Nasi Goreng Parkiyem episode 17

Residivis Lepas

Narto siap-siap mengantar Gilang yang diterima SMPN 2  dan sudah menyiapkan tas beserta isinya lengkap, Parkiyem membantu Gilang menyiapkan sepatu barunya.

Gilang      : ” Pakai sepatu yang lama saja…enak dipakainya ” .

Parkiyem : ” Loh lee , sekolah baru ya sepatunya baru…kan lebih percaya diri…! ”

Gilang      : ” Gilang suka yang ini kok bu yang warna hitam karena nanti upacara pertama masuk sekolah. ”

Parkiyem : ” Ya.., sudah..itu sarapannya dimakan dulu ” . Gilang sarapan bersama Narto

Narto        : ” Pulangnya hafalkan jalannya…? ”

Gilang      : ” Hafal dong kak…orang Semarang hare….dan siap balik sendiri dengan naik angkot…ciee….”

Palupi membantu jualan sambil menata kuliahnya yang masuk jam sebelas siang  di Poltekkes Kedungmundu.

Parkiyem : ” Pakaianmu seragam sudah beres ndukkk…?”

Palupi       : ” Sudah buk…pakaian bapak bagaimana buk..?”

Parkiyem : ” OO alaaaahhh..malah ibu lupa…ya ini tolong di gosokkan dulu…munpung bapakmu masih mandi ”

Palupi       : ” Ibuk sih…dah dipesenin bapak kalau repot hari pertama masuk sekolah..buka siang saja nasi gorengnya…”

Parkiyem : ” Ini lo dari mas Giyo yang mau ambil makanannya jam tujuh pagi..”

Palupi cuma bisa bersungut-sungut saja karena ibuknya lebih mementingkan pelanggan. Parkiyem yang merasa bersalah dan mencoba memperbaiki kesalahannya dengan memberikan minuman teh hangat untuk Palupi lalu menyiapkan pakaian untuk suaminya.

Gilang pamitan pada ibuk dan bapaknya sekalian Narto berangkat  mengantar Gilang.

Gilang       : ” Pak….Buk ..Gilang berangkat…!! ”

Parkiyem  : ” Ya…hati-hati…jangan ngebut…” . Panji menunggu Narto sambil membantu Parkiyem melayani pembeli.

Pelanggan X  : ” Libur dua minggu kok rasanya sebentar , tapi perut ini rasanya di kudang terus sayang nasi gorengnya belum buka…beli ke tempat lain rasanya berbeda…kayak menduduki jarum rasanya pingin pulang karena kurang nikmat…”

Parkiyem       : ” Perut saja bisa pilih…apalagi lidah….klo sudah cocok yo nunggu pulangnya…he..he…”

Pelanggan X : ” Padahal saya dah nyoba yang di mberok…johar..tetep saja kurang puas dan kangen sama makanan disini…?! ”

Parkiyem       : ”  Kok aneh ya… apa lain cara membuatnya kali, apa mungkin ulegkan bumbunya yaaa…padahal tak memakai jimat penglaris…”

Pelaggan X    : ” Ya mungkin cara nguleg bumbunya atau memiliki resep yang di rahasiakan kali…?! ”

Parkiyem       : ” Weleh..weleh pak…pak…wis monggo…pokoknya kalau dikerjakan dengan senang hati..pasti hasilnya enak itu saja..rahasiane yang aku buka dari pada bingung…”

Pelanggan itu tertawa dan memberikan jempol. Panji hanya tertawa saja sambil ngangkat telpon dari mas Mangun yang katanya sudah luncuran ke rumah

Mangun         : ” Hallo ‘Ji apakah Narto sudah siap..?”

Panji              : ” Dia masih ngantar sekolah Gilang  ”

Mangun         : ” Mang Gilang sudah masuk sekolah..?”

Panji               : ” Hari ini semua anak sekolah pada masuk pertama setelah kelulusan ataupun kenaikan kelas..”

Mangun         : ” Owh gitu ya….aku belum punya anak soalnya….jadi lupa rasanya sekolah…”

Panji               : ” La cindel-cindel tiga itu anak siapa…? ”

Mangun         : ” Anak tanteku…dan adikku masih ikut aku belum nikahan setelah bapak dan ibuku meninggal…”

Panji               : ” Sorry mas Mangun jadi ngingetkan almarhum dan almarhumah…istrimu sehatkan…? enggal dapetin bonus anak sayang…kalau belum punya…keburu tua…”

Mangun         : ” Tolong nasi gorengnya disiapkan aku belum sarapan, tolong tak pakai daging apapun…kasih saja telur ceplok..aku lagi diet kholesterol…dah ya…” Mangun menyelesaikan telponnya karena mau sampai rumah Panji. Palupi menggantikan bapaknya karena persiapan kerja menunggu Narto sebentar sambil mas Mangun menghabiskan sarapannya.

Palupi sudah mandi dia racik-racik daging dan lainnya karena akan berangkat kuliah, datang tiga orang pelanggan yang meminta dibuatkan babat gongso, Parkiyem keran saja melihat ketiga orang tersebut sepertinya belum pernah makan di warungnya.  Orang tersebut tatonan dan bicaranya tak sopan membuat Palupi deg-degan khawatir terhadap orang itu jangan -jangan…..ada maksud lain. Parkiyem terpaksa menegurnya dari pada punya pikiran yang tak baik.

Parkiyem     : ” Mas-mas ini dari mana…..kok bisa kesasar ke sini…? ”

” Kami dari kepolisian…pingin saja mencoba nasi goreng bu…Parkiyem…” kata salah seorang sambil membaca warung makan Parkiyem.

Parkiyem    : ” OOO…pak Polisi to…kok tak memakai pakaian dinas…”

” Kami dinas luar…ya begini..ni..macam penjahat…tapi tak usah khawatir…ini foto kami..ketika di kantor…”  Parkiyem melihat foto orang tersebut ketika berpakaian dinas.

Parkiyem    : ” Namanya pak Aan ya…di foto kelihatan putih tapi mengapa disini kotor….maaf lo…pak Polisi..kok lethek…!! ”

Parkiyem kaget karena terdengar suara letusan dan memeluk Palupi menjauh dari ketiga orang tersebut Parkiyem terbelalak karena orang tersebut menodongkan pistolnya ke arahnya… Parki yem terkencing- kencing karena dibentak sama Aan polisi gadungan.

” Cepat keluarkan kami lewat pintu belakang…!!! ” Parkiyem malah ngewel karena takut. Salah seorang polisi masuk dengan  menggelinding dan langsung memukul Aan yang memaksa Parkiyem membawa ke dalam akibatnya Aan tersungkur dan  mengeluarkan darah dihidungnya kena jotosan . Pasar Parang Kusumo mendadak gempar garena ada terdengar suara tembakan dan pada keluar melihat pergumulan polisi dan residivis. Ternyata residivis mencoba melarikan diri akibatnya kena timah panas yang mengenai kakinya. Karena terdengar lagi bunyi pistol, orang-orang berlari menjauh takut terkena sasaran. Polisi berhasil membekuk Aan gadungan yang telah diborgol polisi. residivis yang ditembak kakinya segera diamankan . Residivis satunya dikeroyok massa. Datang mobil polisi dan mengamankan masyarakat. Parkiyem pingsan, Palupi yang hendak mengeluarkan motornya jadi batal karena ada tragedi penembakan residivis dan malah ibuknya bermasalah.

Palupi      : ” Buuukkk…banguuun …penjahatnya sudah ditangan polisi…..” Palupi dibantu warga mencoba membangunkan Parkiyem.

Tutik        : ” Sadar…buuk…sadar…penjahatnya sudah diamankan polisi…banguun buuuk…” bau balsem mengolesi seluruh badan Parkiyem yang berkeringat. Palupi meminta masyarakat keluar karena mengurangi pernafasan ibuknya, dan menghidupkan kipas angin ruang ojol yang penuh orang karena hanya ingin melihat Parkiyem secara pasti. Pak Polisi mencatat nama Palupi dan Parkiyem untuk laporan. Penjahat tersebut dimasukkan dalam mobil polisi dan keaanan membubarkan keramaian tersebut. Panji di telepon Palupi segera pulang bersama mas Mangun.

Panji        : ” Piye….piye…kejadiannya..sampai ibumu pingsan…”

Palupi menceritakan sambil nangis…dan akhinya mbak Tutik penjual di Parang Kusumo yang menceritakannya. Panji mengucapkan terima kasih atas bantuannya dan Tutikpun segera pulang ke los dagangannya . Palupi berganti baju lagi karena merasa baunya tak sedap lalu mencucinya dan mengeringkan kembali, sebenarnya Ia tadi ingin berjalan-jalan dulu tapi peristiwa yang tak bisa dihindari terjadi dan warung makannya ditutup karena Parkiyem belum tenang.

Akhinya Palupi berangkat kuliah  sedengkan Panji masih menunggui istrinya dan meminta mas Mangun kerja bersama Narto yang sudah siap di kantor. Narto baru mendengar ibuknya pingsan ketika bersama mas Mangun mengantarkan pesanan-pesanan ke super market Semarang Barat sesuai jadwal. Mangun senang karena Narto amat terampil dan lincah serta bisa bernegosiasi seperti bapaknya.

Mas Mangun    : ” Besok kira-kira bapakmu  bisa ‘gak  ya ke Pati ambil sapi….?”

Narto                  : ” Semoga saja bisa.., lihat keadaan ibuk dulu, tapi kenapa dari Pati tak mengantarnya ke penyembelehan…kan merepotkan…?!”

Mas Mangun     : ” Itu sudah perjanjian dari awal antara kami dan masyarakat Pati ”

Narto                  : ” Kan bisa di nego lagi…karena amat merepotkan, biarpun keuntungannya berkurang tapi bisa alihkan ke keuntungan lainnya ”

Mas Mangun    : ” Seusai dari Semarang Barat kita bicarakan di kantor ya…?! ”

Narto menyetujui tapi masih menunggu Panji yang berada dirumah , maka diputuskan sepulang dari Semarang Barat langsung menuju rumah…menemui Panji . Ternyata Panji dan Parkiyem sudah membuka warungnya. Gilang yang barusan pulang menyalami ibuk dan bapaknya. Mas Mangun membicarakan masalah Pati sambil makan nasi goreng telur ceplok .

Gilang       : ” Buk….kamar Gilang kok berantakan….?! ” sambil berganti baju memeriksa kamarnya.

Parkiyem  : ” Iya… nanti biar kakakmu Palupi yang menceritakannya..” Gilang tak mau membereskan biar nanti saja sekalian mendengarkan cerita kakaknya begitu fikir Gilang.  Mas Mangun, Pa Narto berangkat ke kantor lagi bersama Mas Mangun untuk mengambil motornya karena pembicaraan sapi Pati sudah selesai.


Nasi Goreng Parkiyem

Nasi Goreng Parkiyem

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2018 Native Language: Indonesia
Parkiyem menangis sudah tiga bulan suaminya tidak kembali ke rumah, boro-boro uang dikirim, anak-anak untuk makan saja sulit, sementara pinjam tetangga sudah gak dipercaya, menjadi buruhpun gajian mingguan, Parkiyem ke pasar untuk mencari kerjaan yang tiap hari bisa didapat untuk makan. Mulanya dia ragu kerja sebagai apa...? tapi apapun ia lakukan, angkat junjung barang, antar belanjaan, buruh cuci gosok ia lakukan apa saja asal dapat duwit. Dari mata melek pagi otaknya terus jalan, melihat anak-anak sekolah dari yang besar Narto kelas4, Palupi kelas 3, dan Gilang kelas 1 cuciannya sudah lumayan menggunung. sarapan mereka beli karena sudah tidak ada beras, mereka beli bubur sayur Rp 1.500,- kali 4 orang dan 1000 untuk kerupuk, untuk sarapan saja sehari 10.000, makan siang beli nasi 5000 sayur bayam 5000, Parkiyem tidak membeli minyak goreng paling kerupuk untuk gorengannya dan sambel tempe vitamin C nya, ada rezeki ya malam bisa makan seadanya. pokoknya sekali makan 10.000 tiga kali makan 30.000,  sangu sekolah masing-masing 2.000  dan ia harus menyisihkan tiap hari 5.000 untuk listrik dan air, makanya ia harus memasak sendiri dan agar lebih ngirit lagi.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset