Dirumah Dira kembali ramai, memang tak seramai waktu Dira menikah sebulan yg lalu. Tapi hari ini tetap jadi moment spesial untuk keluarga ini. Yap, hari ini adalah hari pernikahan ayah dan Liz.
Bukan acara pernikahan besar2an, cuma akad nikah dan yg diundang hanya keluarga dan teman terdekat saja.
Ayah dan Liz sudah duduk dengan tenang, menunggu pak penghulu datang. Sedangkan Dira sudah terlihat gelisah karena pak penghulu belum juga datang, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 09:30.
“Kok dia belum dateng sih yank.” Kata Dira bingung
“Sabar. Mungkin macet dijalan.”
“Kalo dia gag dateng gimana yank?”
“Pasti dateng.” Dan menggenggam tangan Dira.
Sepuluh menit kemudian datanglah sosok yg ditunggu, pak penghulu. Beliau terlihat kusut dan wajahnya lelah.
“Maaf.. Saya tadi kesasar, maklum tukang ojeknya masih baru jadi gak tau jalan dia.” Katanya seraya duduk ditempat yg sudah disediakan.
“Gak apa2 pak, saya maklum.” Kata ayah tersenyum.
“Langsung aja pak dimulai ijab qabulnya.” Usul Dira tak sabar.
“Iya.. Iya.. Mari kita mulai..”
Acara pun dimulai. Dibuka dengan pembacaan ayat2 suci oleh pak penghulu. Setelah itu tiba saat yg sakral, yaitu ijab qabul.
“Saya nikahkan dan kimpoikan engkau dengan..”
Suara ringtone panggilan masuk berdering dari hp noki* jadul milik pak penghulu.
“Maaf.. Sebentar.” Kata pak penghulu berdiri menjauh.
Para tamu berbisik2 tak sabar karna sudah sejak pagi menunggu.
Dira menepuk jidak kesal. “Ada ada aja sih..”
“Halo.. Apa? Tukang molen? Maaf salah sambung!”
“Maaf.. Mari kita ulangi lagi..”
Suasana kembali hening.
Pak penghulu kembali ke posisi semula, duduk lalu menjabat tangan ayah lagi..
“Saya nikahkan dan saya kimpoikan engkau dengan….”
“Pak.. Maaf pak.. Ongkosnya belum..” Kata seorang abang gojek yang muncul masih dengan helmnya.
“Astagfirullahaladzim.” Pak penghulu menepuk jidadnya. Ia berjalan menghampiri tukang ojeg lalu membayar ongkosnya yg lupa dibayar.
“Aduhh.. Pak penghulu dari tadi ada ajaa deh ah.” gerutu Dira
Tak lama kemudian pak penghulu kembali dan langsung menjabat lagi tangan ayah.
Suasana kembali hening.
“Saya nikahkan dan saya kimpoikan engkau dengan….”
“Oeks.. Oeks… Oeks.”
Kali ini Dira yg membuat acara terhenti. Dira malu saat semua orang menatapnya aneh.
“Maaf.. Maaf.. Lanjutin aja pak..” Kata Dira seraya berjalan ke belakang.
Dan menyusul istrinya ke belakang. Begitupun dengan kak Nadine.
“Oeks.. Oeks.. Oeks..”
“Knp sih yank?” Tanya Dan cemas
“Gag tau yank, eneg banget sumpah.” Jawab Dira seraya membersihkan mulutnya.
“Hamil tuh.” Celetuk kak Nadine.
“Wah masa iya?” Tanya Dan antusias.
“Test pack coba.” Kata kak Nadine.
“Ambil gih yank, ada dilaci kamar tuh.” Kata Dira.
Dan secepat kilat bergegas ke kamar mencari barang yg dimaksud.
Setelah itu langsung memberikan alat tes kehamilan tersebut pada Dira.
Dira masuk ke kamar mandi untuk buang air kecil.
Dan dan kak Nadine menunggu diluar dengan wajah yg harap2 cemas.
“Kreekk..”
Dira keluar dari kamar mandi. Wajahnya tertunduk.
“Gimana hasilnya?” Tanya Dan dan Kak Nadine berbarengan.
Dira mengangkat wajahnya. Lalu menunjukkan wajah tanpa ekspresi. Sedangkan Dan bingung apa artinya itu.