Palupi menyimak dosennya tentang materi kerja jantung , duduk dibelakangnya Sadewo yang melempari kertas agar dibaca Palupi. Tapi Palupi cuek saja karena mendapat tugas tentang pembuluh darah, dia mencatatnya karena begitu banyak tugas yang diberikan dosen Analis Dra. Aryati Subandi tak satupun kertas itu yang terbaca dan dibiarkan berserakan. Hal ini membuat Sadewo jengkel bin mangkel.
Sadewo : ” Sombong sekali….diam saja sih kamu Lupi…?! ”
Palupi : ” Mang kenapa….bukankah kita sudah kenal, masih pelajaran kok malah ‘ganggu….”
Sadewo : ” Yo wis sory…sory….selesai mapel kita jalan yo….. ”
Palupi : ” Habis mapel aku kerja….bantu ibukku….”
Sadewo : ” Haduuuh…padat banget…okey besok wis aku tunggu di klas…” Palupi diam saja dan segera berlalu.
Sampai rumah mas Giyo sudah menunggu pesanan nasi goreng yang dibuat Parkiyem sebanyak empat buah .
Mas Giyo : ” Baru pulang ya….?” Palupi yang mendengar suara Mas Giyo membalasnya seadanya karena panas terik…dan hujan tak jadi turun.
Palupi : ” Tumben siang-siang sudah jalan ojolnya….mbolos ni yee….”
Mas Giyo : ” Kebetulan nih pak dosen bolong, jadi kesempatan jalan dong….”
Palupi : ” Owh…tak kira mbolos….panas sekali kari ini….minum mas….” sambil membuat es jeruk dan meminumnya perlahan. Palupi segera berganti baju, lalu membantu ibuknya meracik nasi goreng dan menyuruh ibuknya istirahat. Hand phonenya berdering dari Sadewo….dan Palupi mengangkatnya : ” Ya…pa lagi….Wo….ini aku lagi masak…dah ya….sibuk nih…” .
Sadewo yang lagi kasmaran akhirnya mencari alamat Palupi yang didapatnya dari mbak Cemplok bagian administrasi siswa. Sadewo bingung karena rumah yang dekat pasar Parang Kusumo tak ada , semua rata-rata berjualan tapi akhirnya Ia terpaksa masuk di Warung Nasi Goreng Parkiyem pas kebetulan Palupi masih di kamar kecil. Sadewo memesan nasi goreng satu dan es jeruk, Palupi yang baru keluar kamar mandi menyiapkan nasi goreng pesanan Sadewo. Sadewo yang masih menuliskan pesan WA tak melihatnya dan asik memainkan hapenya, Palupi sendiri sedang membaca pesanan lewat online dan mulai meraciknya. Palupi kaget ternyata yang menerimanya Sadewo dan Sadewopun kaget ternyata yang memasaknya adalah teman kuliahnya sendiri alias Palupi. Mereka berdua tersenyum geli karena sama-sama tak tahu.
Sadewo : ” Lho….., kamu to Lup…..”
Palupi : ” He..he…iya aku Wo….kaget ya…..selamat makan….ini es jeruknya….”
Sadewo : ” Waaah…harumnya….langsung makan nih dah laper banget…” Palupi masih geli melihat ekspresai wajah Sadewo dan langsung menikmati nasigoreng babatnya dengan lahap.
Sadewo : ” Yang dibungkus dua buat nyokap dan adikku dirumah ” . Palupi menyiapkan pesanan mas Gondrong yang sudah luncuran arah Tlogosari.
Mas Gondrong : ” Mana Pi pesenanku….”
Palupi : ” Iya nih sudah…..”. Palupi menerima uang dari mas Gondrong dan menyerahkan nasi gorengnya. Sadewo memperhatikan warung makan Palupi yang amat ramai sampil menikmati nasi gorengnya dan minta tambah karena keenakan dan lezat .
Sadewo : ” Ramai sekali warung makannya…pantes…sibuk banget….”
Palupi : ” Biasa kali…..masih banyak warung makan yang ramai di Semarang “. Sadewo meminta ijin mengambil foto Palupi lagi mengolah nasi goreng dan meminta agar fotonya tak mengganggu aktivitas perkuliahan dan Sadewo sudah berjanji kalau akan aman dia meminta berpose bersama Palupi sedang melayani pelanggan dan yang memfotonya pelanggan yang lainnya.
Pelupi : ” Kamu tu lo yaaa…kayak artis saja sampai foto-foto segala… ”
Sadewo : ” Emang milik artis dunia ini…namanya dokumentasi terserah masing-masing non…!”. Pelanggan malahan ikut berpose, bahkan tertawa bahagia bersama. Karena sudah selesai Sadewo minta diri pulang ke rumahnya di jalan rambutan sambil menjinjing nasi gorengnya.
Sadewo : ” Ma…mama… Sadewo bawakan nasi goreng yang joss niih….” teriak Sadewo sesampai rumahnya. Rinjani nama mamanya Sadewo begitu mendengar nasi goreng langsung memburu suara anak keduanya.
Rinjani : ” Kok pulangnya telat emang sengaja beliin nasi goreng buat mama yaaa…? ”
Sadewo : ” Ini soalnya rasanya lain mam….josss bener-bener josss..”. Karena penasaran Rinjani segera menikmatinya…dan mama Rinjani terperangah dengan sajian nasi gorengnya Palupi
Rinjani : ” Iya nikmat sekali…..” sambil mengunyah babatnya yang empuk dan nikmat olahannya
Sadewo : ” Tadi Sadewo nambah kok mam…., sampai sekarang kekenyangan….”
Rinjani : ” Hati-hati kolesterolnya…..harus dijaga setiap waktu kalau suka makan nasi goreng babat “.
Sadewo : ” Iya….Kiki dimana mam….kok sedari tadi tak nampak….”
Rinjani : ” Tadi keluar bersama temannya Manggar katanya mau mencari katak buat praktek Biologi “.
Barusan di bicarakan Kiki masuk halaman rumah dengan mengendarai sepeda motornya.
Rinjani : ” Hloh mana Manggar….kok tak diajak…?! ” sambil membukakan pintu mama Rinjani menyambut anak bungsunya.
Kiki : ” Manggar sudah pulang sambil bawa katak…soalnya Kiki kegelian…..”
Sadewo : ” Gitu kok pingin jadi dokter….”
Kiki : ” Aku bukan dokter hewan lah yoooo….”
Sadewo : ” Yo sama lah yooo….sama banyak prakteknya….” tangkis Sadewo : ” Tu aku belikan nasgor favoritmu…” Kiki terbelalak mendengar nasgor.
Kiki : ” Tumben-tumbenan..beliin nasi goreng…enak ‘gak….” sambil menuju kamar mandi untuk cuci tangan dan bersih-bersih
Sadewo : ” Joss lah….” . Kiki mengincip nasgor yang dibukakan mamanya langsung berkomentar .
Kiki : ” Ini ni aku sudah pernah makan…ini nasi goreng Parkiyem yang di pasar Parangkusumo Tlogosari kan…?! ”
Sadewo : ” Kok kamu sudah tahu…buat papa saja ya…..”
Kiki : ” Uuuuh…jangan…buat aku dulu nanti sama papa makannya di sana…”
Sadewo : ” Kalau begitu buat kak Cika saja..karena kakak beliin buat yang belum makan…lagian itu uang saku kakak yang sudah ngepres….”
Kiki : ” Enggak aaahhh katanya tadi untukku….ya dah bagi tiga kalau begitu….” Mama Rinjani membagi tiga buat suaminya.., terus Cika si sukung dan Kiki yang bontot , karena tak tega jika mereka tak kebagian. Sadewo yang melihat pembagian itu sangat tak tega tapi harus bagaimana lagi uang sakunya hari ini sudah habis sementara untuk meminta uang saku mamanya Ia tak tega karena harus menunggu esok hari sebab kantor papanya sedang menghalami kesulitan tak ada yang memesan produk pakaian dari garmen kantor papanya yang jelang pailit.
Ahmadi ayah Sadewo yang bekerja sebagai manajer garment yang mengalami musibah karena jelang kepailitan, sudah banyak tenaga yang diperhentikan karena pesanan industri pakaian jadinya tak ada yang memesan karena merupakan eksportir pakaian jadi. Sebagai manajer perusahaan dia tak mungkin memproduksi dan memarketingnya sendiri dan dengan berat hati dia akan mundur dan menyiapkan tabungannya untuk modal usaha sebagai taksi ojol.
Kakak Sadewo yang bernama Cika terpaksa menunda skripsinya karena harus bekerja menjadi sopir ojol yang lumayan penghasilannya dan papanya ikutan mau menjadi ojol juga berkat dukungan putrinya Cika yang sudah jalan hampir enam bulan menggeluti dunia ojol yang bekerja dari jam lima pagi sampai jam sembilan malam membantu papanya mengurusi kuliah Sadewo dan adiknya Manggar yang masih SMU yang bercita-cita menjadi dokter.
Ahmadi sudah pulang dengan membawa mobilnya yang akan dijadi kan modal ojol dan masih mengurus administrasinya menjadi ojolpun banyak persyaratannya dan itu sudah dikumpulkan Ahmadi tinggal menunggu kerjanya saja. Sadewo sebenarnya mencintai Palupi tapi melihat keadaan kakaknya juga ayahnya …tak tega Ia mendekati Palupi yang masih acuh tak acuh menanggapinya .
Rinjani : ” Bagaimana pa…sudah ada kabar dari kantor…..?”
Ahmadi : ” Sudah ma….tunggu tiga hari lagi pemilik garmen memberikan pesangonnya….”
Rinjani : ” OOOwh…yang sabar ya pa….moga-moga kali ini benar-benar dikeluarkan pesangonnya….”
Ahmadi : ” Ya ma… cuma pesangon yang papa tunggu buat bekal kuliah Sadewo dan Manggar selanjutnya…” sambil meletakkan tas dan mencopot sepatunya Ahmadi segera menikmati nasi goreng yang disajikan istrinya di meja makan.
Jalannya agak gontai dan kelihatan capek sekali Ahmadi menarik kursi makannya yang dibantu Sadewo.
Sadewo : ” Ini enak lo pa….” sambil tersenyum Sadewo merayu papanya. Ternyata benar Ahmadi merasakan nikmatnya nasi goreng buatan Palupi yang dipanasi Rinjani.