“Haloo om, salam kenal” candaku memanggil Vira.
“Halo tante, salam kenal juga” balasnya disertai emot senyum. Kemudian teman-teman yang lain pun satu persatu muncul dan meramaikan grup itu dengan basa-basi sambil meledek Vira.
“Sepertinya Vira itu adalah bintangnya di grup itu, Itu beneran atau cuman perasaanku aja yah?” gumamku sambil memutar-mutar handphoneku dengan tangan kananku.
Semenjak aku merasakan perasaanku yang mengatakan kalau Vira itu bintangnya di grup, aku pun semakin penasaran dan entah kenapa rasa kagum ini pun perlahan muncul secara perlahan dan berubah menjadi suka.
Aku mulai memberanikan diri sesekali menyebut namanya di setiap percakapan, dan dia pun meresponnya dengan baik, dan setiap kali aku bertanya soal dia di grup, teman-teman GoE pun meledekku. “Asem juga nih mereka,” sambil cengar-cengir melihat isi percakapan di handphoneku.
“’Buchi,’ memes nyariin lu tuh!” tulis salah seorang di grup GoE.
Mereka memanggilnya dengan sebutan ‘buchi’, yang kemudian membuatku bertanya-tanya, “apa itu buchi?”
Kubuka google chromeku dan kucari pengertian dari ‘buchi’ tadi.
“Ow… ternyata itu toh artinya.”
“Kenapa Vira dipanggil buchi yah? Hehe…,” tanyaku di grup.
“Dia gak suka sama cowo mes, lu jangan mau sama dia yah mes,” jawab salah seorang di grup.
“Wakakakaakkakaka,” balasku.
“Masa iya cewe secantik dia gak suka sama cowo? Sayang banget lahhh, tapi bisa juga sih, kebanyakan cowo ganteng juga gak suka sama cewe,” aku pun mendadak merinding ketika aku mulai memikirkannya.
Ntah mengapa aku merasa kalau pertemuan kita memang sudah diatur oleh yang di Atas dan kita memang sudah ditakdirkan untuk bersama. Semoga perasaan ini bukan hanya penghibur keheningan malam ini. Kumatikan handphoneku, lampu kamar dan kemudian terlelap di malam yang hening itu.