Wanita itu bernama Misa, nama lengkapnya ialah Miranda Sarah. Ia adalah wanita yang cantik dan manis, dengan tubuh yang tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk juga, memiliki tinggi badan 168 cm. Berkulit kuning langsat dan sangat mulus, bentuk wajah bulat, juga hidung yang mancung dan rambut panjang sebahu dengan poni yang menyamping ke kanan lalu bibir yang agak tebal namun menawan apalagi ketika melihatnya tengah tersenyum. Sifatnya sangat baik dan sangat perhatian kepada orang lain, sopan santun, dan mudah sekali bergaul. Tidak aneh jika para laki-laki memang banyak yang melirik Misa termasuk diriku.
Suatu hari tepatnya pada hari Kamis, ada pelajaran Bahasa Indonesia di jam terakhir, dan ternyata kami ditugaskan untuk menampilkan sebuah drama. Lalu Ibu Guru pun menyuruh kami untuk membentuk sebuah kelompok yang terdiri dari lima orang. Segeralah aku membuat kelompok dengan teman-teman dekatku. Terbentuklah di kelompokku ada aku bersama teman dekatku Yuda, Ridwan, dan Fahmi, lalu dua orang perempuan yaitu Sari dan Misa. Kenapa harus Sari dan Misa? Karena Sari adalah pacar Yuda, dan ingin bersama dengan Yuda, lalu Misa adalah teman dekat Sari, maka dari itu Sari mengajak Misa juga. Ku sangat senang karena bisa satu kelompok dengan Misa, wanita yang ada dalam perasaanku ini. Kami pun langsung berkumpul di belakang kelas, dan duduk lesehan membentuk sebuah lingkaran.
“Waaaaa kita sekelompok ya san” ujar Fahmi sambil memukul-mukul punggungku.
“Iya nih bosen lah apa-apa ama elu, kaya gak ada orang lain aja”
Fahmi tertawa, “Halahhh udah deh terima aja, itu tandanya kita jodoh kali san hahahaha”
“Enak aja gua masih normal bro” sahutku enteng.
“Hey san, kapan kita kerja kelompok buat latihan dramanya ?” Tanya Misa
“Oh iya, gimana kalo hari minggu aja?” jawabku dengan nada yang sedikit canggung.
“Aku sih bisa” jawab Misa sambil tersenyum, akupun sangat canggung disana.
“Eh eh jangan minggu dong, aku mau jalan-jalan nih sama pacar aku” Ujar Ridwan dengan suara yang keras dan spontan.
“Emangnya lu punya pacar Wan?” tanyaku dengan sedikit bingung.
“Punya dong saaan” dengan nada yang seolah-olah menyombong.
“Perasaan lu jomblo deh, siapa pacar lo?”
“Si Bohai nan montok bro, Motor vespa kesayangan gua, hahaha”
“Yaelah elu”
“Hahaha iya deh bisa bisa”
“Bagus deh, hey kalian Fahmi sama Sari bisa gak minggu?”
“Bisaaa Ihsaann” Jawab Fahmi dan sari dengan gaya rempongnya itu.
“okedeh kalian semua, oh iya tapi kita latihannya dimana ya?” tanyaku.
“kalo buat latihan di rumah aku aja san” jawab Misa dengan senyuman yang menggetarkan hatiku.
“di rumah kamu boleh mis? Kalian bisa ga di rumahnya Misa?”
“Sari dan Fahmi selalu bisa san hehe” jawab Sari dan Fahmi dengan kompaknya.
“sip deh kalian semua, berarti nanti hari minggu kita ke rumah Misa yaa..”
-0-
Hari minggu pun tiba, namun sebelumnya kami berkumpul terlebih dahulu di suatu tempat, karena selain Sari kami tidak tahu rumah Misa. Aku, Fahmi, dan Yuda berkumpul di depan sebuah restoran yang katanya itu dekat dengan rumah Misa. Kurang lebih lima belas menit kami menunggu, akhirnya Misa dan Sari datang menjemput kami untuk menuju ke rumahnya. Rumah Misa ternyata lumayan jauh, kira-kira 300 meter dari tempat tadi kami berkumpul. Setelah berjalan hampir 10 menit, kami sampai di rumah Misa. Rumah yang sangat besar dan mewah, dengan pagar yang menjulang tinggi, dan halaman rumah yang luas, dengan taman yang hijau yang menyejukkan ketika dipandang. Lalu kami masuk ke dalam rumah Sari, terlihat ruang tamu yang sangat besar dan luas, dan sangat terlihat mewah. Mulai dari kursi yang besar dan panjang berarna merah dengan ukiran japaranya, lukisan-lukisan, ornamen seperti guci yang besar, lalu juga ada televisi yang sangat besar menempel di tembok ruang tamu tersebut. Tanpa membuang-buang waktu kami langsung berkumpul, duduk melingkar di atas karpet untuk mendiskusikan latihan hari ini, dengan memikirkan konsep cerita dan adegannya.
“Mis, gila rumah lu ngeri banget mis”, sahut Ridwan melihat kearah langit-langit rumah Misa.
“Oh iya kalian baru pertama kali ke rumah aku ya, jadi inilah rumah aku, seadanya hehe”, ujar Misa dengan senyuman khasnya.
“seadanya tapi serba ada ya mis, gila gila”, sahut Fahmi.
“iyaa tapi kan ini rumah orang tua aku, bukan rumah aku hehe”, jawab Misa dengan wajah yang sedikit malu.
“Mis, kayaknya jus jeruk enak nih Mis hehehe”, ujar Yuda dengan nada yang spontan.
Sari lalu mencubit Yuda sambil berkata,”Ih, sopan dikit napa Yud!”
“yaudah gapapa, emang aku mau ambil minum juga kok hehe, yaudah aku ambil minum dulu ya”, sahut Misa sambil bergegas berdiri untuk mengambil minuman.
Yuda langsung mencibir Sari dengan menjulurkan lidahnya “tuh Misa aja gapapa kok malah kamu yang nyewot wlee”, ujar Yuda dengan wajah yang terlihat bercanda.
“oh iya terus buat drama, kita mau ngambil cerita apa nih?”, tanyaku spontan.
“kalau masalah cerita sih katanya Misa udah punya cerita tuh”, jawab Sari.
“kira-kira ceritanya tentang apa tuh Sar?”
“gatau sih san, tapi katanya mau ada cerita cinta gitu katanya”
“ohh gitu ya Sar, yaudah kita nunggu Misa aja dulu”
Beberapa menit kemudian Misa datang dengan membawa beberapa minuman untuk kami.
“Mis katanya kamu punya cerita buat drama kita yah?”, tanyaku sambil memegang gelas minum yang diberikan Misa.
“iya aku ada cerita buat drama kita ini, tapi itu juga kalau kalian setuju”, jawab Misa sambil memposisikan dirinya untuk duduk.
“yaudah ceritain dulu aja Mis”, sahut Ridwan
“sebenernya ga utuh sih ya cuma garis besarnya doang hehe”, ujar Misa.
“gapapa Mis ceritain dulu aja daripada gak ada hehe”, sahut Fahmi.
“okedeh jadi gini intinya ya, ada satu cewe anak baru di suatu sekolah, tapi dia sering di bully sama temen-temennya soalnya dia tuh sendirian aja susah beradaptasi, makanya dia gapunya temen. Terus ada seorang cowo yang amat perhatian sama si cewe itu, dan kepo buat pengen tau alasan kenapa si cewe bisa kayak gitu. Dideketinlah si cewe oleh si cowonya, akhirnya makin lama makin deket, tahu masalahnya, jadian deh, hehe”.
“wihh keren juga Mis itu ceritanya”, sahutku dengan salut.
“makasih san, tapi gimana kalian pada setuju ga? Tapi kalo engga juga gapapa sih hehe”, ujar Misa.
“kalau menurut aku sih itu udah bagus, jadi yaudah sih itu aja, dari pada gaada lagi”, ucap Ridwan dengan wajah pasrah sambil menatap layar handphone miliknya.
Pada akhirnya semua setuju dengan cerita Misa, dan kami pun bergegas untuk memulai latihan adegan drama kami. Peran laki-laki dalam cerita dimainkan oleh Yuda dan peran perempuan dimainkan oleh Sari, karena mereka berpacaran agar tidak canggung satu sama lainnya. Fahmi dan Ridwan bertugas untuk mengatur alur dan adegan, sedangkan aku dan Misa menyiapkan properti.
“mereka cocok banget ya mainin perannya”, sahut Sari sambil membuat properti dan melirik padaku.
“mmm mereka kan pacaran jadi ya mungkin emang udah sewajarnya gitu kan”, jawabku sambil menyiapkan kertas lipat.
“lebih bagus kalo yang main itu yang gak pacaran san, biar nanti bisa seru, kayak aku sama kamu gitu san hehe”, ucap Misa.
“tapi kan kalo udah pacaran udah ada chemistry gitu kan nantinya, jadi gausah ada canggung-canggungan lagi”, jawabku.
“iya juga sih, tapi gak selalu orang yang pacaran itu punya chemistry loh san”, sahut Misa.
“ohh gitu ya, aku gapernah pacaran jadi gak tau sih hehehe”, jawabku spontan.
“iya, bisa aja malah orang yang gak pacaran tapi punya kecocokan satu sama lainnya, maka mereka gak akan terpisahkan oleh apapun san”.
“kamu tau banyak soal ginian ya mis hehe”, ujar ku dengan nada spontan.
“gak juga sih aku tau dikit dari drama korea hahaha”, sahut Misa sambil tertawa kepadaku.
“yaelah Misa Misa dasar ratu drama korea”, sahutku tertawa sambil melirik ke arah Misa.
Namun kata-kata Misa tadi membuat diriku lebih bersemangat untuk mengejar Misa, seolah-olah kata-kata Misa menjadi suntikan motivasi bagi diriku ini.
Akhirnya latihan drama kali ini selesai, tidak terasa waktu sudah menunjukkan sore hari, dan kami bergegas untuk pulang ke rumah masing-masing. Hari ini kami latihan dengan penuh semangat. Aku dan Misa pun semakin dekat. Sekarang epertinya aku sudah tidak memikirkan perbedaan diantara aku dan Misa, karena aku percaya bahwa cinta itu dapat menyatukan segala bentuk perbedaan.