Mentari Telah Terbit Lagi episode 6

Chapter 6 : MALAM YANG SANGAT GELAP

Semakin hari ku ternyata semakin dekat dengan Sari, dia seperti sahabat untukku, dia selalu ada, selalu menghiburku dikala kegalauan menghampiri, dia juga yang memberiku semangat. Hari liburpun datang, Ku dan teman-teman sudah lulus dari sekolah, dan masing-masing dari mereka sudah diterima di Perguruan Tinggi, begitu pun denganku, meskipun aku hanya anak dari penjual bunga, tetapi mereka bisa membiayaiku, ditambah dengan tabunganku yang ku kumpulkan sejak lama.Suatu ketika Ayahku tengah sakit, jadi aku yang harus bekerja menjaga kios bunganya. Begitu pula dengan Sari, dia juga sakit, dia tak pernah menghibungiku dua minggu ini, aku khawatir.
Setelah aku selesai menutup kios bunga, aku berniat untuk menjenguk Sari ke rumahnya, aku juga membawa sepucuk bunga mawar untuknya, karena dia suka sekali dengan bunga mawar.

“Assalamualaikum” salamku sambil mengetuk pintu rumah Sari. Lalu keluarlah seseorang dari balik pintu rumah Sari.
“Waalaikumsalam, mau cari siapa yah?”
Yang membukakan pintu ternyata adalah pembantunya, dan di rumah itu juga terlihat sangat sepi.
“Saya kesini mau menjenguk Sari, apakah bisa?”, tanyaku
“Mmm, Sari udah beberapa minggu ini gak di rumah, dia di rumah sakit”,
“Hah? Rumah sakit? Kenapa?”, sahutku dengan perasaan terkejut.
“Katanya, penyakitnya itu semakin parah”
“Rumah sakit mana?”
“Rumah Sakit Wijaya Kusuma”
“Ohhh terima kasih bu”

Dari sana ku langsung bergegas untuk pergi ke rumah Sari untuk menjenguknya dan melihat keadaannya. Pantas saja selama beberapa minggu ini dia tak pernah menghibungiku, dan ternyata Sari masuk rumah sakit, firasatku yang tidak enak selama ini memang benar. Semoga saja Sari cepat sembuh.

Tiba di rumah sakit, ku langsung datang ke meja resepsionis untuk bertanya tentang Sari.
“Permisi sus, kalau pasien yang bernama Sari itu di kamar nomer berapa yah?”
“Pasien bernama sari, sebentar mas, ohh di ruang 17 mas..”, jawab petugas sambil melihat daftar nama pasien di mejanya.
“Ohh iya makasih sus”.

Setelah bertemu ruang no 17, aku melihat banyak orang disana, mungkin itu keluarganya, aku tidak jadi masuk kesana karena tidak enak perasaanku nantinya, aku pun hanya duduk menunggu di luar.
Lalu keluarlah Ibu Sari dari ruangan itu.
“Eh Ihsan yah?”, ucap Ibu Sari sambil tangannya menutup pintu ruangan.
“Iya tante”, jawabku sambil mencium tangan ibu Sari.
“Mau menjenguk Sari yah?”
“Iyaa hehe”
“Ayo masuk saja, kebetulan Sari juga sudah bangun”
“Iya tante”

Ku diajak untuk masuk ke dalam melihat kondisi Sari. Terlihat Sari yang tengah terbaring lemah di kasur rumah Sakit, dengan wajah yang terlihat sangat lesu.
“Sari, ini ada yang menjenguk kamu”
“Siapa mah?”, jawab Sari dengan suara yang pelan dan lemas.
“Tuh liat siapa..”
“Eh.. Ihsaaaaan..”, ucap Sari yang menyapaku dengan suara yang lirih.
“Halo Sari”, ku menyapanya kembali, sambil duduk di kursi yang berada di samping ranjang Sari.
“Tumben kamu jenguk aku”
“Iya, soalnya aku khawatir, kamu selama ini susah dihubungi, dan ternyata, kamu malah kaya gini”
“Kamu gak usah khawatir san, aku bentar lagi juga gak akan ada disini lagi”, ucap Sari dengan senyum manisnya meskipun ia tengah menahan rasa sakit.

Ku langsung mengeluarkan dan memberikan bunga Mawar yang ku bawa untuk Sari.
“Hehehe, oh iya, ini ada sesuatu buat kamu, katanya kamu suka bunga mawar, jadi aku bawa buat kamu, nihh”
“Waaaah, bunga yang cantik, makasih ya san, kamu tau aja deh”, sahut Sari sambil menerima bunga mawar dari tanganku.
Ku sejenak melamun dan memikirkan keadaan Sari, juga berharap Sari bisa sembuh dan dapat sehat seperti biasanya.
“Kamu kenapa san, kok kaya yang sedih gitu”, sahut sari sambil tangannya yang lemas memegang pundakku.
“Ahhh gapapa, gapapa”, jawabku, ku mencoba untuk tidak memperlihatkan wajah sedih di hadapan Sari.

Aku tiba-tiba jadi sedih melihat Sari seperti ini, padahal dia senyum seperti baik-baik saja. Tapi aku merasa, Sari itu tengah kesakitan, dan ia menahan rasa sakit itu dengan senyuman nya. Aku hampir tak bisa menahan air mataku.
“Ihsaan, kok kamu nangis? Kamu kenapa?”, sahut Sari
“Gapapa kok ini Cuma kelilipan aja”
“Ihsaaaan,,”, ucap Sari sambil beranjak dari ranjangnya dan menatap mataku.
Dengan terbata-bata aku berkata karena aku tak bisa menahan tangisan ini…
“Semoga cepet sembuh yah Sari, aku kangen”
“Iya san, doakan saja ya”,

Esoknya, aku kembali menjenguk Sari, tak lupa juga membawakannya bunga mawar. Hari demi hari aku lakukan seperti itu untuk menjenguk Sari.

