My Class Must be Perfect ! Episode 5

Chapter 5

Aku langsung berjalan menuju kelas dimana aku akan mengajar nanti. Tidak terlihat satupun anak – anak dari kelasku yang sudah datang. Apakah kejadian kemarin akan terjadi lagi? Aku memutuskan untuk langsung menunggu di dalam kelas saat guru – guru lain memilih untuk menuju ruang guru.

Saat aku sedang melamun menikmati suasana di dalam kelas, seseorang menyapaku, “Selamat Pagi, Pak!”

Aku langsung menoleh ke arah sumber suara. Kulihat Meidi sudah datang. “Selamat Pagi, Meidi.”

Sapaanku dibalas senyuman oleh nya. Ia langsung duduk di tempat biasanya dia duduk, di bangku bagian depan. Aku menatapnya lekat. Meidi sedang sibuk menata tas dan jaketnya sehingga tidak menyadari tatapanku kepadanya.

“Kalau saja semua murid kelas ini seperti Meidi, pasti bakal menyenangkan.” Pikirku sambil tetap menatap muridku tersebut.

Satu jam kemudian, berangsur – angsur anak – anak lainnya datang. Termasuk murid perempuan yang mengganggu pikiranku tadi malam. Penampilan anak – anak tersebut masih saja tak beraturan. Hanya saja, tidak ada lagi bercak darah atau pun bekas sobekan disana – sini. Sedikit lebih bersih. Mataku masih mengekor anak – anak yang baru datang tersebut sampai mereka benar – benar duduk manis di tempatnya masing – masing. Banyak dari mereka mempunyai kantung mata di bawah kedua mata mereka, yang berarti saran Bang Rhoma untuk tidak begadang tidak mereka dengarkan.

“okay, has everyone been in this class?” aku mencoba menanyai mereka, tapi seperti biasa; tidak ada jawaban. “it means that everyone has been here.”

Pelajaran “normal” ku pun dimulai. Kupikir kelas ini sebenarnya bisa dikendalikan. Terbukti dengan tidak adanya keributan selama aku mengajar. Mereka kebanyakan diam. Beberapa menatap kosong ke luar melalui jendela. Beberapa sibuk dengan sesuatu yang aku sendiri tidak tahu. Hanya sedikit, atau dapat aku bilang; sangat sedikit yang memperhatikan apa yang aku ajarkan hari ini. Aku melanjutkan menjelaskan materi pelajaranku hari ini. Aku tidak ambil pusing atas sikap mereka. Semenjak aku tahu tentang kelas yang cukup mengerikan ini, aku mulai memutuskan untuk menjaga jarak untuk saat ini. Padahal, selama ini aku tidak pernah mencoba menjaga jarak dari murid – muridku. Aku bahkan mencoba untuk membangun hubungan pertemanan dengan mereka. Menurutku hubungan guru dan murid agak kaku. Beberapa dari murid – muridku dulu bahkan tidak segan untuk menceritakan tentang masalah pribadi mereka. Tapi untuk yang satu ini, aku belum bisa sedekat itu. Lagipula aku juga masih berstatus guru baru di sekolah ini.

Tiba – tiba murid perempuan yang menjadi perhatianku selama ini berdiri sambil menatap layar telepon selular yang ada di genggaman tangannya, “ayo! Sudah waktunya! Mereka sudah menunggu di luar!”

Mendengar teriakan murid perempuan tersebut, hampir semua anak di kelas berdiri dan langsung keluar kelas dipimpin oleh murid perempuan tadi.

“kalian mau kemana?!” ujarku bingung. Baru kali ini aku melihat kelas yang hampir seluruh isinya keluar tanpa pamit.

“Ayza sama anak – anak mau tawuran, Pak! Mending bapak jangan mencoba nahan mereka, percuma!” ujar Riska kepadaku. “pasti musuh mereka sudah di depan gerbang.”

Aku mencoba menengok ke luar kelasku. Satpam yang biasa menjaga gerbang depan sudah lari terbirit – birit menuju ke ruangan kepala sekolah. Wajahnya menunjukkan kecemasan dan kengerian. Apa yang terjadi di luar? Beberapa saat kemudian, hampir seluruh anak – anak dari kelas lain berduyun – duyun keluar untuk melihat apa yang terjadi.

“lawan mereka siapa ya sekarang?” aku sedikit kaget mendengar percakapan beberapa anak dari kelas lain yang melewatiku. Aku langsung menarik kesimpulan bahwa tawuran seperti ini sudah jadi tradisi. Gila!


My Class Must be Perfect !

My Class Must be Perfect !

Status: Hiatus Tipe: Author: Dirilis: 2013 Native Language: Indonesia
Namaku Sandy, lebih lengkapnya Sandy Pratama. Tapi orang lebih mengenalku sebagai Sandy si sadis atau Sandy pembunuh. Aku memang belum lama ini keluar dari penjara setelah harus mendekam di dalam tempat yang mengerikan tersebut selama hampir 15 tahun. Kejahatan yang kulakukan? Membunuh kakak iparku sendiri. Keluar dari penjara aku langsung menemui istriku, atau lebih tepatnya mantan istriku; Yurika. Kami sudah menikah cukup lama tapi belum juga dikarunai momongan sampai akhirnya kegiatan membuat momongan pun terhenti selama aku berada di penjara. Yurika sangat jarang menjengukku saat aku masih di penjara,entah karena malu atau alasan lainnya. "kamu mau jadi guru, San? Kamu sarjana kan?” tanya Pak Parjo saat kami berdua dan beberapa orang lainnya sedang melakukan ronda keliling kampung. “kalau memang ada, ya saya mau, Pak. Tapi…apa ada yang mau sama mantan narapidana seperti saya ini?” aku sedikit kurang percaya diri. Dalam banyak kasus, mantan narapidana sangat susah untuk mendapatkan tempat kembali di tengah masyarakat. Yuk baca kelanjutan keseruan kisah Sandy si pembunuh yang akan menjadi guru.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset