Malam ini jam 20:00 Kurang lebih sepuluh jam lagi Dira akan melepas masa lajangnya. Tapi hatinya masih kesal karna tau ayahnya sudah mengajak Liz bertemu nenek.
Dira baru bisa bicara dengan ayahnya setelah tengah malam, menunggu yang lain tidur.
Dira menemui ayah dikamarnya.
“Ayah keterlaluan.” Dira duduk dipinggir kasur.
Ayah yg sedang membaca langsung menoleh bingung.
“Kenapa lagi?”
“Ayah udah kenalin perempuan itu ke nenek, tanpa sepengetahuanku. Ayah udah bener2 gak anggap aku ada.”
Ayah geleng2 kepala.
“Bukannya ayah udah bilang, ayah gak butuh persetujuanmu. Ayah hanya memberi tahu kamu apa yang akan ayah lakukan.”
“Kenapa sih, yah?” Mata Dira berkaca2 “Ayah tau aku gak suka sama dia, tapi ayah tetep pilih dia.”
“Ayah gak pilih dia. Ayah tetap ayah kamu gimanapun keadaannya. Kalo kamu gak bisa terima dia sebagai istri ayah nanti, yaudah jangan dipaksain. Bersikap senyamanmu saja.”
“Ayah..”
“Alasanmu gak suka sama dia juga bukan alasan kuat untuk menilai dia seorang yang buruk.”
“Oke! Terserah ayah aja.”
Dira berjalan pergi keluar kamar. Marah? Ya, Dira sangat marah. Ayah tak mau mendengarnya kali ini. Entah apa yang dilihat ayah dari wanita yang menurut Dira adalah titisannya mak lampir.
Ayah menepuk jidadnya. “Disaat2 seperti ini, dia malah ngambek.”
Dira menangis dikamarnya, tubuhnya lelah namun matanya tak mau terpejam, sungguh menyiksa badan. Sudah semalaman tak tidur, sekarang juga susah tidur, padahal besok pagi adalah hari besar untuknya, dia harus terlihat fresh.
Pagipun tiba. Rumah minimalis nan klasik itu disulap jadi istana sehari. Tenda dan dekorasi sudah terpasang dengan baik. Semua orang sudah siap dengan tugasnya masing, hanya satu yg belum siap, calon pengantin wanita!
Waktu sudah menunjukkan pukul 07:15 pagi, penata rias sudah datang dari sejam yang lalu, sementara Dira masih tertidur pulas dikamarnya. Semua orang membangunkannya dengan bermacam cara, tapi gadis ini tak mau bangun.
Ayah sempat membangunkannya, Dira juga sempat bangun, tapi sedetik kemudian, gadis itu jatuh tertidur lagi ke kasur. Semua nyaris stress karna calon pengantin yang satu ini.
“Diraa.. Bangun nak.. Kamu kan mau nikah hari ini..” Kata ayah sambil menepuk2 bahu Dira.
“Kasian Dan, bentar lg datang sama keluarganya, masa kamu masih tidur.”
Dira terperanjat mengagetkan banyak orang dikamarnya yang sedari tadi membangunkannya.
“Astaga.. Jam berapa ini?” Tanya Dira panik.
“Jam 07:25” Jawab ayah
“Ya ampun.” Dira langsung berdiri.
“Ayo cepet ke kamar mandi, itu penata riasnya sudah datang.” Kata nenek.
Dira segera berlari masuk ke kamar mandi. Orang2 pun bubar kembali ke tugasnya masing2.
Jam 08:30 tepat Dan beserta keluarganya datang. Semua orang mulai panik karena mempelai wanita belum selesai dirias. Baru saja rambutnya selesai disanggul, wajahnya juga baru dipoles alas bedak.
Acara serah terima pun segera dimulai, sambil menunggu pengantin wanita selesai dirias.
Didalam ruang rias. Kedua pria penata rias yg kemayu juga heboh.
“Aduuh cyin.. Yey tidur jam berapa sih semalem? Pake kesiangan segala. Gilingaan..” Kata si penata rias sambil memoles wajah Dira.
“Jam satu.”
Penata rias satunya nyamber.
“Hihh.. Malah begadang.. Kan tau mau nikah.. Aduuh..”
Dira hanya cemberut saja mendengar omelan dua pria kemayu tersebut.
Sementara itu acara serah terima dari keluarga mempelai pria ke keluarga mempelai wanita sudah selesai. Semua rombongan masuk ke ruang tengah untuk menyaksikan akad. Dan sudah diposisinya berhadapan dengan penghulu dan ayah Dira.
Satu menit, dua menit berlalu, sampai lima belas menit, calon pengantin wanita belum muncul juga. Para tamu dan sanak saudara sudah mulai gelisah, apa lagi melihat gelagat pak penghulu yang sudah tidak sabar, hampir tiap menit ia melirik jam tangannya.
“Ehemm.. Mas.. Saya masih ada janji ditempat lain, sampe kapan saya harus nunggu?” Kata pak penghulu pada Dan yang mulai gelisah.
“Sebentar lagi pak.” Jawab Dan gugup.
Ayah juga mulai gelisah. Kenapa anak gadis semata wayangnya belum juga turun.