Sering mengantar Ayu pulang, tentunya Alim sangat tahu gimana strata ekonomi Ayu yang sebenarnya. Rumah Ayu gedongan, mobil mewah dua, motor ada empat, pekarangan luas dan hewan peliharaan yang tentunya diurus banget sampe ke bulu-bulunya.
Penampilan Ayu memang sederhana. Tapi apa yang ia kenakan, baju, celana, sepatu, tas, topi, handphone hingga isi dompet pun kayaknya emang mencerminkan anak orang kaya. Walau tiap nongkrong, Alim emang gak pernah ngajak Ayu ke tempat mahal (karena takut gak kebayar si Alim-nya,heheee), tapi dari cerita Ayu, dia sering ke tempat tongkrongan di Bandung yang mahal-mahal bersama teman dan saudaranya.
Hubungannya pun berjalan delapan bulan dan Alim semakin memantapkan diri untuk serius dengan Ayu. Selain karena memang sudah cinta, Alim juga ngerasa kalau hubungannya serius dengan Ayu, dia bisa hidup enak, gak usah terlunta-lunta tinggal di ruangan toilet, gak perlu bingung mikirin gimana makan. Yaa.. tinggal tamatin kuliah dan kerja. Jadi, hidupnya selama dia kuliah, setidaknya bisa enakan kalo dirumahnya Ayu.
Alim : Yu.. aku kok gak pernah ketemu sama ibumu ya?
Ayu : Oh.. ibu, ada kok didalam rumah. Kebetulan waktu abang antar, lagi beres-beres rumah aja kali
Alim : Ohhh gituuu..
Ayu : Emang kenapa bang?
Alim : Pengen ngobrol-ngobrol aja sama ibumu. Masa kenalnya Cuma sama anaknya aja sih.hehee
Ayu : Yaudah, sore ini aja kerumah. Sekitar jam 4 sore, ibu udah santai. Nanti aku bilang sama ibu, kalau abang mau kerumah. Ibu juga penasaran dengan abang..
Alim : Boleh
Mendapat angin segar, Alim sudah membayangkan hal-hal yang masih jauuuhh terjadi. Yang pasti, dia ingin segera mengikat Ayu dalam hubungan serius. Sore harinya, Alim yang sudah berpakaian rapi, rambut diikat dan celana yang gak robek-robek, siap mendatangi rumah Ayu. Agar terlihat keren, Alim pun meminjam sepeda motor Endra untuk kerumah Ayu.
Sebenarnya Endra agak ragu meminjamkan motor barunya, karena setiap kali Alim membawa sepeda motor Endra, pasti baliknya adaaa aja part motor yang penyookk. Tapi, melihat tampilan Alim yang rapi, Endra jadi bersemangat meminjamkan sepeda motornya. Dia yakin, kali ini Alim pasti jalannya benar kalo lagi rapi kayak gini.
Sesampai dirumah Ayu, Alim langsung memarkirkan sepeda motornya di tempat parkiran khusus motor. Ayu tampak manis sekali menyambut kedatangan Alim. Lalu, Ayu langsung memanggil ibunya untuk segera bertemu dengan Alim.
Setelah duduk berbincang bertiga, suara telepon rumah nyaring sekali terdengar. Ayu langsung beranjak kedalam rumah dan mengangkat teleponnya. Ternyata itu telepon dari teman sekolahnya yang menanyakan soal buku Bahasa Inggris yang dipinjam Ayu. Akhirnya Ayu meninggalkan Alim dan ibunya mengobrol berdua diteras rumah dalam waktu yang cukup lama.
Ibu Ayu : Ayu banyak cerita tentang kamu, Lim. Jadi gimana hubungan kalian ini?
Alim : Saya sih maunya serius bu dengan Ayu, secepatnya..
Ibu Ayu : Kalau mau serius, silahkan pinang anak saya. Tapi tunggu dia tamat sekolah dulu..
Alim : Iya bu, kalau menunggu tamat sekolah, saya bisa bu.. (dengan wajah yang sumringah)
Lalu Ibu Ayu menceritakan tentang keluarganya. Dari cerita ini, membuat Alim terdiam mematung dan gak percaya dengan apa yang didengarnya..
Ibu Ayu : Ayu ini anak saya satu-satunya. Untung saja saya dan Ayu ditampung disini
Alim : Ditampung? Maksudnya bu??
Ibu Ayu : Iya.. ini kan bukan rumah kami. Emang Ayu gak cerita apa?
Alim : Gak bu..
Ibu Ayu : Ini rumah majikan saya. Setelah suami saya meninggal dan rumah kami digusur, majikan saya menyuruh kami untuk tinggal disini.
Ibu Ayu : Ayu itu beruntung bisa sekolah di SMA negeri favorit, tempat anak-anak orang kaya. Kan majikan saya ini salah satu petinggi disana. Trus Ayu juga dekat dengan anak majikan saya. Semua barang-barang bekas anak majikan saya, diberikan aja ke Ayu. Padahal masih baru loh barang-barangnya, kayak handphone dan sepatu..
Alim : Oh.. gitu ya bu.. Saya kiraa…
Ibu Ayu : Ya, pasti kamu kira Ayu anak orang kaya. Gak koq, saya dan Ayu Cuma beruntung saja.
Ibu Ayu : Yaudah, kalo kamu mau serius, nanti kabarin orang tua kamu dulu. Gakpapa sih kamu masih kuliah, nanti hidup bareng-bareng aja, di rumah kontrakan belakang juga bisa.
Alim : Ehhmmm… gini bu..
Alim : Hidup saya aja morat marit kayak gini, makan aja susah, bayar kuliah ngos-ngosan, saya bahkan tinggal di ruang toilet kampus karena ngirit pengeluaran. Jadi, kayaknya agak susah kalau saya juga harus menanggung satu orang lagi di hidup saya..
Ibu Ayu : Lah, tadi katanya kamu mau serius??
Alim : Iya bu,, tapi gak dalam waktu dekat bu. Saya awalnya mau kenalan aja dengan ibu (alibi si Alim agar gak ketahuan kalau dia kecele ternyata pacarnya bukan orang kaya)
Ibu Ayu : Oh.. gitu, yaudah gakpapa. Ibu senang kenalan dengan kamu..
Alim : Ohya bu, saya pamit dulu yaa.. Jadwal saya piket kumandangkan Adzan di musholla kampus magrib ini
Ibu Ayu : Gak nunggu Ayu turun apa?
Alim : Oh, gak usah bu. Nanti saya sms dia aja, dia juga udah tahu kok bu jadwal rutin saya tiap hari.
Ibu Ayu : Wah.. sesuai namanya ya, kamu alim ya.. Yaudah, hati-hati ya..
Alim pun langsung berpamitan dengan ibu Ayu dan bergegas pulang. Tidak seperti saat pergi, kini dia membawa sepeda motor Endra dengan kecepatan yang kuenceeeng karena keselnya. Untung saja, Ibu Ayu percaya kalau Alim mau kumandangkan adzan di musholla kampusnya. Padahal, kalo malem kan, gak ada mahasiswa di kampus.
Setelah pulang, Alim tidak membalas SMS maupun telepon dari Ayu. Alim juga gak ada di kelas diskusi ataupun teater, padahal Ayu sudah berkali-kali datang kekampus Alim hanya untuk menemui dan menanyakan kenapa Alim mendadak menghilang.
Tiga hari kemudian…
Alim mengirim SMS ke Ayu..
“Yu.. kayaknya hubungan kita sampai disini saja. Gak usah hubungi atau cari aku. Oke!,” pesan singkat Alim yang membuat Ayu nangis bombay se-bombay-bombay-nyaa..