Ditengah keputus asaan Alim, ternyata Dewi Fortuna masih memihak ke pria tengil ini. Ternyata, diam-diam selama tiga tahun, Andin, teman satu teaternya, sudah menyukai Alim. Terlebih Alim memang ramah dan supel dengan teman-temannya.
Andin pun berusaha mendekati Alim yang masih dirundung kesedihan yang mendalam. Awalnya, kehadiran Andin sama sekali tidak digubris oleh Alim. Dia memilih menjauh dari kegiatan kampusnya dan memilih dia dikamarnya.
Namun, Andin sepertinya tidak putus asa. Dia terus mendekati Alim dengan berbagai cara. Pura-pura menanyakan soal teater, drama musikal dan lainnya. Hingga akhirnya, Alim pun tergerak bergabung lagi ke teater, UKM yang membentuk karakternya menjadi lebih humble.
Berkat Andin juga, rasa percaya diri Alim tumbuh. Dia selalu menyemangati Alim agar bisa merampungkan skripsinya. Andin juga menawarkan kerja part time di salah satu Production House (PH) milik temannya di Bandung. Alim memang terkenal dengan desain art yang keren.
Kedekatan inilah yang membuat Alim kembali percaya yang namanya cinta. Meski mereka tidak memproklamirkan hubungannya, namun Alim dan Andin sungguh sangat dekat, kayak handphone dan powerbank gitu deh. Hehehe..
Semangat Alim yang sudah bangkit membuat urusan kuliahnya pun cepat selesai. Beberapa kelas mata kuliah yang tertinggal, sudah diulangnya dan Alim mendapatkan nilai yang cukup memuaskan. Skripsinya yang terbengkalai pun sudah disusunnya lagi. Dan ternyata, hanya dalam waktu satu bulan saja, skripsinya selesai dan mendapat nilai B+ dari para pembimbing dan pengujinya.
Kepiawaian Alim dalam mendesain pun terdengar ke PH besar di Jakarta. Atas tawaran temannya, akhirnya Alim bergabung di PH Jakarta tersebut. Bekerja di dua PH besar di Bandung dan Jakarta membuat dompet Alim gak se-ngenes sebelumnya.
Dia pun bisa menyewa kos yang dulunya, deuuhhh gak bisa dia bayar. Beberapa kali Alim juga mengirim uang hasil kerjanya ke orang tuanya. Ibu bapaknya pun terharu, karena Alim bisa bangkit dari kesedihannya dan kembali menjadi pribadi yang bersemangat.
Namun… ada saja halangan yang dihadapi Alim.
Pasca gagal menikah dan undangan yang kadung tersebar, membuat nama baik Alim pun tercoreng. Keluarga Andin mengira, Alim sudah menikah dengan beredarnya undangan di Facebook. Hubungan mereka pun jelas tak direstui kedua orang tuanya.
Andin : Yah, Alim gak jadi nikah. Dia udah batal nikah dengan calonnya
Ayah Andin : Tapi undangannya saja udah beredar di Facebook. Tuh adek kamu udah ngelihat undangannya
Andin : Iya emang ada, tapi itu gak jadi
Ayah Andin : Pasti ada alasannya kalo batal nikah. Pasti dari mereka ada masalah besar
Andin : Andin juga gak tahu apa masalahnya, tapi Alim sekarang sudah jauh berubah jadi lebih baik
Ayah Andin : Nak, ayah tuh sudah dengar tentang dia dari teman adek-adekmu di kampus. Dia itu playboy, matre, pemalas, kuliah gak tamat-tamat, tinggal di kamar toilet.
Andin : Tapi dia sekarang sudah kerja, Yah. Bahkan dia sudah menyelesaikan skripsinya
Ayah Andin : Ayah gak mau dengar apapun alasannya. Pokoknya ayah tidak setuju kalau kamu menjalin hubungan dengan dia, baik berteman ataupun pacaran. Titik!
Air mata Andin pun membanjiri wajah ayunya. Andin sangat tahu karakter ayahnya yang tegas dan tidak bisa dibantah. Apapun alasan yang akan Andin utarakan, ayahnya pasti menolak mentah-mentah.
Namun, hati Andin masih keukeuh untuk Alim. Dia ingin menjalin hubungan serius dengan Alim, walaupun track record Alim dulu sangat jelek. Tapi tak masalah bagi dia, karena Alim sekarang sudah berubah.