Satu minggu jelang pernikahan Alim, Anis sama sekali gak ada kabar. Alim pun dibuat jungkir balik mencari keberadaan Anis. Apalagi orang tua Anis terus-terusan menanyakan dimana keberadaan anak sulungnya tersebut.
Setelah memutari kota Bandung seharian, akhirnya Alim duduk didepan kampusnya bersama teman-teman lainnya. Sambil menghisap tembakau kretek, Alim melihat aktifitas lalu lalang kendaraan didepan kampusnya.
Sampai akhirnya, salah satu temannya, Alvin, yang saat itu membawa mobil rentalannya langsung menyapanya.
Alvin : Mas Alim..
Alim : Yo, Vin.. Kemana ??
Alvin : Nih nganterin penumpang balik kerumah.
Alim melihat dua orang penumpang Alvin, sepertinya sepasang kekasih. Mereka tampaknya sangat romantis dan mesra. Tapi, lama-lama diperhatikan, Alim sepertinya kenal dengan wanita yang ada di belakang jok mobil Alvin.
Itu Nisa!!
Tanpa pikir panjang, Alim segera memacu sepeda motornya dan mengejar mobil Alvin yang masih belum jauh melaju dari kampusnya. Dengan kecepatan yang tinggi, akhirnya Alim memberhentikan sepeda motornya tepat didepan mobil Alvin. Untungnya Alvin gak memacu mobilnya dengan kecepatan yang tinggi, sehingga kecelakaan bisa dielakkan.
Sebelum berkata apa-apa, Alim langsung membuka pintu belakang dan menarik kerah pria yang ada disamping Nisa. Dan bogem mentah pun mendarat mulus di muka pria itu, yang ternyata adalah musisi terkenal di Bandung, yang sedang dekat dengan Nisa.
Hantaman demi hantaman terus diarahkan ke muka dan perut musisi tersebut. Nisa pun menjerit ketakutan dan meminta Alim agar berhenti memukuli musisi itu. Namun, jeritan Nisa tak penting bagi Alim dan dia terus melampiaskan kemarahannya.
Melihat emosi Alim semakin menjadi, Alvin pun berusaha melerai mereka. Namun, karena Alim kalap mata, dia pun melayangkan pukulan ke wajah Alvin. Mendapat pukulan tersebut, Alvin tak tinggal diam, dia berusaha untuk mengunci pukulan Alim agar tidak melukai Alvin dan penumpangnya.
Alvin : Mas.. sudah mas.. Jangan berkelahi lagi.. Sebenarnya ada apa ini??
Alim : Lo tau gak?? Nisa itu calon bini gue dan satu minggu lagi kami mau nikah.
Alvin : Gue gak tau mas. Yaudah, kalo gitu, mending kalian nyelesain masalah kalian berdua
Alvin : Dan elu (sambil menunjuk musisi itu), elu pergi jauh-jauh deh dari sini. Jangan sampe gue yang nambahin bonyok tuh muka elu. Pergi sono..
Merasa terancam, musisi tersebut langsung kabur dan menaiki taksi yang lewat didepannya. Alim lalu menyuruh Nisa untuk ikut bersamanya menaiki sepeda motornya. Mereka akhirnya menuju ke kosan Nisa.
Di kosan Nisa, pertengkaran hebat pun terjadi. Nisa yang berubah, yang tak seperti kekasihnya dulu, sangat membuat Alim kecewa dan marah. Nisa pun demikian, ternyata dia tahu kalau Alim-lah yang membuat Ayu menjadi merana
hingga berhenti kuliah karena mendapat perlakuan kasar dari Alim.
Alim : Itu masa lalu aku dan gak usah kamu jadikan alasan untuk selingkuh gini
Nisa : Tapi aku gak suka cara kamu memperlakukan wanita seperti itu, hanya memandang dari materi saja
Alim : Oke aku salah, tapi itu dulu. Dengan kamu, apa aku Matre? Apa aku menguras duit kamu? Gak kan.. Aku malah berusaha jadi pribadi yang lebih baik lagi. Tapi nyatanya, kamu selingkuh dibelakangku
Nisa : Iya, aku selingkuh. Terus kenapa?
Alim : Kenapa? Kamu tanya kenapa? Kita akan nikah minggu depan dan kamu asyik-asyiknya bermesraan dengan pria lain
Alim lalu menelepon ayah Nisa dan menceritakan semuanya. Mendengar kabar itu, Ayah Nisa langsung menangis bercampur malu dengan apa yang diperbuat anaknya. Alim juga langsung memutuskan membatalkan pernikahannya di malam itu. Kendati orang tua Nisa masih ingin mereka menikah, karena undangan sudah tersebar, tapi Alim tetap bersikukuh ingin mengakhiri hubungan ini.
Nisa pun hanya menangis terlebih setelah dia berbicara dengan orang tuanya melalui telepon genggam. Ucapan maaf selalu disampaikan Nisa ke orang tuanya, dia merasa menyesal dengan apa yang diperbuatnya.
Namun, nasi sudah menjadi bubur. Kepercayaan Alim sudah punah dan cintanya ke Nisa seakan hilang ditelan kekecewaan dan kesedihan yang mendalam.