Mereka berenam pergi naik mobil avanza milik salah satu staf. Dira sumringah sekali diajak berkeliling kota kembang ini. Setiap kali berhenti ditempat yang bagus, Dira tak melewatkan kesempatan itu untuk foto2 dan mengunggahnya ke sosial media.
Saking asiknya mengunggah foto ke sosmed, Dira sampai ketinggalan waktu hendak menyebrang jalan. Yang lain jalan beriringan, tapi Dira asik sendirian dibelakang dengan ponselnya.
Saat sadar kalau dia tertinggal, lampu sudah hijau kembali, Dira harus menunggu satu menit sampai lampunya merah lagi. Setelah lampunya merah, Dira buru2 menyebrang, berjalan kearah mobil diparkir tadi, tapi mobilnya tidak ada!
Mobilnya hilang? Atau dia yang ditinggalkan? Sepertinya dia yang tertinggal sendiri disana. Tapi apa iya mereka lupa kalau satu orang belum masuk ke mobil.
Dira mengambil ponselnya. Sial! Batrenya habis, hpnya mati. Sejenak Dira kebingungan sendiri diparkiran seperti orang stress. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk mampir ke sebuah rumah makan padang, memesan nasi dan lauk untuk formalitas, padahal intinya mau numpang isi ulang baterai hpnya.
Dira makan pelan2 sambil menunggu baterai ponselnya sedikit terisi. Selesai makan barulah ia menghidupkan kembali ponselnya. Puluhan pesan masuk. Semua dari Dan.
Lo lagi apa?
Cepetan bales!
Yg laen udah sampe, kok bisa2nya lo ketinggalan!
Yang laen gag ngeh lo belom naek, soalnya pada tidur semua tadi dimobil. Lo dimanaa??
Diraaa… Jangan bikin gue khawatir..
Diandraa!!
Dan seterusnya..
Dira juga ikut cemas karena Dan begitu mengkhawatirkannya. Tanpa pikir panjang, Dira langsung menelepon Dan.
“Disini dimanaa?”
“Rumah makan padang, pinggir jalan dekat taman. Gue abis numpang ngecas.”
“yaudah tunggu didepannya, gue bentar lagi kesitu.”
Telepon ditutup.
Dira keluar dari rumah makan padang, sebelumnya ia sangat berterima kasih pada uni pemilik rimah makan yang sudah mengizinkannya mengecharge hpnya.
Dira berdiri tak jauh dari rumah makan padang. Menunggu dengan bingung, sambil sesekali mengotak atik ponselnya. Tiba2 sebuah mobil mendekat, jendelanya terbuka perlahan.
“Hai, lagi apa?” Tanya seorang pria yg lumayan manis dari dalam sana. Ia hanya sendirian dimobil.
Dira tak menjawab, hanya geleng2 kepala.
“Kamu pasti lagi bete, mending ikut aku aja, kita ke club.”
Lagi2 Dira hanya menggeleng.
Tapi pria itu bukannya pergi, malah semakin penasaran. Ia turun dan mendekati Dira yang mulai ketakutan. Pria manis ini mulutnya bau alkohol.
“Dari pada lo bingung disini, mending ikut gue, yuk.”
Si pria manis hendak menyentuh lengan Dira, tapi Dira segera menghindar.
“Gak, makasih. Saya lagi nunggu…”
“Nunggu siapa?”
Tiba2 sebuah suara muncul menyelamatkan Dira.
“Gue.. Dia nunggu gue.” Kata Dan langsung menarik Dira menjauh dari pria mabuk itu.
“Udah ada penjaganya ternyata.” Kata si pria manis berlalu masuk ke mobilnya.
Dan hendak mengejarnya, namun Dira menahan lengannya, Dan mengalah.
Dira dan Dan berjalan menuju parkiran. Dan terlihat kesal pada Dira.
“Dan, lo marah ya sama gue?”
“Gak.”
“Trus kenapa diem aja?”
Dan menghentikan langkahnya. Berbalik lalu memegang kedua pundak Dira.
“Gue kesel sama lo. Kenapa lo selalu bikin gue khawatir, lo selalu bikin gue takut.”
Dira bingung “Kenapa lo sering khawatir sama gue?”
Dan menatap Dira dalam2.”Karna gue…”
Dira menunggu lanjutan kalimat Dan.
“Gue udah janji sama bokap lo, kalo gue bakal jagain lo.”
Entah kenapa Dira terlihat kecewa mendengar jawaban Dan, mungkin bukan itu yg ingin didengarnya.
Mereka kembali berjalan. Keduanya diam sepanjang perjalanan dimobil, bahkan sampai masuk ke kamar masing2.
Dan hanya berkata. “istirahat yang cukup.”
Dira hanya menjawabnya dengan sekali anggukan.
Didalam kamar Dira terus memikirkan sikap Dan yang beda. Sering khawatir, lalu sejak obrolan dengan kak Nadine, Dan seperti jaga jarak dengan Dira, tak seperti dulu lagi. Apa dan benar2 menyukainya? Dan menyayanginya? Tapi kenapa dia selama ini hanya diam.
Sedangkan Dan juga begitu. Ia melamunkan apa yang telah dilakukannya. Ia menjaga Dira lebih dari seorang teman, tapi ia tak berani jujur. Kenapa ingin bilang sayang saja rasanya susah. Tidak, bukan susah. Dan hanya takut, takut Dira belum bisa move on dari masa lalunya bersama kekasihnya yang dulu.