisa ngangkat maka mas aktifkan semua hape siapa tahu kamu telpon pakai hape bapak.. eh malah Yang telpon orang sableng tadi , mas hanya kepikiran kamu saja sayang ” .
Zulkarna memeluk istrinya dan menciumnya mesra sampai mereka tertidur.
Mbak Rosa tak bisa berangkat bersama Susi karena mendapat tugas luar kota dan Sugeng berangkat mengantar Susi dulu baru ke rumah sakit.
Kini berangkatnya lebih pagi satu jam mengingat perjalanannya lumayan jauh dan Susi melakukan tugasnya mbak Rosa selagi ditinggalkan. Susi amat cekatan dan gajinya sekarang bulanan . Sudah hampir satu tahun Susi bekerja tapi Ia belum hamil juga , sepulang kerja Susi langsung mandi gantian sama suaminya karena masih nyuci motor di depan rumah. Susi istirahat sebentar dan melihat Zuraida tertawa menggoda di teras rumahnya, Susi tersemyum pingin memeluknya.
Susiyati : ” Gemes deh tante klo lihat Rida maunya peluuuk terus… ayuuk main ke tante Susi…” Zuraida menurut saja sehingga Susi semakin gemes.
Mbak Yeti membuat kue tart dan membagikan ke tetangga-tetangga .
Susiyati : ” Waaah ada ap ini tumben…. bagi-bagi ” goda Susi dan langsung dibalas
Yeti : ” Sekarang Arnold ulang tahun ke 13 th dan pingin di rayain sama Rida jadi ayook dimakan bareng-bareng”.
Susiyati : ” Pantes dari tadi bau rotinya nggandreng disini ternyata mbak Yeti yang buat roti sendirian , besok – besok aku diajak ngebantuin ya.. pingin buat roti tapi takut gak enak”. Mereka menikmati pesta kecil itu termasuk Farida dan Zulkarna, Sugeng, dan mas Pandu suaminya mbak Yeti, sementara Arnold masih les di Gedang Anak dan nanti akan merayakan bersama teman lesnya.
Bapak-bapak membantu menghias teras dengan balon maklum tak ada ruangan untuk merayakannya sehingga banyak yang membantu menata meja dan kursi di jadikan satu di taman karena tahu Arnold akan ultah. Jam 17 Arnold sudah sampai rumah kontrakan kampung Leyangan jadi rame.
Mbak Yeti menyediakan roti yang cukup banyak. Serta mengumumkan kalau Dia akan membuka toko roti di kontrakan ini menambah surprise kampung Leyangan .
Pak Dodik kontrakan no : 1 yang kerja di pabrik garment langsung memesan untuk hari Rabu karena ada rapat di kerjaannya, mbak Yeti senang sekali banyak yang mengatakan rotinya enak dan murah lagi. Ulang tahun Arnold membawa berkah buat usaha baru Yeti.
Arnold amat bahagia mendapat kado dari warga kontrakan kampung Leyangan. Jelang maghrib teman-temannya sudah pada pulang karena hampir hujan kursi-kursi pada dikembalikan dan dibersihkan rame-rame. Mbak Yeti dan mas Pandu minta maaf karena sudah merepotkan warga.
” Gak apa mbak Yeti terima kasih sudah membagi roti dan kuenya yang lezat dan enuak tenan” seru pak RT Danu memuji roti buatan mbak Yeti.
Arnold membuka bungkusan yang isinya rata-rata buku, polpen, penggaris, yang bermacam-macam bentuk dan warnanya.
Hati Arnold senang sekali ia perlihatkan pada bapak ibunya sambil mengucapkan terima kasih pada kedua orang tuanya
Pandu : ” Nah Arnold sekarang kamu harus banyak belajar karena tahun ini kamu ujian dan bapak ibu akan mempersiapkan biaya pendidikan masuk SMP semoga usaha ibuk lancar dan lihat itu ibuk sudah membuat kue-kue untuk dijual di teras rumah yang sudah bapak belikan etalase “.
Arnold : ” Mana etalasenya pak, Arnold pingin lihat” serunya sambil memandang keluar dan berlari. ” Arnold akan bersihkan setiap hari dan Arnold akan bantu ibuk bersih-bersih ya…?! “. Ketulusan Arnold membuat hati orang tuanya bangga dan lebih menyayanginya.
Meskipun etalase itu bekas tapi Arnold amat senang dan mendukung usaha ibuknya karena betapa sulitnya mencari nafkah kalau tak ada dukungan dari anggota keluarga dan dukungan Arnold amat berarti walaupun dia masih anak-anak.
Pak Pandu yang bekerja sebagai tukang ojek akan membantu menitipkan dagangan istrinya ke warung-warung.
Abbas mengantarkan pakaian ke rumah Susi dan ke bu Bambang tapi kelihatannya sepi kontrakannya bu Bambang no:2 maka Abbas pulang lagi dijalan bertemu bu Bambang yang ternyata beli obat nyamuk bakar, minyak, dan lainnya di bu Dollah kontrakan nomor : 20 yang jual kelontong.
Laundrynya langsung dibayar, Abbas membantu membawakan belanja an bu Bambang sampai di kontrakan nomor 2 . Bu Bambang memberikan buah rambutan dari kiriman anaknya di dukuh Beji yang sudah panen rambutan. Abbas menerima dengan suka cita ” Matur nuwun bu.. Alhamdulillah.. ”
Bu Bambang memandang Abbas seakan nelangsa teringat anak keduanya seumuran Abbas yang meninggal karena kecelakaan tertimpa pohon mahoni ketika berteduh sepulang kuliah. Air matanya mengalir kepedihan hati yang amat mendalam ia rasakan . Anak ketiganya wanita masih dibangku SMA , pak Bambang pensiunan dinkes ( dinas kesehatan) bagian expedisi dan tinggal ikut anaknya yang pertama di Beji tiap bulan pulang untuk memberikan jatah pensiunnya pada istri dan anaknya yang bernama Veronika.
Abbas membawa rambutan itu untuk adik laki-lakinya yang lumpuh kalau jalan ngesot
Angga : ” Mas Abbas ini untuk Angga ya, makasih ya mas ” Angga bertanya pada kakaknya, Abbas mengusap kepala Angga dan melanjutkan pekerjaannya membantu memilih jemuran yang sudah kering dan mengganti jemuran baru yang sudah disiapin pak Rodiat.
Angga : ” Buk e ini ada buah rambutan Angga boleh ambil gak? ” Angga selalu menanyakan apa-apa pada ibuknya.
Bu Alfiah : ” Boleh.. makanlah ” bu Alfiah gak menyadari kalau Angga pingin nyuapin ibuknya Abbas yang memperhatikan adiknya langsung jongkok dan minta disuapin.
Abbas : ” Wah.. makasih.., Angga hebat dah bisa nyuapin mas Abbas ayook ibu dan bapak disuapin”
Angga merasa di perhatikan ia mengupas semua rambutan dan minta kakaknya mengambilkan mangkok plastik di rak. Pak Rodiat minta disuapin , ibu yang masih menggosok meneteskan air mata amat terharu melihat ragilnya ada perubahan sikap. Setrika ia cabut dan memeluk Angga yang bisa ngesot cepat.
Bu Alfiah : “Angga anak ibu… kamu dah pintar ibu minta disuapin ya..? ” Tangan angga mengambil buah rambutan dan menyuapin ibunya.
Hati bu Alfiah rasanya sejuk sekali . Abbas kakak Angga senang usaha yang ia terapkan ke Angga berhasil dan Abbas akan terus melatih adiknya hari ini adalah hari kebahagiaan keluarga pak Rodiat karena Angga sudah bisa ngesot cepat.
Setiap hari memang Abbas yang memandikan adiknya Angga mulai dari tak bisa duduk sampai bisa jalan ngesot, Abbas sangat sabar dan kelihatannya tak memaksa sehingga Angga menikmati kebiasaan yang ditanamkan Abbas , Angga kini diajak keluar sambil baca buku pelajaran SMP yang ditinggalkan
Ketika itu Angga diboncengin pak Rodiat mengendarai sepeda motor dan motor mengalami kecelakaan Angga terpental jauh dan gak bisa bangun bertahun-tahun. Tak ada biaya untuk merawatnya dan Abbas kakaknya yang setelah lulus SMA bertekat merawat adik satu-satunya. Abbas gak tega meninggalkan Angga sendirian dirumah.
Pak Rodiat yang berjualan sayur keliling hasilnya tak seberapa sedangkan Bu Alfiah menjadi pembantu di perumahan Leyangan Damai. Pendapatan bapak dan ibu Rodiat tak mencukupi kebutuhan hidup dan akhirnya rumah yang kecil itu dijual dan mengontrak di Leyangan selama 15 tahun.
Abbas menyarankan untuk membeli mesin cuci untuk usaha dan Abbas yang mencarikan pelanggan, sisa uang dibelikan tanah untuk tabungan. Pak Rodiat mempercayakan Abbas mengurus keuangan itu dan menyisihkan uang untuk membangun tanah yang berada di tepi jalan untuk usaha laundrynya. Sudah sepuluh tahun berada di kontrakan kampung Leyangan dan adiknya Angga sudah bisa ngesot sungguh amat bersyukur sekali.
Kini Angga mulai berusaha sendiri agar bisa membantu orang tuanya yang mulai renta , Angga belajar berdiri dan membantu menyetrika pakaian sambil duduk, belajar buku pelajaran, belajar berjalan sambil merayap penuh hati-hati. Susi dan Sugeng mengamati keluarga Rodiat sungguh luar biasa.