My Beautiful Angel episode 28

Chapter 28

POV RANI
“Assalamualaikum,” ucapku saat aku dan Bang Roel sudah sampai di rumah. Terlihat mertua dan Iparku itu sedang bersantai di ruang keluarga sambil menikmati jamuan. Segera aku pun tersenyum dan menghampiri mereka untuk bersalaman.”Apa kabar, Ma?” sapaku sambil mengecup pipi Mama mertuaku itu. Setelah itu, baru menghampiri Papa untuk mencium punggung tangannya. Begitupun dengan Bang Roel, dia melakukan hal yang sama.”Leha!” panggilku pada ART yang bekerja di rumah ini.

“Iya, Bu!” Terdengar Leha menjawab sambil tergopoh menghampiri kami.

“Tolong bawa belanjaan ini ke dapur ya?”

“Siap, Bu.” Segera ART-ku itu pun berlalu dari pandangan sambil membawa barang belanjaanku.

Setelah Leha membawa masuk semua belanjaan ke dapur, aku dan Bang Roel pun berbaur duduk bersama mereka. Bang Roel dan Papa mulai berbincang hangat. Sedangkan aku masih diam tanpa sepatah katapun. Sesekali tersenyum ke arah Mama. Bahkan untuk sekedar berbasa basi pun aku sedikit canggung. Aneh memang, tidak biasanya aku seperti ini.

“Gimana? Apa ada kabar baik untuk Mama?” ujarnya membuka suara. Bang Roel menghentikan pembicaraan dengan Papa lalu beralih ke Mama.

“Belum, Ma,” ucapku. Mama mengangguk sambil tersenyum.

“Sabar,” ucapnya sambil mengelus bahuku.

“Terimakasih, Ma.” Bang Roel terlihat mengulas senyum.

“Besok, rencana kami hendak pergi ke Bali. Sudah pesan tiket secara online juga sudah pesan hotel,” ujar Bang Roel memberi tahu.

“Bagus dong,” ucap Mama. “Siapa tahu setelah dari sana dapat juga rezeki yang kalian tunggu-tunggu,” soraknya.

“Iya, Mbak. Betul itu kata Mama,” timpal Dita adik perempuan Bang Roel.

“Mama nggak nyuruh Bang Roel nikah lagi Ma?” tanyaku pasrah.

“Ya nggak lah, Sayang. Walaupun kalian tidak bisa memiliki anak, masih ada program bayi tabung. Atau bisa juga kalian ambil anak dari panti asuhan, sayangi sepenuh hati. Tapi jangan niatkan sebagai pancingan. Jangan. Jadi sekalipun kalian punya anak, tetap sayangi anak yang sudah kalian ambil dari panti itu nantinya. Jangan dibedakan,” jelas Mama. Ini nyata dan tidak sedang bermimpi kan?

“Mama serius?” ujarku bertanya.

“Serius, dong. Mana pernah Mama bercanda.”

“Aku kira Mama bakal nyuruh Bang Roel nikah lagi. Siap-siap aku nangis gegulingan Ma ….” Semua orang terkekeh mendengar rajukanku. Mungkin mereka kira aku bergurau, padahal benar-benar kukatakan dari hati.

****

Malam berkunjung, setelah kami makan malam bersama, kami pun kembali ke kamar masing-masing. Hari ini rumah begitu ramai dan terasa lebih hangat. Aku jadi tidak rela kalau mereka cepat kembali ke Padang. Sedangkan aku dan Bang Roel, tengah memasukan pakaian serta perlengkapan lain yang dibutuhkan selama di Bali. Rasanya sudah tidak sabar untuk segera ke kota itu. Kata orang-orang, Bali itu tempat yang cocok dan perfect untuk honeymoon. Selama menikah dengan Bang Roel dan suka traveling, kami belum singgah ke Bali.

****

Pagi menyapa, aku dan Bang Roel sudah bersiap. Nampak Mama dan Papa mertua serta kedua iparku tengah duduk santai di ruang keluarga.

“Bang, biar Yudha antar ke bandara ya?” tawarnya.

“Iya biar diantar Yudha saja, Roel,” imbuh Papa.

“Sudahlah kalau kamu tidak keberatan,” ujar Bang Roel. Sigap Yudha pun bangun dari tempat duduknya.

“Ma, Papa, Dita, kalian jangan cepat kembali ke Padang. Rani masih rindu,” ujarku memeluk Mama mertuaku itu.

“Demi menantu Mama yang tersayang, Mama Papa dan kedua adikmu akan setia menunggu sampai kalian kembali dari bulan madu,” ujarnya membuat senyumku merekah.

“Semoga, setelah kembali, keinginan Kak Rani dan Abang, segera terwujud,” imbuh Dita sambil memelukku dari belakang.

“Aamminn…. Mama, Papa. Kami berangkat dulu,” pamitku.

“Hati-hati ya,” ujarnya.

“Yudha!” panggil Mama lagi dari depan pintu.

“Iya Ma!”

“Hati-hati ya bawa Kakakmu itu!”

“Siap Bos!” Aku dan Bang Roel pun masuk ke mobil setelah melambai.

“Abang, jangan lupa pesan private car. Jadi setelah kita sudah sampai di Bandara Ngurah Rai, kita tidak perlu pusing mencari mobil untuk perjalanan menuju hotel.” Jaman modern seperti ini memang enak, apa-apa tinggal klik di ponsel, sukses.

“Siap, Sayang. Hampir saja Abang lupa,” ujarnya sambil mengeluarkan ponsel dan segera memesan mobil melalui aplikasi TV loka.

Satu jam berlalu, akhirnya kami sampai juga di bandara Soekarno Hatta. “Kak Rani, Bang Roel, hati-hati di jalan. Dan semoga sukses dengan harapannya,” ujar Yudha sebelum berlalu.

“Aamminn … terimakasih Yudha,” ucapku. Yudha mengangguk, setelah kami turun, ia pun kembali melajukan mobilnya.

****

Selama perjalanan di pesawat, aku sangat menikmati suasananya, aku terus bercanda dengan Bang Roel. Perjalanan dengan pesawat pun tidak memakan waktu lama. Kurang lebih kami menempuh perjalanan selama 3 jam. Akhirnya tepat pukul 09.50 WITA, kami sampai di Bandara Internasional Ngurah Rai. Kami keluar dari pesawat, dan setelah itu melanjutkan kembali perjalanan dengan menggunakan mobil yang sudah dipesan menuju hotel.

Perjalanan menuju hotel tempat kami istirahat lumayan jauh. Kami tiba di hotel sekitar pukul 14.00 WITA, dan sesampainya di hotel, kami langsung mandi. Karena terlalu lelah dengan perjalanan yang cukup jauh, aku dan Bang Roel langsung memutuskan untuk beristirahat agar besok, kami kembali segar dan dapat menikmati suasana pulau Bali yang indah.

*******

“Bang bangun, aku lapar.” Kutepuk-tepuk wajah suamiku itu. Lumayan juga kami tidur. Sampai melewati waktu makan malam, dan sekarang melewati waktu sarapan.

“Bang … masa kita jauh-jauh ke Bali cuma buat tidur saja,” desahku sambil meletakkan kepala di dadanya. Bang Roel masih belum berkutik. Kebo banget deh tidurnya.

“Abang bangun! Aku jenuh keluar yuk cari makan,” rajukku.

Cup!

Sebuah kecupan mendarat di pipiku. Bang Roel merengkuhku dan menenggelamkan tubuhku ke pelukannya.

“Aku lapar Abang, dan sore ini aku mau menikmati senja di pantai Kuta,” rajukku.

“Ya sudah kita mandi dulu. Lepas itu keluar cari makan.”

Setelah makan, kami pergi menyewa sepeda motor untuk beberapa hari kedepan. Sesuai rencana, aku dan Bang Roel pun pergi ke pantai kuta untuk menikmati langit senja. Kebetulan hari sudah mulai sore.

****************

POV VINA

“Vin, Roel sama istrinya masih awet tahu,” ucap Mbak Citra. Perempuan cantik yang cintanya ditolak sama Bang Roel ini sengaja menghampiriku di restoran tempatku bekerja. Sebenarnya kejadian aku mempermalukan Rani dulu atas perintah dari Mbak Citra. Tidak masalah, aku juga senang melakukannya, dan yang paling membuatku puas hingga aku berani melawan mereka, karena aku mendapat uang serta pekerjaan baru darinya. Sekuat tenaga perempuan ini menggoda Bang Roel, tapi laki-laki itu sama sekali tidak menanggapinya. Terakhir kali, Mbak Citra mengirim foto seksinya ke WhatsApp Bang Roel dengan alasan salah kirim, tapi juga tidak ditanggapi. Saat dia meminta maaf, Bang Roel juga tidak menanggapinya.

Heran juga sama perempuan satu ini, padahal dia cantik tapi seperti tidak bisa mendapat laki-laki lain saja. Pernah aku bertanya kenapa tidak mencari pria lain, tapi dia menjawab, menggoda Bang Roel itu sangat menantang. Mbak Citra itu kaya, cantik, berpendidikan, tapi kenapa seleranya suami orang? Tidak menyangka juga dengan wajah polosnya, ternyata hanya topeng. Melihat kelakuan Mbak Citra seperti ini jadi mengingatkan diriku saat menggoda Mas Anton dulu. Ternyata sangat menjijikkan.

“Ya udah cari yang lain aja sih, Mbak,” sungutku.

“Gue penasaran aja sama si Roel. Masa iya dia nggak tertarik sama gue? Sampai sekarang tuh gue chat nggak pernah dibalas. Terakhir kali tuh Vin, yang gue ceritain ke lo, gue kirim foto tanpa busana itu. Gue kira pas gue bilang salah kirim, dia bakal bales. Malah kaga dibaca,” ucapnya mengingat sesuatu yang pernah dia ceritakan.

“Untung nggak diblokir, lo, Mbak,” desiku penuh tawa.

“Kalau diblokir gue teror di grup alumni wkwkwk.” Dasar parah.

“Tadi gue liat, mereka lagi jalan-jalan di Bali. Gue lihat di Egram Roel. Makin langgeng aja bingung gue. Padahal gue pengen banget deh Vin sama, Roel. Jadi selingkuhannya juga gue rela. Tapi dia sama sekali nggak nanggepin gue. Sampai gue capek sendiri. Tau gak lo? Gue suka sama Roel udah dari lama. Tapi nggak pernah kesampean.”

“Ih, gue juga pernah sampai buka kancing kemeja gue tuh pas awal-awal kerja sama dia.”

“Terus … terus?”

“Dicuekin. Ya gue nyerah. Padahal Mas Anton gue sodorin yang begituan, langsung diladenin loh.”

“Kuat iman berarti. Malu gue kalau ketemu dia. Sampai gue kasih foto gue malah guenya dicuekin,” desisnya memanyunkan bibir.

“Mang selingkuh itu kalau sama-sama mau. Kalau salah satu nggak mau, ya nggak bakal terjadi itu perselingkuhan. Rani tahu nggak ya? Kalau lo kirim foto gitu ke lakinya? Kalau tahu ngamuk tuh pasti.”

“Gue nggak tahu, intinya nggak ada itu si Rani ngehubungin gue. Mungkin Roel nggak cerita. Ya udah, gue balik dulu mau malam mingguan,” ujarnya.

“Oke, hati-hati ya. Gue masih mau duduk, lagian kan ini sudah jam gue pulang,” ujarku melanjutkan lagi makan makanan yang telah dipesan Mbak Citra.

Mengingat Mas Anton aku jadi merindukannya. Apa kabar ya sama Mas Anton. Semenjak pisah dari dia, hidupku terasa hampa. Apa Mas Anton masih ingat sama aku ya? Aku tanya sama Kak Vera, katanya sudah nggak kerja lagi sama Bang Roel.

“Hum, kenapa aku nggak minta nomor Mas Anton aja sama Kak Vera. Aku kangen banget sama dia.” Segera pun aku mengirim pesan pada Kak Vera.

[Kak, punya nomor Mas Anton yang baru?] tulisku. Kak Vera sedang online. Tanpa menunggu lama dia pun terlihat sedang mengetik.

[Buat apa? Dia udah nikah]

[Nggak apa-apa, Kak. Aku cuma mau minta maaf. Aku belum sempet aja minta maaf. Ada rasa penyesalan]

[Bukan pengen Lo godain lagi?] Kak Vera menambah emot mendelik. Ya kalau Bang Anton mau nggak masalah kita rujuk lagi. Aku juga masih cinta sama dia.

[Mang cantik istrinya? Kakak kenal?]

[Biasa aja sih. Pembantu Bang Roel.] Aku hampir tersedak jus jeruk yang aku seruput saat membaca balasan pesan Kak Vera barusan. Nggak nyangka, seleranya rendah banget. Masih cantikan gue kemana-mana daripada Juwita mah. Masih ada harapan lah.

[Mana Kak nomor Mas Anton?]

[08*********]

[Thanks] Sebelum mengirim pesan untuk Mas Anton, kuganti dulu profil fotoku yang paling cantik. Sedikit deg-degan juga. Maklum, perasaan cintaku untuknya masih ada hingga saat ini. Aku baru sadar, ternyata Mas Anton adalah yang terbaik untukku. Setelah berpisah darinya, aku coba berhubungan dengan beberapa pria, tapi mereka semua hanya singgah sementara. Tetap Mas Anton lah yang paling baik dan sabar menurutku. Aku harus bisa merayu dan mendapatkannya kembali.

Setelah mengganti photo profil, aku pun segera mengirim pesan untuk Mas Anton.

[Assalamualaikum] tulisku selembut mungkin dengan emot senyum kutambahkan. Mungkinkah Mas Anton akan membalas pesanku? Menunggu balasannya sungguh membuat hati dag dig dug. Foto profil Mas Anton bertiga dengan anaknya. Juwita terlihat sangat hitam dan berjerawat. Ah, cantikan aku kemana-mana ini mah. Jadi makin percaya diri. Kenapa aku seagresif ini lagi sih. Ayo dong Mas balas.

Aku tidak mau bernasib seperti Mbak Santi. Melepas Mas Galang justru semakin parah. Sudah badannya semakin bengkak, kerja sebagai tukang cuci baju tetangga pula. Hum, sudah melepaskan Desti bersama Mas Galang, tidak ada pria yang melamarnya pula. Lengkap sudah deritanya. Mbak Santi tidak ada alasan rujuk lagi. Sebab, Mas Galang sudah mendapat pengganti yang sangat cantik dan jauh dari Mbak Santi. Sedangkan Mas Anton, dia dapat pembantu. Sudah jelas aku lebih dari segalanya… aku masih punya kesempatan mengambil hatinya lagi. Aku percaya, Mas Anton masih mencintaiku. Buktinya aku tidak bisa sedikitpun menghilangkan dirinya dari bayanganku. Sudah pasti dia masih mengingat aku. Hampir setiap malam aku merindukannya.

‘Ayo, Mas. Baca pesan dari aku. Ini aku Vina.’


My Beautiful Angel

My Beautiful Angel

Status: Ongoing Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Kisah seseorang yang menikahi karyawannya tanpa sepengetahuan sang istri pertama, Anton yang baru saja membawa pengantin baru ke rumahnya harus berhadapan istri pertama dengan celotehan tanpa henti dari Rani, yang sejatinya sangat judes dan tidak peka dengan keadaan disekitarnya , tetapi bagaimana pun Anton akan tetap mempertahankan pengantin barunya ,Vina dengan meminilasir masalah sekecil mungkin, tapi sayang karena tiga-tiganya edan mungkin ini akan jadi rintangan yang tidak mudah untuk mereka. Dapatkah Anton menjalani hidup sekaligus mempertahankan keluarganya ? Yuk dibaca kisahnya lebih lanjut...

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset