Nasi Goreng Parkiyem episode 13

Celoteh Pelanggan

Palupi menerima pesan WA dari mas Giyo jam 23.30 karena capek ia tak menjawabnya dan mending tidur karena esok pagi bakal lomba menari gambyong di sekolahmya, karena pemenangnya akan diikut sertakan dalam festival budaya Indonesia. Palupi banyak latihan dan beristirahat yang normal

Panji    : ” Nduk biar yang jualan mas Narto dan ibu serta bapak yang urus…kamu khusus mengembangkan bakatmu..karena bapak ingin melihat anaknya lebih maju…kangmasmu Narto juga mendukungmu dengan mengantar ke sekolah dan les menari. pokoknya kamu tak usah kawatir ”

Narto   : ” Iya Pi…kak Narto tunda dulu kuliah menyiasati covid-19 varian omicron demi kamu pi..”

Palupi  : ” Ya sudah….aku terima tapi ibu dibantu loyaaa…?”

Narto    : ” Berees…itu sudah kewajiban seorang anak ”

Palupi merasa senang karena usahanya didukung seisi keluarga..dia teringat waktu berada di rusun Banjardowo saat pak Gareng menjadi barongan seluruh anak kecil amat takutnya dikejar pak Gareng yang memakai sarung…entah mengapa semua anak pada takut…sehingga semua anak memujanya disaat orang tua mereka pada kerja entah kemana…, pak Gareng menjaganya. Palupi ingin sekali menjadi seperti pak Gareng yang dirindukan kehadirannya sekaligus mendebarkan hati jika tiba-tiba benjadi barongan.

Gilang mengageti Palupi kakaknya yang dikiranya ngelamun.

Gilang   : ” Ayooo mikirin apa nih…? ”

Palupi     : ” Ah kamu…ngagetin saja…!” Gilang tertawa karena tadi ngliat barusan dapat pesan dari mas Giyo , Palupi yang ketahuan adiknya mencoba merayunya agar tak cerita-cerita sama kak Narto ,ibu dan bapaknya karena dikira yang ndak-ndak…

Gilang     : ” Kak Narto tadi dah lihat kok…he..he..”

Palupi      : ” Tapi itu pesanan nasi goreng….maksudnya biar kak Palupi yang lapor sendiri ke ibuk..dan kak Narto ?!” Narto menyuruh Gilang adiknya untuk mencuci piring karena banyak yang makan di warung, Palupi menggoda Gilang dan membantu menyuci piring sambil membantu adiknya.

Palupi      : ” Ibuk ini pesanan lewat online ada 7 bungkus dari mas Kribo 2, mas Giyo 3 dan mbak Prapti 2 ”

Parki        : ” Ya…taruh di antrian ojol, bis ini ibu buatin, sekalian ambilkan kertasnya habis nduk…?!”

Palupi mengambil kertas pembungkus dan menatanya di meja sambil menyiapkan lalapan serta daun kemangi dalam plastik tersendiri , Panji meminta tolong Narto menemani pengiriman orderan ke swalayan  Andalas bersama mas Mangun. Disana Narto memperkenalkan sebagai pegawai baru yang mengirimkan hati  dan limfa  segar yang diterima manajer Bahroni.

Narto      : ” Tanda tangan dulu disini pak…? ”

Bahroni  : ” Mas Panji itu apamu..? ”

Narto       : ” Itu senior saya pak..”

Bahroni   : ” Yang akan datang biar kamu yang kirim…aku malu sama seniormu…aku salah sudah menghinanya ”

Narto       : ” Menghina apa ya pak..? ”

Bahroni   : ” Biasa..salah paham saja kok…sampaikan salam sama mas Panji dari saya…kalau ketemu di kantor ya..!”

Narto pamit dalam hatinya bingung kenapa dengan bapaknya..? sambil ia mengangkat kontener es yang di slempangkan disebelah kanannya menuju mobil yang disetiri mas Mangun.

Mas Mangun  : ” Piye..beres..? Kamu ditanya apa saja sama mas Bahroni..? , kok malah diam… ” Narto bingung sebenarnya ada apa dengan bapaknya kenapa pak Manajer minta maaf ? itulah yang membuat Narto diam dan Mas Mangun akhirnya ikut diam sampai rumah dan nampak bapaknya mbingungi kluar masuk warung sambil topinya dipukul beberapa kali di kursi.

Parkiyem   : ” Pak…, ada apa to…? kok topi di bantingi terus..ada masalah po…? “sambil mendekati suaminya dan memberikan es jeruk.

Panji           : ” Sabar sik bu …ini nunggu Narto sampai rumah baru plong lego ” .

Mas Mangun dan Narto  sudah sampai dan menyampaikan pesan dari mas Bahroni.

Panji            : ” Alhamdulillah… akhirnya mas Bahroni sudah sadar…?! ” sambil ngusel-ngusel kepala Narto.

Narto           : ” Memangnya ada apa dengan pak Bahroni..pak ? ” tanya Narto penuh penasaran.

Panji            : ” Besok kamu tahu sendiri…karena gak perlu di bahas …okey..?! ”

Narto           : ” Baik pak… Narto bantu ibuk dulu..”.

Panji             : ” Mas Mangun  makan nasi goreng dulu gimana..? ”

Mangun       : ” ‘Gak usah…dibungkus saja buat anak istri di rumah..”

Panji             : ” Pedas’gak nasgornya…?”

Mangun        : ” Yang pedes satu saja biasa buat aku..”

Panji membuatkan nasi goreng sedangkan Parki melayani mas Kribo membayar nasi gorengnya.

Parkiyem      : ” Kok tumben dibungkus model online…biasanya dimakan disini..”

Mas Kribo    : ” Hari ini aku kerja di online dah diterima di ojol, piye mantep ‘gak seragamku…? ”

Parkiyem      : ” Sip rambute ketutup helem..krebone ilang jadi Siswanto…tapi anakku kok dah tahu ya…?”

Mas Kribo    : ” Ya tahulah kan aku pakai hape yang lama ..yang buat kerja pakai  nama Siswanto ”

Parkiyem      : ” Yo wis lancar terus kerjaannya jangan proa prei ganti kerjaan terus …sing langgeng”

Mas Kribo    : ” Ya…InsyaAllah…Aamiin..semoga nyanthol lagi…”

“Mas Kribo alias Siswanto sebenarnya adalah lulusan Teknik Kimia Undip dia keluar masuk kerja karena hanya menuruti kesenangan hatinya dan kepuasan pergaulan karena kalau kerja selalu bentrok dan tak cocok dengan rekan kantornya sehingga sering eyel-eyelan buntut-buntutnya keluar nganggor lagi “, begitu kata mas Ponco tetangga Parkiyem.

Parkiyem     : ” Ladalaah…kok bisanya begitu…?”

Ponco            : ” Kuliah karena paksaan orag tuanya yo gitu…kasihan lo bu Siswanto itu…anaknya penurut tapi karena kurang pergaulan jadinya semrawut pikirannya, sebenarnya Siswanto itu pandai juga lo…tapi kenapa sekarang begitu..untung saja ortunya mapan dan kaya…jadi dia dikirim uang setiap bulan dan gak mau pulang ke Papua tanah kelahirannya ”

Narto dan Palupi yang mendengarkan cerita mas Ponco agak tertegun mengetahui nasib mas Kribo yang nama sebenarnya adalah Rumpaidus Siswanto karena ibunya transmigran asal Jawa Tengah  dari Wonosobo tepatnya Selomerto. Parkiyem mendengarkan cerita mas Ponco sambil ngolak-alik nasi goreng sedangkan pelanggan lainnya sambil nonton televisi yang menayangkan covid omicron . Tiba-tiba salah seorang pelanggan marah

pelanggan A   : ” Berita kok covid teruuus…membosankan ‘gak pagi, siang , ketemu sore, sampai malam…covid teruus..”  sambil makan dia menangis, Parkiyem langsung mengubah canel tivi hiburan yang menampilkan Ayu Ting-Ting dan anaknya.

