Sehari sebelum keberangkatan kami, Vira sempat iseng memintaku untuk memakan daun ketika di Sinabung nanti.
“Wew… yang benar aja Vir? Wakakaka…,” balasku di whatsapp GoE.
“Lu pasti bercanda kan, Vir?” gumamku dalam hati.
“Vir, itu syarat mendapatkan cintamu yah, Vir?” kuketikkan dan kemudian kuhapus lagi sususan kata itu dari handphoneku.
“Aku sudah terlanjur suka denganmu, apapun yang lu minta pasti aku sanggupin Vir!” ucapku yakin dalam hati sambil mengepalkan tangan kananku.
Yang akhirnya aku hanya tersenyum dan cengar-cengir gak jelas di chat grup itu.
“Aku pasti melakukannya!” ucapku dalam hati.
“Doakan kami yah, teman-teman” ku enter susunan kata ini di grup whatsapp GoE, setelah kuganti kata “Vira” menjadi “teman-teman”. Aku masih malu-malu. Hehehe….
Mendekati hari H misi pertama pengantaran bantuan ke Sinabung, kami dituntut untuk tidak lagi bersantai-santai. Tenaga, pikiran, waktu semua harus kita korbankan, demi mensukseskan pengiriman bantuan tahap I ini.
Untuk misi tahap pertama ini aku enggak ikutan belanja. Aku cuman sekali ikut packing (H-3 kalau tidak salah ingat).
H-1 kami nginap di rumah martin, di komplek Cemara. Ngobrol, ngalor ngidul, dan membahas kegiatan yang akan kita laksanakan besok. Pak Boy selaku ketua memberikan sedikit arahan ke kami. Tak lama Pak Boy memberikan arahan, Darwin datang. Dia membawa beberapa kotak yang aku curigai isinya adalah makanan (enak), hehehe…. Dan, malam itu kita makan sepuasnya karena ada Darwin yang berbaik hati bawain martabak bangka spesial untuk para relawan.
Makanan habis, waktu juga sudah menunjukkan pukul 10 malam, teman-teman yang tidak ikut menginap pun pamit untuk pulang.
Dikarenakan ada beberapa wanita juga yang menginap, kami para pria harus mengalah dan memprioritaskan para wanita untuk tidur di kamar, dengan bantal, kasur dan ruangan yang ber AC. Sementara kami para pria harus tidur beralaskan tikar dan berbantalkan baju, kita pun gak ngeluh asalkan ada colokan untuk ngecharge handphone.
“Cop! Aku ambil dua slot stop kontaknya yah woii, buat handphone dan kamera digitalku, biar paten dokumentasi kita besok,” ucapku sambil mencolokkan kedua chargerku ke stop kontak.
“Oke Mes, colokkan punyaku juga mes,” balas Pelisoul sambil memberikan charger dan handphonenya.
“Selamat malam, Vira!” dalam hatiku dan kubuka bajuku dan menjadikannya bantal kemudian mencoba untuk memejamkan mata.
Hari pemberian bantuan pun tiba, aku dan teman-teman RPM yang diketuai oleh pak puma61 a.k.a pak Boy pun telah siap untuk mengemban amanah yang telah dititipkan untuk saudara-saudara kita di tanah karo sana.
Bangun jam 5, tak butuh waktu yang lama untukku mandi, selesai mandi aku langsung bergegas pergi beli sarapan bareng 2 temen lainnya, Martin dan Mellisa. Untunglah kami tidak ketemu geng motor, waktu itu emang lagi musim-musimnya.
Selesai sarapan, ‘nasi belum turun’ kita pun buru-buru menyusun semua barang ke mobil yang baru saja datang dan menunggu di bawah. Kali ini aku kebagian duduk di mobil pick up, eh aku milih sendiri sih.
“Aku duduk di mobil pick up aja yah,” teriakku.
Tanpa buang waktu, setelah berdoa kami langsung berangkat.
“Doa kan kami yah, Vir!” batinku.