“Apa alasanmu karna hubungan ayah dan Liz?” Tanya Ayah menyelidik.
“Gak juga.” Jawab Dira singkat
“Lalu apa?”
“Memangnya perempuan itu gak ceruta semua?” Kata Dira sinis
“Dira!” Sentak ayah. “Sopan sedikit, walaupun dia tidak ada disini.”
“Maaf.”
“Apa benar kamu mau menikah? Dengan siapa?”
“Baru wacana kok, yah.”
“Kalo masih wacana, kenapa berani2nya ngajuin resign.”
“Gak apa2, pengen aja, yah.”
Ayah menepuk jidadnya agak kesal dengan jawaban Dira.
“Oke. Ayah mau bicara. Serius.”
Dira memasang telinganya baik2.
“Ayah dan Liz akan menikah, secepatnya.
Dira shock bukan main. “Apa2an ayah ini. Ngambil keputusan sendiri!
“Lho, memangnya yang harus ambil keputusan untuk hidup ayah itu siapa lagi kalo bukan ayah sendiri!”
“Aku udah bilang, ayah boleh nikah lagi tapi gak sama dia!”
“Ayah gak bisa turutin permintaanmu yang satu ini, Dy. Ayah tau manna yang terbaik untuk ayah.”
Dira terlihat kecewa. “Oke! Itu berarti ayah lebih pilih dia! Dari pada aku yang anak kandung ayah. Ayah gak peduli sama perasaanku!”
Dira beranjak bangun lalu naik ke kamarnya. Ayah geleng2 kepala.
Tak lama kemudian Dira turun membawa tas ranselnya.
“Kamu mau kemana?” Tanya ayah heran. “Diluar hujan.”
“Pergi.” Jawab Dira singkat. Lalu berjalan keluar rumah.
Langkah Dira begitu cepat, sampai ayah tak bisa melihatnya saat mengejar.
Dira sendiri berlari kedepan gang sambil hujan2an, menunggu ada ojeg datang. Ternyata masih ada tukang ojeg yg beroperasi dikala hujan deras begini. Itu ojeg becak. Tanpa pikir panjang Dira langsung naik ojeg becak itu dan minta diantar ke stasiun senen.
Distasiun Dira langsung membeli tiket kereta api ekonomi tujuan akhir yogjakarta dengan waktu pemberangkatan pukul 23:00. Itu artinya satu jam lagi.
Mata Dira sudah berat saat duduk dilobi keberangkatan. Tapi ia tahan karna takut ketinggalan kereta. Tiba2 saja..
“Hai..”
Dira menoleh. “Dan.. Lo kok?”
Dira memandangi Dan yang masih dibalut perban kepalanya.
“Bokap lo telepon gue, dia mau ngejar tapi dia asam uratnya lagi kambuh katanya.”
“Dari kapan lo ikutin gue?”
“Dari pas lo naek ojeg becak.”
“Ihh.. Bokap gue parah bener deh, orang baru sembuh disuruh ngejar.”
“Gue udah sehat kok.”
“Lo pasti mau nyuruh gue balik ya?”
“Kagak, yee.. Gue mau ikut. Nih tiket gue” kata Dan menunjukkan tiketnya.
“Haha.. Kursi kita beda.”
“Yailah gampang. Minta tukeran aje.”
Benar saja, dikereta Dan menukar kursi dengan penumpang disebelah Dira, untungnya penumpang itu dengan sukarela mau bertukar tempat dengannya.
“Apa gue bilang, gampang kan?”
“Iye.. Iye.. Lo emang jago dah kalo urusan ngelobi orang.”
“Ngelobi lo doank yang susah, Dy.. Kudu celaka dulu baru bisa.” Canda Dan
“Yee.. Gak gutu juga kali.”
Dan tertawa.
Dan yang tadinya ingin bertanya ada apa antara Dira dan ayahnya, urung melakukan niatnya itu, karna melihat Dira yang sudah sangat kelelahan. Baru satu menit kereta berjalan, Dira sudah terlelap dalam alam bawah sadarnya.
Sekitar pukul 08:30 kereta sampai distasiun lempuyangan. Dira dan Dan turun dari kereta dengan wajah yang masih kusut karna belum mandi.
Merekapun langsung menuju hotel terdekat dari stasiun. Dan memesan satu kamar untuk berdua, tapi dia juga memesan ekstra bed agar mereka tidak perlu tidur seranjang.
Dira yang saking lelahnya langsung naik ke kasur dan secepat kilat tidur dengan nyenyak. Dira kurang tidur, karna dikereta tidurnya tidak nyaman, beberapa kali ia terbangun karna guncangannya.
Dan hanya geleng2 kepala melihat kelakuan calon istrinya itu.
Sorenya Dira bangun, lalu mendapati Dan sedang tidur dibawah dengan kasur tambahan. Dira memutuskan mandi lalu berganti pakaian dan berdandan cantiik.
“Dan.. Dan.. Bangun Dan..” Dira menggoyang2 tubuh Dan.
Dan langsung terbangun. “Kenapa, Dy?”
“Laper.” Dira memasang tampang melas.
dan mengacak2 rambut Dira. “Bentar ya, gue mandi dulu.”
Dira dengan sabar menunggu Dan mandi. Setelah Dan mandi, mereka langsung meluncur mencari makan untuk perut Dira yang sudah berdendang sejak tadi. Mereka berkeliling menggunakan sepeda motor sewaan yang mereka sewa dari pihak hotel.
Selesai makan disebuah warung makan gudeg khas yogja, mereka pergi jalan2 dan berhenti di titik nol kilometer. Dira tak membuang kesempatan ini untuk foto2. Dan tersenyum melihat tingkah gadis yang ceria itu.
Sedang asik2 selfie, tiba2 Dan menarik tubuh Dira dan merekapun saling berhadapan.
Dan berbisik pelan. “Ayo nikah sama gue.”
Dira terbelalak.
Dan mengeluarkan sebuah kotak cincin, lalu memberikannya pada Dira.
“Kan udah gue jawab.” Kata Dira polos.
“Idih.. Ini biar lebih formal. Cepetan jawab. Ahelah.” Kata Dan yang merasa sudah gagal romantis.
Dira malah cekikikan.
“Heh!”
“Iya..” Dira tersenyum
“Iya apa?”
“Gue mau nikah sama lo, Dan.”