Pelanggan A   : ” Ini lagi yang sukanya pamer anaknya…coga miskin…anaknya tak mungkin cantik seperti itu…!” Sebelahnya pelanggan A memberikan tanda jari miring di dahinya yang berarti masih dalam keadaan stress, Parkiyem menambahkan teh hangat pada pelanggan A .

Pelanggan A    : ” La ini yang baik…memberikan pada orang yang susah meskipun hanya dengan segelas air begitu kata pak kyai..”. Ternyata sebelahnya adalah anak laki-laki bapak itu lalu membayarnya dan mengajaknya pulang.

Pelanggan A   : ” Aku masih ingin nonton Ayu Ting Ting yang cantik jelita dangoyang dumangnya  ..”

Anaknya          : ” Sudah…itu yang antri mau makan tak ada tempatnya…ayok pulang besok makan sini lagi ” Bapak itu dituntun anaknya menuju keluar.

Pelanggan F    : ” Kasihan ya…korban covid jadi stres…untung anaknya sabar…dan masih menjaganya.

Pelanggan G   : ” Itu pak Wongso yang istri dan anaknya serta cucunya meninggal karena covid-19, kasihan…”

Sariyah            : ” Lo bapak tinggaknya dimana…? ”

Pelanggan G  : ” Saya tinggal di Kawung..belakang rumahnya…dan tadi bersama anak ke-2nya, yang meninggal itu yang ragil sebagai pengacara, anak pertamanya di Belitung ”

Parkiyem          : ” Kasihan ya pak Wongso  yang tinggal bersama anak ke duanya yang belum nikah ya…? ”

Pelanggan G  : ” Iya belum..dia sekarang kerja santai dirumah dan belum menerima jasa kalau sidangnya secara virtual…sama dengan boong katanya dan menunggu sampai keadaan aman. Clientnya banyak sampai luar kota ” Parkiyem yang melayani dari berbagai penjuru dengan segudang cerita pelanggannya hanya bisa tersenyum dan memberikan pelayanan yang baik saja sementara pelanggan lainnya hanya berkomentar yang memberikan masukkan agar bisa membantu informasi saja


Nasi Goreng Parkiyem

Nasi Goreng Parkiyem

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2018 Native Language: Indonesia
Parkiyem menangis sudah tiga bulan suaminya tidak kembali ke rumah, boro-boro uang dikirim, anak-anak untuk makan saja sulit, sementara pinjam tetangga sudah gak dipercaya, menjadi buruhpun gajian mingguan, Parkiyem ke pasar untuk mencari kerjaan yang tiap hari bisa didapat untuk makan. Mulanya dia ragu kerja sebagai apa...? tapi apapun ia lakukan, angkat junjung barang, antar belanjaan, buruh cuci gosok ia lakukan apa saja asal dapat duwit. Dari mata melek pagi otaknya terus jalan, melihat anak-anak sekolah dari yang besar Narto kelas4, Palupi kelas 3, dan Gilang kelas 1 cuciannya sudah lumayan menggunung. sarapan mereka beli karena sudah tidak ada beras, mereka beli bubur sayur Rp 1.500,- kali 4 orang dan 1000 untuk kerupuk, untuk sarapan saja sehari 10.000, makan siang beli nasi 5000 sayur bayam 5000, Parkiyem tidak membeli minyak goreng paling kerupuk untuk gorengannya dan sambel tempe vitamin C nya, ada rezeki ya malam bisa makan seadanya. pokoknya sekali makan 10.000 tiga kali makan 30.000,  sangu sekolah masing-masing 2.000  dan ia harus menyisihkan tiap hari 5.000 untuk listrik dan air, makanya ia harus memasak sendiri dan agar lebih ngirit lagi.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset