My Wife is My Enemy episode 1

Dia Akan Selalu Jadi Musuhku

“Mati saja sana kau, dasar bodoh!! Week…!”

Yang baru saja melempariku ejekan adalah Bella Aidrish, musuh abadiku. Aku sudah sering bertengkar denganya walau hanya karena masalah sepele.

Hari ini kami pun melakukanya. Sekarang adalah masa orientasi siswa SMA Harapan Muda. Sepertinya Dewi Kesialan selalu berada di sisiku. Karena entah kenapa aku dan Bella selalu bersekolah di sekolah yang sama.

Kupikir akhirnya aku bisa terbebas darinya setelah aku masuk sekolah ini. Tapi siapa sangka dia akan masuk kemari juga.

Memang sih kuakui dia itu cantik, walau aku malas mengatakanya. Bella memiliki rambut oranye kecoklatan sepinggang. Matanya berwarna scarlet seperti batu permata. Tubuhnya yang kecil membutnya terlihat seperti peri negeri dongeng.

Tak hanya itu, dia juga pandai di bidang akademik dan fisiknya bagus untuk pelajaran olahraga. Dilihat dari sisi mana pun dia terlalu sempurna untuk seorang gadis.

Dia juga selalu bersikap baik kepada semua orang, kecuali aku. Entah kenapa dia selalu kasar padaku. Bahkan jika aku meliriknya hanya sebentar, dia pasti akan marah-marah atau menerbangkan buku kepadaku.

Bella sudah bersikap itu padaku sejak kami masih kecil. Aku mengenalnya pertama kali saat di sekolah dasar. Sewaktu aku hendak meminjam penghapusnya, entah kenapa dia malah marah kepadaku. Dari situlah kami mulai saling melancarkan ejekan dan hinaan setiap harinya.

Banyak orang yang bilang, pertengkaran kami jauh lebih dahsyat daripada perang dunia ketiga yang bahkan belum pernah terjadi.

“Kenapa kau masuk kemari, sialan!?”

Aku memicingkan mata pada Bella, dia juga membalasku seakan tak mau kalah.

“Aku juga tak tahu, ayahku yang menyuruhku ke sekolah ini.”

“Sial!! Aku sungguh tak mau bersekolah yang sama denganmu!”

“Memangnya aku juga mau?!! Kalau disuruh pilih, aku lebih suka bersekolah di kutub utara bersama penguin dan anjing laut daripada harus sekelas denganmu!!”

“Kalau begitu pergilah ke sana…!”

Bella tak menanggapi omonganku. Tanganya mengibaskan untaian rambut yang menghalangi pandanganya. Dia membalikan badanya lalu pergi menjauh dariku.

“Ingat ya, Sena! Jangan berbicara denganku di kelas! Aku tak mau orang lain mengira kau adalah temanku.”

“Huh, memangnya siapa yang mau?”

***

“Hahh…!”

Aku menghela napas panjang di perjalanan pulang, mencoba menghilangkan stress yang menumpuk dalam kepalaku. Walau sudah berjanji tak akan saling bicara, tetap saja selalu ada pertengkaran antara aku dan Bella.

Sungguh, kenapa orang sepertinya bisa ada di dunia ini sih!? Apa dia hidup hanya untuk bertengkar denganku?

Tubuhku langsung tersentak kaget saat melihat rumahku tiba-tiba dipenuhi oleh banyak orang. Apa orang tuaku sudah kembali? Ayah dan ibuku biasanya meninggalkanku berhari-hari atau berbulan-bulan karena pekerjaanya.

Tapi kenapa bisa sampai seramai ini? Apa mereka mengundang rekan kerja kantor kemari?

Tapi masa bodo, ah! Mau mereka mengundang rekan kerja atau anggota sirkus kemari itu bukan urusanku. Jadi aku dengan santai masuk ke dalam rumah dan berniat langsung menuju kamarku.

“Sena! Bisa ikut sebentar?”

Orang yang menarik lenganku adalah ibuku. Walau usianya sudah lima puluh tahunan. Tapi dengan kekuatan uang dan harta, ia bisa menyihir penampilan dirinya seperti anak sekolahan yang berumur tujuh belas tahun.

Kalau dilihat dari luarnya saja, dia akan lebih cocok jadi kakakku daripada ibuku.

“Ada apa, Bu? Lagipula kenapa di sini ramai sekali?”

Perasaanku jadi tak enak. Aku merasakan pandangan semua orang menatapku seakan hendak melahapku bulat-bulat.