Suatu hari, aku mendapat kabar bahwa Sari sebentar lagi akan keluar dari Rumah Sakit. Aku langsung membungkuskan buket bunga yang cukup besar, dengan macam-macam bunga mawar didalamnya. Ketika aku akan berangkat ke Rumah Sakit, aku mendapat telepon dari ibuku.
“Assalamualaikum, ada apa bu?”, ku mengangkat telepon sambil menyiapkan buket bunga untuk Sari.
“Ihsan, kamu dimana san?”, tanya Ibu dengan nada yang sedikit panik.
“Aku lagi di kios bu, emang kenapa?”
“Itu ayah san ayah”
“Hah? Ayah kenapa bu?”
“Ayah kan lagi sakit, pas di toilet dia jatuh, sekarang ayah gak sadarkan diri, ibu mau kamu kesini, bawa ayah ke rumah sakit”
“Ohh iya iya bu”,

Ku terkejut ketika mendengat telepon dari Ibuku. Aku sebelumnya memang akan menjenguk Sari, tapi sepertinya ayah lebih penting, kasihan ibu disana sendirian menjaga Ayah. Akhirnya ku memilih untuk menemui ayah terlebih dahulu, aku pun langsung pergi ke rumah sakit. Rumah Sakit tempat ayah dirawat berbeda, tidak di rumah sakit tempat dimana Sari dirawat. Sudah satu jam lamanya aku menunggu ayah, dan ternyata ayah sadar, ia hanya terbentur kepalanya, dan pingsan, tetapi ayah harus mendapat perawatan lebih lanjut. Setelah itu aku meminta izin kepada ibu dan ayah, karena ada suatu urusan.

Tiba di rumah sakit tempat Sari dirawat, dan sudah satu jam lebih aku terlambat. Sesampainya disana, ku melihat Sari tengah terbaring di ranjang nya, mungkin Sari sedang istirahat dan aku memilih untuk menunggu di luar saja sampai Sari bangun. Lalu dari arah kananku, datang Ibu Sari dan langsung menghampiriku, dengan wajah yang sangat sedih…

“Eh nak Ihsan, mau jenguk Sari yah?”, tanya Ibu Sari dengan nada terbata-bata karena terlihat sekali sedang sedih.
“Iya tante, ini aku juga bawa bunga buat Sari”
“Simpan saja bunga itu disamping Sari”
“Baiklah”

Kemudian ku masuh dan meletakkan buket bunga mawar itu untuk Sari.
“Sari sudah tidur tante?”, tanyaku sambil menutup kebali pintu ruangan Sari. Namun disitu ku melihat Ibu Sari langsung menangin dan tiba-tiba saja Ibu Sari memeluk diriku.
“Tante kenapa nangis tante?”, tanyaku bingung sambil mengusap tanganku ke punggung Ibu Sari.
“Sari”
“Iya sari kenapa tante?”, jawabku dengan perasaan semakin penasaran, juga perasaan khawatir takut terjadi apa-apa dengan Sari. Sepertinya Ibu Sari ingin mengatakannya padaku namun sepertinya itu sangat sulit.

Beberapa menit kemudian, Pintu terbuka, terlihat dua orang perawat masuk ke ruang Sari, dan perawat itu menutup seluruh badan Sari dengan kain kafan.
“Sari udah tidur untuk selama-lamanya”.

Mendengar kata-kata dari Ibu Sari dan melihat langsung dua orang perawat tersebut. Sesaat membuatku terdiam seakan ini adalah mimpi, dan aku berharap bahwa ini hanyalah mimpi. Namun ternyata ini adalah kenyataan, dengan perasaan yang masih tidak menyangka.
“Innalillahiwainna ilaihi rajiun,,, Sari?, kapan tante kapan?”
“Sekitar beberapa menit yang lalu sebelum kamu datang San, sempat beberapa kali Sari menanyakan sama tante, apakah Ihsan sudah datang? Apakah ihsan akan datang? Aku pengen ketemu Ihsan mah.. itu adalah kata-kata terakhirnya”.

Ku disana menangis seperti anak kecil, karena aku tidak menyangka, aku tidak percaya, aku sangat tidak percaya. Aku bahkan belum sempat mendengar suara terakhirnya, aku belum sempat mendengar senyuman terakhirnya, aku belum sempat mengatakan sayang padanya, aku hanya terlambat beberapa menit, seandainya waktu bisa diputar kembali. Ternyata benar, hidup memang kejam, sekali sakit, itu sangat menyakitkan, sekali sedih, itu sangat menyedihkan. Sekarang hatiku terasa hampa, hampa sekali. Tak ada yang mengisi hatiku lagi, aku tengah menanti orang yang akan mengisi hatiku yang telah lama kosong, setelah ditinggal Misa, dan juga Sari.


Mentari Telah Terbit Lagi

Mentari Telah Terbit Lagi

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2018 Native Language: Indonesia
Kisah ini menceritakan kehidupan seorang anak SMA , Ihsan yang sama seperti anak SMA seperti lainnya, menjalani kehidupannya dengan penuh semangat disetiap detiknya , pahit manis kehidupan SMA apa yang akan menghampirinya ?

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset