Sepanjang perjalanan, Dira tak berhenti menguap, sepertinya rasa kantuk masih menguasai jiwanya. Dan tersenyum melihat lucunya Dira saat menguap.
Sesampainya diresort, keduanya langsung diantar ke kamar masing2 yang letaknya berhadapan.
Dira dan Dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum turun untuk makan.
Setelah mandi dan berganti pakaian rapi, keduanya turun bersamaan kebawah, untuk makan siang. Kecanggungan mulai terasa diantara keduanya. Dira tak banyak bicara, begitupun Dan.
Dan juga pasti malu pada Dira, karna rahasianya dibongkar habis2an oleh sang kakak. Sementara Dira pasti takut jatuh cinta lagi, setelah ditinggal menikah sebulan yang lalu.
Selesai makan siang, keduanya menuju kelas dimana karyawan baru sedang training. Mereka akan menjadi trainee bersamaan untuk memaparkan job description bagi para karyawan baru yang ada disana.
Pesertanya semua perempuan. Tak heran kalau saat Dan yang bicara, semua mata menatapnya, tergila2 pada ketampanannya dan kepintarannya berbicara menyampaikan materi. Sedangkan saat Dira yang berbicara, tak ada yang memperhatikannya, semua mata tetap tertuju pada Dan.
Dira agak kesal. Entah kesal karena tidak diperhatikan saat bicara atau katna cemburu Dan-nya dilirik banyak wanita.
Dira dan staff training (tanpa Dan yang memilih jalan2 ditaman) ngobrol bersama saat sedang coffee break. Dira menyampaikan keluhannya tadi, dimana saat dia menyampaikan materi tidak ada yang memperhatikan.
“Kalo begitu terus, pasti saat trainer lain bicara juga tidak akan diperhatikan. Materi tidak akan tersampaikan dengan baik.” Kata staf wanita berambut pendek
“Yasudah, besok kita gilir saja. Biar Mbak Dira masuk lebih dulu menyampaikan materi, mas Dan kita masukkan ke jadwal terakhir.” Jelas staf pria yg kelihatan senior itu.
“Kalo terakhir gak apa2, itung2 mereka penyegaran lagi.” Canda staf wanita berambut pendek
“Oke, saya setuju.” Dira tersenyum senang.
Malamnya saat makan malam. Dira kembali dibuat jengah dengan ulah gadis peserta training. Mereka mendekati Dan yang kelihatan sedang duduk sendiri menikmati makanannya, mencari perhatian agar bisa ngobrol dengan Dan.
Dan orang yang ramah, jelas saja dia akan dengan senang hati ngobrol dengan peserta2 genit itu, apa lagi kalau yang dibicarakan soal pekerjaan, Dan dengan sukarela akan menjawab.
“Kak, kalo kerja lapangan itu apa sih enaknya? Aku masih ragu nih sama pekerjaan ini.”
Atau
“Kak, bisa tolong jelasin apa bedanya bank konvensional sama bank syariah?”
Pasti Dan akan menjawab, dengan jelas, ramah dan senyum menghangatkan pula.
Kenapa Dira jadi jengah begini? Sepertinya Dira memang sedang cemburu melihat Dan dikejar2 para gadis, tapi hatinya tak mau mengakui itu.
Keesokan paginya, Dira mengisi kelas lebih dulu, para peserta kecewa karna sang trainee idaman tidak muncul bersama Dira. Hanya Dira yang datang membawa setumpuk kertas sambil tersenyum senang. Ujian dadakan.
Salah satu peserta protes. “Kenapa mendadak, mbak? Kita kan belum belajar.”
“Iya, mbak, gak ada pengumuman sebelumnya.”
“Memang kalau diberi tau sebelumnya, kalian pasti belajar?” Dira tertawa kecil.
Semua peserta garuk2 kepala saat membaca soal yang tidak mereka tahu.
“Kalo kalian kemarin menyimak materi yang saya sampaikan, kalian pasti bisa menjawabnya.” Jawab Dira tersenyum menang.
Para peserta saling lirik. Bahkan ada yang mendengus sebal.
Dira berhasil membuat peserta kelas A itu kebingungan dengan soal2nya. Terbukti saat diperiksa, semua nilainya 0. Ini berarti tidak ada sama sekali yang menyimak apa yang dibicarakannya kemarin.
“Hahaha..” Dira tertawa puas saat menceritakan hal itu pada ayahnya ditelepon.
“Dasar jail.” Komentar ayah
“Biar tau rasa mereka, lagi training kok ganjen, dikasih tes pada gelagapan, hahaha.”
“Tok.. Tok.. Tokk.. ”
Pintu kamar hotel diketuk. Terdengar suara berdehem dari Dan.
Dira segera menyudahi pembicaraan dengan sang ayah, lalu bergegas membuka pintu.
“Kenapa belum makan?”
“Oh.. Tadi abis telepon ayah.”
“Yaudah, ayo makan.”
“Lah, elo belom makan, Dan?”
“Belom. Gue nungguin lo dari tadi disana, tapi lo gak muncul2.”
“Maaf.. Yaudah ayo makan.” Kata Dira menutup pintu kamarnya.
Keduanya berjalan beriringan, masih belum banyak bicara.
Saat memilih tempat duduk, Dira sengaja memilih tempat duduk yang hanya untuk dua orang, sehingga gadis2 genit itu tidak bisa mengganggunya yang sedang makan bersama Dan.
Diam2 Dira memperhatikan wajah2 itu. Wajah2 yang kecewa karna tak bisa mendekati Dan. Dira tersenyum menang untuk kesekian kalinya. Haha.