Hari senin. Semua orang terlihat bermalas-malasan pergi ke kantor, terutama mereka yang punya manager atau atasan menyebalkan yang cerewet dan galak, seperti yang dirasakan oleh Dira dan teman-teman setimnya.
Tapi siapa sangka hari ini langit sedang berbaik hati pada mereka, ibu manager galak dikabarkan tidak masuk kerja karena sakit. Jelas saja satu tim bersorak sorai gembira, hari ini mereka tak perlu melihat nenek sihir bawel itu, hari ini mereka bisa pulang lebih awal.
Pulang kerja mereka makan malam bersama disebuah cafe dikawasan kemang. Tujuannya adalah untuk merayakan tidak masuknya ibu manager galak. Dira lah yang punya ide ini. Dia berhasil mengajak semua rekan setimnya untuk merayakan indahnya hari ini.
“Bersulang untuk beliau yang sedang sakit”. Kata dira mengangkat cangkir kopinya.
“Semoga besok masih sakit! Katanya tipes, harusnya lama dirawatnya” Sambung seorang pria berkaca mata.
Yang lain tertawa geli, sambil mengangkat cangkir masing-masing. Dan tersenyum melihat ulah Dira yang seperti bocah.
Dira berjalan kemeja kasir hendak memesan kopi lagi. Ya Tuhan, tadi dia baru saja menghabiskan dua cangkir. Dann langsung menghentikannya.
“Jangan pesen kopi lagi!”
“Dan. Gue masih pengen..” rengek Dira.
“Gak, gak boleh. Udah tau punya asam lambung, masih bandel minum kopi banyak-banyak”. Kata Dan sembari menarik lengan Dira kembali ke meja makan mereka.
Dira merengut sebal.
Perayaan itu berlangsung sekitar satu jam lebih, sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing dan beristirahat untuk bekerja lagi esok harinya.
Sampai dirumah Dira tak melihat ayahnya, harusnya jam segini ayah masih menonton tv, tapi ini rumah terlihat sepi, ayah sepertinya tidak dirumah. Dira mengambil ponselnya dari dalam tas. Ternyata ayah mengirim pesan.
Ayah gak bisa pulang, nak. Ada urusan yang gak bisa ditinggal. Tolong pengertiannya ya, sayang
Dira membalas Urusan apa?
Tapi ayah tak segera menjawab. Sampai akhirnya Dira yang lelah memilih tidur dan tidak menunggu balasan pesan ayahnya.
Barulah saat pagi, Dira terbangun dan membaca pesan balasan dari ayah. Pesan dikirim jam 02:05.
Sesuatu. Ayah langsung kerja nanti. Kita ketemu nanti malam dirumah, ya.
Dira mengernyitkan dahi. Kenapa sekarang ayah jadi tertutup padanya. Biasanya ayah selalu cerita kalau ada apa-apa, tidak diam-diam seperti sekarang. Ada apa sebenarnya.
Dira melangkah riang menuju ruang kerjanya, mulutnya bersiul pelan, diikuti Dann dibelakang yang tersenyum melihat tingkah Dira.
Dira yakin ibu manager galak itu belum masuk. Dia pernah sakit tipes, waktu itu kelas 3 SMA, Dira harus dirawat selama seminggu di rumah sakit. Makan harus yang halus dulu, tidak boleh banyak aktivitas dulu.
Tapi siulannya terhenti ketika melihat sosok yang dibencinya itu sedang berdiri didepan pintu ruangan dengan infus masih menempel dipergelangan tangannya.
Apa-apaan ini. Dia masih sakit, tapi memaksakan diri untuk masuk, dengan infus yang masih menempel dan sambil membawa botol infusnya juga. Wanita gila.
Kebahagiaan Dira hancur seketika.
“Jangan harap saya akan tidak masuk kerja dalam waktu yang lama. Saya belum sekarat, jadi saya masih bisa bekerja. SEMUANYA MULAI KERJAA!!” Teriak ibu manager galak. Semua langsung ambil posisi ditempat masing-masing, termasuk Dira dengan wajah malasnya.
Dira diam-diam mencuri pandang kearah ibu manager galak. Melihat betapa anehnya orang itu. Wajahnya pucat, tapi masih memaksakan diri bekerja. Bagaimana kalau hal yang lebih buruk terjadi kalau dia bekerja.
Sekarang Dira mengerti kenapa waktu Dira jatuh pingsan wanita ini tak memberinya izin untuk pulang. Baginya, kalau belum sekarat ya harus tetap bekerja. Itu gila.