“Karena ada acara penting hari ini, kau akan berdandan dengan rapi. Jadi ikut ibu!”

Dengan tanganya yang masih menggenggam lenganku, dia memaksaku masuk ke dalam kamar yang terletak di sebelah dapur. Di dalam sana, aku didandani oleh beberapa orang yang sepertinya adalah tim penata rias dan mengenakan jas yang berdesain modern.

Kenapa aku harus memakai ini? Memangnya bakal ada pesta di sini?

Tapi terserahlah! Aku menuruti saja apa yang mereka katakan karena aku ingin ini cepat-cepat selesai agar aku bisa beristirahat di kamarku.

Setelah selesai aku dituntun ke ruang keluarga di mana semua perabotan seperti sofa, lemari hias, televisi, dan rak-rak menghilang tanpa jejak.

Kemana orang tuaku menyingkirkanya? Kami tidak kemalingan, kan!?

Aku dibuat semakin penasaran karena semua orang sudah berada di ruangan ini. Mereka semua tampak duduk bersimpuh mengelilingi meja pendek di mana seorang pria tua tengah menunggu di sana.

Pakaian gamisnya seperti ustadz yang biasa nongol di acara dakwah televisi dan tak lupa sebuah kopiah yang menghiasi kepalanya.

Apa jangan-jangan dia kepala adatnya? Apa yang akan dilakukanya di sini?

“Cepat ke sana, Sena!”

“A-Ayah…!?”

Seorang pria yang telihat muda mengantarku ke depan pria tadi. Ayahku ini sama saja dengan ibuku, penyihir yang bisa menyembunyikan usia mereka dengan kilauan uang.

“T-Tapi… ada apa ini sebenarnya?”

“Kau juga akan tahu nanti.”

Aku lalu duduk bersila di hadapan ustadz tadi. Setelah membacakan do’a, dia lalu mengulurkan tanganya padaku. Dan aku pun menyambutnya karena kupikir ini hanyalah berjabat tangan biasa.

Tapi segera kutepis pikiranku setelah beberapa detik kemudian.

“Bisa kita mulai?”

“Heh, apa…!? Baiklah!”

“Saya nikahkan engkau, saudara Sena Febri Putra bin—“

“T-Tunggu dulu…! Bukankah itu ijab kabul?? Memangnya siapa yang akan menikah?”

“Tentu saja Anda!”

Ucapan pria tua itu sungguh mengagetkanku. Aku langsung berdiri dan melihat panik ke sekelilingku, orang-orang sepertinya melihat ke arahku dengan tatapan yang aneh.

Dan aku baru tersadar setelah semua yang kulalui sejak tadi. Pantas saja banyak orang di rumahku, pantas saja aku dirias oleh tim rias profesional, jadi semua ini untuk acara pernikahanku?

“Ayah…! Apa-apaan ini? Ini bohong, kan!?”

Aku menatap ayahku yang tersenyum lebar. Dia sepertinya sudah merencakan ini sejak awal.

“Sayang sekali, ini bukan bohongan.”

“Singkirkan senyum itu dari wajahmu! Kenapa ayah tak memberitahuku dulu!!?”

“Karena kalau kuberitahu kau pasti akan menolak.”

Tentu saja, bukan? Menikah dengan orang yang tak kau kenal, siapa pun pasti akan menolaknya.

“Tapi tenang saja! Kau akan menikah dengan gadis yang sangat cantik!”

“Siapa?”

“Kau juga akan tahu!”

Ayahku kembali tersenyum lebar. Aku tak percaya orang tuaku menikahkan anak mereka diluar kehendaknya sendiri. Sepertinya rasa hormatku padamu sudah hilang, ayah!

“Aku tak mau, ayah! Biarkan aku pergi dari sini! Aku mau pulang…!”

Mendadak sebuah suara yang nyaring terdengar oleh telingaku. Seorang gadis bergaun putih keluar dengan memerontak dari pria paruh baya yang terlihat seperti ayahnya.

Aku tercengang begitu mata kami bertemu. Kami berdua pun terdiam terpaku selama beberapa saat.

“H-Hoi… a-apa yang kau lakukan di sini?”

“K-Kau juga, kenapa kau berpakaian seperti itu?”

“Bella…”

“Sena…!”


My Wife is My Enemy

My Wife is My Enemy

Status: Ongoing Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Pernikahan sudah biasa terjadi pada pasangan yang saling mencintai. Tapi bagaimana kalau itu terjadi pada dua orang yang saling membenci?

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset