Menjadi seorang yang tidak memiliki latar belakang percintaan yang banyak, membuatku menjadi seorang yang sedikit posesif (mungkin). Terkadang aku bisa lupa bahwasannya Vira sangat sibuk, aku sering menanyakan hal-hal yang mungkin terlihat sepele, seperti “sedang apa?” “Sudah makan belum?” dan aku sering meminta dikirimin foto olehnya, dimana dia merasa kalau pertanyaan-pertanyaan ini sangat mengganggu dengan segala kesibukan yang dia jalani.
Bulan Maret merupakan hari yang berat bagiku.
Kami sudah mulai jarang berkomunikasi, aku hanya bisa berfikir positif bahwasannya dia sangat sibuk.
Dia cuma sesekali mengupdate thread jualan kaos kaskus-nya. Dulu aku sempat memesan 2 buah kaos di thread jualannya, aku meminta 1 baju bertuliskan id Mesachi_Tan dan 1 lagi aku berikan ke dia dengan ukuran M dan id MesVira (id kaskus yang pernah dibuat olehnya). Dia tidak mau, dia tidak mau menerima kaos pemberianku, terlihat dari list nama pembeli dan nama id yang tertera di setiap list, dia masih menuliskan 2 kaos dengan id Mesachi_Tan. Aku mulai sedikit bertanya-tanya.
“Kenapa yah dia gak mau?”
Aku juga pernah melihat statusnya kalau dia sangat bimbang, bingung ataupun sejenisnya, aku mencoba basa-basi dan menanyakan perihal status dia. Tapi dia mengacuhkan pertanyaanku.
Melihat kediaman yang sudah tidak biasa itu, aku mencoba bertanya kembali kepadanya.
“Kamu kenapa,” tulisku.
“…”
Dia tidak menjawab. Aku terus mencoba bertanya, dan dia juga masih belum bersedia menjawabnya, hari itu tanggal 6 Maret.
Jumat 7 Maret, Aku masih berusaha untuk mendapatkan jawaban atas kediamannya, dan akhirnya dia tiba-tiba mengirimkan pesan melalui whatsapp. Alangkah senangnya aku ketika melihat dia mengirimkan pesan ke aku, dan betapa terkejutnya aku ketika aku tahu itu adalah pesan terakhir yang akan aku baca darinya sebagai pacarnya. Pesan yang bertuliskan kalau dia ingin mengakhiri hubungan ini.
Yah, kami putus, tepat hari itu juga, hari dimana dia membalas pesannya, hari dimana aku mulai senang mendapatkan pesan yang sudah kutunggu dari beberapa hari yang lalu.
Seperti awalnya aku yang tidak percaya ketika dia menerima pernyataan cintaku 31 Januari lalu, aku lebih tidak percaya lagi dengan pernyataan dia ke aku kali ini.
Aku mencoba menghibur diri, “Oke, kalau memang ini yang terbaik buatmu, kebahagiaanmu mengikhlaskanku,” ini adalah kebohongan terburuk yang pernah kukatakan.
Pikiranku kosong. Aku hancur, aku benar-benar hancur!
Aku tidak bisa lagi berfikir dengan tenang. Aku ingin pulang dari kantor, aku ingin cuti, aku ingin pergi ke tepi laut tempat yang luas dan ingin berteriak sekuat-kuatnya.
“KENAPAAA!?”
Sampai akhirnya, satpam kantor dan satpam komplek yang kebetulan lagi ada di dalam kantor bertanya ke aku.
“Kau kenapa? Kok kayak orang mau nangis gitu kau?” Tanya satpam kantor ke aku.
“Enggak apa kok bang, agak sedikit stress aja,” kataku pelan sambil berusaha keras untuk tersenyum.
Sambil menyodorkan sebatang rokok, dia berkata “nih kau ke atas sana (lantai 4), kau isap rokok ini, kau tenangkan dulu dirimu.”
Aku pun mengikuti saran mereka.
Kuterima rokok dan mancis yang disodorkan satpam kantorku.
Dengan tatapan kosong aku pun ke atas, aku nyalakan sebatang rokok putih yang akhirnya aku coba untuk menikmatinya. Aku bukanlah seorang perokok, aku tidak mengerti bagaimana cara menikmati sebatang rokok ini. Yang kutahu temanku perokok pernah berkata “kau bisa menghilangkan stress dan masalahmu dengan rokok.”
Aku mencobanya, aku mencoba mengeluarkan masalah-masalahku melalui kepulan asap yang kukeluarkan dari mulutku.
Udah kayak orang yang di tivi-tivi itu lah gayaku. Duduk di lantai dengan gaya sok cool dengan sebatang rokok di tangan kanan dan memandang langit yang luas dengan tatapan kosong. Bahkan aku bisa mengabaikan teriknya matahari siang itu.
Untuk sesaat aku memang merasa lapang tapi rasa kecewa, sedih, hancur ini kembali menghampiri, tak seperti yang teman perokokku katakan, merokok ternyata gak bisa menyelesaikan masalahku, dan dengan ini aku menyatakan bahwa perkataan para perokok yang sebelumnya itu tidak benar, merokok tidak menyelesaikan masalah, maaf!
Tak terasa sebatang rokok putih yang aku bawa tadi pun sudah habis.
Aku merenung, awalnya aku berterima kasih sekali kepada pak Boy karena telah membuatku masuk ke grup GoE sehingga aku bisa bertemu dan jadian dengan Vira yang diikuti dengan perasaan menyesal, “kenapa? Kenapa aku mesti masuk ke GoE dan mengenal dia bahkan hingga harus jadian dengannya?”
“Gila! Sakit kali rasanya!” teriakku.
Hati ini benar-benar sakit, aku tidak bisa lagi berfikir jernih, aku mulai menyalahkan segalanya. Hatiku benar-benar hancur hari itu.
Kembali dengan tatapan kosong, aku menelusuri tangga dengan sangat pelan dan akhirnya aku sampai ke lantai satu. Aku beritahu ke teman-teman ku di grup whatsapp RPM, di situ ada Bhenny, Maknur, Martin, dan pak Boy, bahwasannya aku sudah putus dengan Vira.
Pak Boy pun menyuruhku dan teman-teman untuk datang ke TST Alka malam ini setelah pulang kerja untuk mencoba menghibur dan menasihatiku. Dengan mata berkaca-kaca dan tatapan yang kosong aku pun mengupdate jadwal kopdar kami untuk bertemu di TST Alka malam ini.
Aku mencoba untuk kuat, mencoba untuk menghibur diri sendiri tapi aku gagal, begitulah aku terus mencoba.
Terlalu lama jarum jam ini berputar, aku sudah gak tahan. Aku butuh hiburan, aku butuh teman-teman yang akan memarahiku dan menasihatiku ketika aku tertunduk sedih. Akhirnya jarum jam pun menunjukkan waktunya pulang kerja. Tanpa buang waktu lagi, aku pun berangkat ke TST Alka. Mereka semua sudah menunggu kedatanganku.
Dengan senyum yang dibuat-buat akupun berusaha menceritakan kronologisnya dengan tenang. Tapi aku tidak pintar dalam berbohong, mataku mengatakan semuanya, kesedihanku, kehancuranku hari ini.
Di kaskus, kita pasti sudah tidak asing dengan yang namanya cendol/bata.
Sore itu selagi aku ngaskus untuk mengalihkan kesedihanku dan menunggu waktunya pulang untuk sesegera mungkin merapat ke TST Alka, aku melihat ada satu ID yang memberiku sebuah cendol dengan pesan “Stay Strong!” Aku tahu id ini, aku menganggap dialah orang yang menjadi pihak ketiga retaknya hubunganku, sulit bagiku untuk berfikiran jernih saat itu.
Aku tidak mau melihat id ini, aku meminta tolong ke temanku Bhenny untuk menembak beberapa cendol ke id ku agar id yang tadi, id orang yang menjadi penyebab retaknya hubungan kami hilang dari hadapanku.
Perasaanku sedikit lega setelah Bhenny selesai mengeksekusi idku.
Mereka pun mulai menasihatiku dan aku menjadi pendengar yang baik. Sebagai yang tertua di situ, pak Boy, dia menasihatiku kalau cowok itu harus ginilah, gitulah. Aku pun tertawa mendengar cerita masa mudanya.
Inilah gunanya ‘keluarga’, mereka yang akan selalu ada di saat kau berada di posisi terpurukmu dan memberikanmu semangat.
Hari-hariku kembali berat. Bukan karena aku takut diejek karena jadi jomblo, tapi aku harus mulai lagi dari awal. Yah, setiap orang emang harus move on, tapi setiap move on membutuhkan proses, dan aku hanya bisa mempercayakan semuanya ke pada sang waktu. Aku ingin lihat sampai kapankah dia (sang waktu) membiarkanku terpuruk seperti ini.
Bukan seperti orang kebanyakan yang setelah putus harus menjadi musuh, tapi aku lebih memilih tidak menghubungi dia karena aku tidak mau mengganggu dia lagi, dia sangat sibuk, super sibuk, aku tahu itu, aku perlu mengkoreksi diriku dan memperbaikinya.
Kalian percaya dengan mitos?
Mamaku pernah berkata, kalau gelang yang kita pakai putus secara tiba-tiba, itu tandanya kita bakal dapat pacar dalam waktu dekat. Aku sih bukan orang yang terlalu percaya terhadap mitos begituan.
Tapi sehari setelah gelang di tangan kananku putus, aku mendapatkan pacar baru, Vira. Sesuai ramalan mamaku juga bahwasannya aku akan mendapat pacar di usia ke 26 ku.
Aku tiba-tiba tertawa sendiri seketikanya aku sadar semua itu benar-benar terjadi dan mendadak bersedih ketika aku sadar semuanya berlalu terlalu cepat.
“Akhirnya gelar Jomblo ku kembali lagi.” Ucapku sambil menghembuskan nafas berat