Mas Giyo berselancar menikmati kesejukkan pantai, Sementara Parkiyem dan Palupi berjalan-jalan sambil melihat-lihat turis manca negara berenang dan bergurau .
Parkiyem : ” Itu pada ngomong apa…mereka kok cekikikan..”
Palupi : ” Ibu ingin tahu mereka ngomong apa…? ”
Parkiyem : ” Ora nduk …ibuk tak bisa ngomong…kamu bisa…? ”
Palupi mendekati dan mencoba bicara…ndak tahunya turis tersebut bisa ngomong Indonesia…malahan bisa bicara Jawa tapi masih beberapa kalimat saja, ibu seneng sekali karena turis tersebut mencari nasi goreng yang lain dari pada yang lain , orang itu bernama mister Smith dari Sydney Australia.
Parkiyem : ” Waaah kalau nasi goreng sudah menjadi pekerjaan saya mister….sayang disini..di Bali…”
Mr Smith : ” Kalau begitu kamu semua ikut aku sekarang …aku punya bahannya tapi tak dapat mengolah makanan tersebut..bahkan hambar rasanya…”
Parkiyem : ” Baiklah…tapi rombonganku banyak…. ”
Mr Smith : ” Kami minginap di Ubud Tropical di Andong Betutu..ayook kita lets go…”
Mister Smith mengajak keluarganya yang lain ikut pulang, Parkiyem meminta turun di supermarket mencari beberapa jeroan.
Mister Smith : ” Kalau itu aku ada tapi susah mengolahnya ”
Parki mendapatkan limfa dan paru, Mr Smithpun memborongnya, Parki memilih kecap kesukaannya juga membeli kerupuk dan ketimun juga daun kemangi dan lain sebagaimya
Parkiyem : ” Mister mau membutuhkan berapa porsi kok mborong dagingnya ”
Mr Smith : ” Saya…? saya akan membuatkan semua teman-teman yang aku bawa dari Sidney untuk berpesta nasi goreng ”
Parkiyem : ” Okey…akan aku ladeni sampai seberapapun bakul sego goreng kok ditantang ” Mr Smith tersenyum, Rombongan mas Giyo mengikuti dari belakang dan memasuki kawasan Ubud Tropical Parkiyem langsung diajak ke dapur dan memeriksa keempukan dagingnya yang ternyata sudah empuk dan Palupi memasak daging yang baru dibelinya.
Parkiyem : ” Bagaimana kalau yang saya olah yang ini dulu…”
Mr Smith : ” Apapun silahkan perut aku sudah lapar dari pagi tak ada yang cocok masakannya ” Palupi menanak nasi yang untuk digoreng dia mencari berasnya belum ketemu, istri Mr Smith menunjukkan berasnya, sementara semua membuat minuman es jeruk ataupun es teh untuk rombangan Mr Smith lima nasi goreng jadilah mereka mengincip dulu dan
” Wuaaah…enak sekali…ini untuk aku dulu”, kata Mr Smith yang merasa cocok dengan hidangannya Parkiyem mereka memgincip nasi goreng untuk satu piring dan mulailah mereka reques lombok di tambahin dan meminta rasa pedes sampai yang tak pedes pada reques.
Parkiyem : ” Waaalaah…ndak dirumah saja sampai piknik kok ya masih pegang cobek ” . Mr Smith tartawa mendengar ucapan Parkyem
Mr Smith : ” Itu sudah jodoh dengan nasi goreng kemanapun dikejar nasi goreng ” Mas Giyo senang karena dapat teman Australia yang pinter bahasa Indonesia, sayang Mrs Smith kurang lancar ngomongnya.
Mister Smith adalah seorang guru SMA yang mendapat liburan ke Indonesia, mereka semuanya guru yang diberi tugas S2 nya menulis tentang makanan Indonesia dan penyajiannya, Mereka mencari chef tapi bingung menemukannya, di restoran tak ada yang bisa menjelaskan semuanya sibuk dengan menu yang ada…dan sulit mencarinya malahan mau ke Jawa yang terkenal masakan nasi gorengnya. Parkiyem mau ke Kintamani tapi pak Smith begitu Parkiyem menyebutnya melarangnya dan memberi uang , tapi Parkiyem tak membutuhkan itu .
” Saya itu mau piknik karena capek ingin istirahat “, kata Parkiyem dan pak Smith memohon tunggu untuk menyelesaikan Tesisnya dan Parkiyem dipersilahkan istirahat dan menempati penginapan sampingnya yang sudah keluar penghuninya karena hari sudah malam.
Palupi : ” Terus bagaimana dengan penginapan yang sudah diboking kemarin ?”
Giyo : ” Sudah aku batalin ” . Disini lebih enak satu rumah dan hanya kita melayani nasi goreng lagian akan dapat ganti uang sehingga bisa berpiknik lagi…”
Gilang : ” Iya…kasurnya mentul-mentul..bapak sama ibuk tadi nyoba tapi takut ketahuan”. Panji, Sariyah dan pak Smith ngobrol lama sambil dicatat semua keterangan Sariyah serta memotretnya dan semua minta berkumpul untuk dipotret. Datang beberapa pelayan untuk melayani anak-anak yang menginginkan makanan lalu Gilang mengajak keluar bersama mas Giyo dan Narto, Palupi menemani ibunya karena ada pertanyaan yang sulit dijawab.
Palupi : ” Kalau di Semarang nasi goreng istimewa seperti sajian ibu, harganya tiga puluh ribu, ada yang sepuluh ribu, jika nanti praktek tak apa yang jelas bikin nasi dulu sesuai takaran dan agar nasinya dingin dan pulen kalau digoreng, sementara sambil memasak dagingnya biar empuk ”
Para Mahasiswa S2 dari Sidney Australia itu senang karena Palupi bisa berbahasa Inggris meskipun kurang lancar tapi mengerti maksudnya.
Mas Giyo : ” Waaahhh jadi dosen, bu Sariyah sedang makan..”
Palupi : ” Mas Giyo aku dibantu juga dong….?! ” Mau tak mau Mas Giyo membantunya penjelasan dari Palupi. Bu Smith juga pak Smith merasa lega karena dibantu Tesisnya sampai selesai dan tinggal praktek saja.
Pagi hari lima orang guru menyiapkan nasi goreng ada yang membersihkan ketimun dan lalapannya membuat teh manis hangatnya dan ada yang menyiapkan daging jeroan dan menggoreng kerupuknya serta bawang gorengnya.
Palupi : “Siapa ini yang mengulek bumbunya…? kan sudah ada panduannya…? ayook siapa….” Semuanya pada diam maka Palupi meminta nama masing-masing ditulis dikertas dan ditempalkan apa saja biar jelas terbaca. Palupi memanggil Mrs Laura agar memraktekkan masakannya.
Palupi : ” Ini nanti yang masak miliknya sendiri terserah mau pedas atau asin sesuai selera….” Mrs. Laura mulanya agak canggung tetapi setelah dibantu Palupi dia berani berkomunikasi, kadang mereka tertawa karena salah menamahan bahannya dan memggunakan bahasa Inggris. Parkiyem senang melihat putrinya bisa bahasa Inggris.
Parkyem : ” Ternyata bisa juga Palupi ngomong Inggris, walaupun kadang dibantu mas Giyo “.
Mereka memulai menjalankan prakteknya
Mrs Laura : ” Ini nasi satu piring untuk aku dan akan aku buat pedas dengan lombok dua saja…”
Mr. Alex : ” Itu kurang pedas…lima gitu lumayan pedasnya, doyan lombok masak lomboknya cuma dua….?!”
Mrs Laura : ” Sorry…sorry…maksudnya tujuh lombok “. Tiba-tiba Parkiyem berteriak, : ” No…no…no.. bukan begitu cara menguleknya , bisa hambar….yang halus begitu…yak begitu…” semua tertawa karena Laura memegang ulegkannya dibanting-banting, ternyata agak sulit mereka memegang *munthu* , tapi semua akhirnya memegang munthu secara benar. Panji tertawa melihat mahasiswa S2 memasak yang akhinya jatah Palupi mengincip masakan masing peserta yang ada 9 orang dan lumayan rasanya .
Mrs. Sandra : ” Berapa nilainya sebutkan dari nilai satu sampai sepuluh ”
Palupi : ” Baiklah, no satu nilainya delapan ” .
Peserta : ” Wow …hebat…”
Palupi : ” Nomor dua nilainya delapan ” semua bertepuk tangan
Palupi : ” Nomor tiga nilainya tujuh koma delapan.”
Peserta : ” Heemmm…mendekati delapanlah…”
Palupi : ” Nomor empat nilainya sembilan….! ”
Peserta : ” Wow perfect….” Semua nilainya berkisar tujuh sampai delapan, dan nilai sempurna didapat dari Alex dengan nilai sembilan. Mereka semua puas dengan nilai masing-masing.
Sandra : ” Mengapa ada nilai dibelakang…?
Palupi : ” Itu karena agak asin sedikit…tapi kalau orang yang suka asin akan menilainya sembilan ”
Sandra : ” Jadi milikku bisa termasuk perfect dong…? ”
Palupi : ” Begitulah….”.
Pesta itu ditutup karena terdengar suara musik Bali sedang memasang penjor di tiap-tiap rumah yah…karena akan ada upacara keagamaan yaitu hari raya Galungan.