Sadewo sedang belajar dikamarnya karena menghadapi ujian smester saking seriusnya dia tak mendengar telefon dari kakaknya Cika yang sedang makan di warung makan Parkiyem, lalu mamanya menyampaikan pesannya. Pantesan sedang belajar sehingga tak mendengar begitu fikir mamanya.
Rinjani : ” Wo…..kau tak dengar panggilan kakakmu…?” Sadewo terperanjat mendengar suara mamanya yang tahu-tahu sudah di pintu kamarnya dan Iapun segera menjawab
Sadewo : ” Ma…iya ma….ada apa….? ”
Rinjani : ” Maaf nak…, kakakmu barusan telepon tak kau angkat hapenya….?!”
Sadewo : ” Oh…maaf ma….akan aku telpon balik ” Dan Sadewo segera telpon kakaknya Cika : ” Maaf kak…tadi masih serius…! ”
Cika : ” Kakak sama papa lagi makan di nasi goreng Parkiyem tapi yang masak ceweknya cakep…dan dia sambil belajar kok sama dengan buku kamu…jangan-jangan teman kuliahmu…?”
Sadewo : ” Iya ..itu kak calon pacarku…cakep kan kak…? ”
Cika : ” Ngawur kamu…..jangan pacaran dulu kalau masih kuliah…kalau sudah kerja bolehlah….” . Sadewo diam dia agak sedih karena kakaknya memarahinya . Rinjani yang mendengarnya mencoba menghiburnya dan membuatkan teh hangat.
Cika : ” Santai brow…jangan bersedih yang semangat saja agar kuliahmu lancar…”
Sadewo : ” Iya kak….papa mana kak….?”
Cika : ” Papa baru saja dapat orderan, kamu tak bawain nasgor’gak…?”
Sadewo : ” Iya kak yang pedes ya ..biar mata melek…”
Cika : ” Kiki minta enggak…?” Rinjani melikat kamar Kiki yang ternyata sudah tidur…
Sadewo : ” Kata mama sudah tidur….tapi lebih baik belikan kak biar esok hari bisa dipanasi mama….”
Cika : ” Baiklah….biar tugas mama ringan esok harinya “. Ahmadi sedang menjemput pemesan dari Tlogosari menuju stasiun Tawang membawa ttiga penumpang yang akan berangkat ke Bandung, Seorang laki-laki dan dua orang perempua, pemesan tersebut bernama Sinta yang meminta mampir sebentar untuk membelikan wingko ekspres yang berada di jalan Cendrawasih. Ahmadi mengantarkannya dengan iklas. Ketika sampai di stasiun Tawang Sinta memberikan Sinta ongkos berlebih dan tak mau dikembalikan malah ditambahi Lima Puluh Ribu.
Ahmadi : ” Maaf mbak tak ini kembaliannya …”
Sinta : ” Bawa saja pak itung-itung merayakan kenaikan pangkat yang barusan kita terima ”
Ahmadi : ” Waaah terima kasih…sukses ya mbak….” ketika hendak pulang Ahmadi mendapatkan lagi orderan yang menuju Jatingaleh seorang lelaki tua membawa bungkusan cukup besar ketika sampai di rumah sakit Elisabeth orang itu minta turun karena mau bertemu seseorang dan bungkusannya ditinggal begitu saja dan kembali lagi sambil memberikan uang karena disuruh mengantar barang di Jatingaleh yang sudah ditunggu orangnya di tepi jembatan tol Jatingaleh. Ahmadi menerimanya langsung tancap gas. Benar saja sudah ditunggu seorang wanita bergaun putih. Ahmadi agak ragu karena tiba-tiba bulu kuduknya berdiri sehingga menunggu kawan sebagai teman sepi yang lewat disitu. Tapi anehnya bungkusan didalam mobil tersebut berteriak minta segera diberikan, Ahmadi bingung bin takut dan tubuhnya serasa menurut mengangkat bungkusan tersebut dan menyerahkannya kepada wanita itu yang ternyata wanita itu tak bermuka dan bungkusan tersebut terbuka sendiri ternyata muka wanita itu. Ahmadi berteriak ” Astagfirullahhaladzim ” segera masuk mobil dan memutar ke arah pasar Jatingaleh sambil ngoplok tangannya seolah tak percaya apa yang telah terjadi dan langsung pulang arah Rambutan.
Cika menelepon mengajak pulang karena sudah bengantuk dan mau hujan…Ahmadi langsung menjawab ” Ya kita pulang sekarang…matikan orderan sekarang juga” Cika menurut dan langsung pulang tapi hatinya merasa was-was ketika sampai rumah Cika dibukakan pintu Sadewo yang menunggu nasi goreng karena perutnya sudah keroncongan.
Sadewo : ” Papa mana kok pilang sendirian…”
Cika : ” Dalam perjalanan….nah itu dia…” mobil Ahmadi segera parkir dan ditungguin Sadewo dan Cika…”
Ahmadi : ” Papa capek banget…..” . Sadewo dan Cika melihat muka papanya pucat dan tampak gebingungan, Rinjani bangun dan kaget melihat suaminya mukanya seperti kertas
Rinjani : ” Pa….papa kenapa……”
Cika mengambilkan minuman agar papanya bisa bernafas lega…
Cika : ” Papa semalam menemui kejadian apa….kelihatannya papa ketakutan…papa jumpai apa pa….?” Ahmadi menarik nafas sekali lagi Ia meminumnya , Cika menemani papanya dan mengantarnya untuk mencuci mukanya…Rinjani ikut menemani Cika karena kelihatannya Cika tahu keadaan Ahmadi yang cukup kacau. Karena berisik Kiki terbangun dan ikut bergabung diruang tengah. Setelah cukup nyaman Ahmadi menceritakan pertemuannya dengan sosok yang tak pernah Ia jumpai. Semuanya pada merinding kecuali Cika dan Iapun berkomentar.
Cika : “Santai saja pa….itu sudah biasa bagi pekerja malam yang diluar dan akan menembah pengalaman dalam hidup…”.
Ahmadi : ” Iya….terima kasih Cika dan papa tidah takut…tapi kaget sekali ”
Cika : ” Papa pasti mendapatkan rejeki yang lumayan …karena biasanya mereka yang mengalami tragedi yang menakutnya terus ingat kepada Tuhannya pasti mendapatkan hadiah dari Allah..percayalah sama Allah ” Begitu tanggapan Cika tentang kejadian papanya.
Ahmadi : ” Ada sih seseorang yang membagikan rejekinya pada papa…tapi papa anggap hal biasa karena papa sering juga melakukannya ..” Dan meletakkan uang tersebut diatas meja lalu dimasukkan stoples kaca dan menutupnya ” Ini adalah rejeki anak yatim yang harus diberikan kepada yang lebih berhak ” , kata Cika Ahmadi terdiam ternyata anaknya Cika amat dewasa pemikirannya. Cika memapah papanya untuk beristirahat dan Rinjanipun sudah amat ngantuk.
Esok harinya ada petugas pabrik yang datang memberitahukan kalau pak Ahmadi dipanggil pimpinan pabriknya, Ahmadipum berangkat pagi itu yang ternyata memberikan pesangon separo karena pabrik dijual dan akan diberikan kekurangannya setelah pelunasan.
Cika : ” Ya ini rejeki yang Allah berikan, meskipun belim semuanya…tetap kita syukuri ”
Ahmadi : ” Iya ..dan engkau harus mengejar skripsimu Cika…karena uang sudah papa siapkan”
Cika : ” Baik pa..tapi aku akan tetap pegang ojol yang sudah Cika jalani selama ini ” Ahmadi memeluk putrinya yang segera melanjutkan kuliahnya di perbankan.
Palupi senang karena sudah naik semester, demikian juga Narto dan adiknya Gilang. Narto penjadi marketing di dunia perdagingan yang lebih selektif memilah pilah hewan sehat karena untuk menjaga kesehatan hewan dan karena Ia sekolah di STEKOM otomatis mengurusi administrasi yang berkenaan dengan komputer yang berkampus di jalan Majapahit Pedurungan. Hewan yang berasal dari Kabluk terkenal sehat dan bersih sehingga menjadi percontohan penyembelihan yang higienis sehingga mendapat bantuan pakan ternak tiap minggunya dari Kecamatan Semarang Timur. Panji penggantikan posisi mbak Susi yang pindah di Bandungan tempat orang tuanya yang bapaknya sakit tua , jadi mbak Susi menyerahkan semua berkas penyembelihan pada Panji Suroto. Acara perpisahan mbak Susi berjalan lancar, Parkiyem ikut membantu jalannya perpisahan
Parkiyem : ” Mbak Susi maafkan kesalahan saya karena sangat menyusahkan mbak Susi ”
Susi : ” Tak apa-apa mbak… itu hal biasa…dan tolong dampingi mas Panji bekerja ”
Mas Mangun : ” Trima kasih mbak Susi…tolong kalau jadi membuat peternakan sapi bisa bekerja sama dengan kami…”
Susi : ” Pak…pak…aku mau tani saja diladang, dan mboke tanam padi disawah…biar bapak kembali sehat ..”
Hari ini Palupi praktek melakukan pemeriksaan darah dan mengambil sample darah kedua orang tuanya, kakak serta adiknya di kampusnya .
Palupi : ” Waaahhh..ibuk ini Cholesterolnya tinggi kalau bapak agak berkurang ”
Parkiyem : ” La terus ibuk suruh piye…?”
Palupi : ” Ibuk harus minum obat penurun cholesterol ..besok akan Lupi mintakan di puskesmas..”
Panji : ” La… bapak minum obat tidak….?”
Palupi : ” Bapak masih normal dan harus selalu cek kesehatannya.