Giyono Saputro menyampaikan kabar baik kepada ibuk/bapaknya kalau keluarga Palupi menerima hubunganya dengan anaknya. Pak Legiman orang tua Giyono bersama ibu ingin melihat Palupi lewat hapenya.
Mas Giyo : ” Dia lagi ujian kenaikan tingkat…jangan sekarang ya buk…? ”
Bu Legiman : ” Yo wis…terus kapan ada waktu yang tepat…selak panen coklat..”
Mas Giyo : ” Kalau sudah selesai ujian..seminggu lagi katanya…”
Bu Legiman : ” Kamu sudah persiapan semuanya untuk lamarannya …? ”
Mas Giyo : ” Sudah buk …kan bisa ibu cek lagi kesiapannya…” Bu Legiman memeriksa kelengkapannya untuk ikatan Palupi .
Bu Legiman : ” Lho ini cincinnya mana…..? ”
Mas Giyo : ” Sudah dipesankan, dan nanti selesai kuliah akan mengambilnya di gang Pinggir ”
Rumah mas Giyo diperbaiki jelang lamaran dan dibantu orang tuanya untuk mengecat serta memperbaiki pintu dan jendela, Panji juga membenahi ruang keluarga sebagai tempat lamarannya.
Pelanggan 1 : ” Waaah diperbaiki ya pak….diperlebar ya…sehingga ruang makan pelanggan menjadi lebih nyaman apa mau dibuat restoran pak…? ”
Panji : ” Adalaaah…..namanya memperbaiki tentu dibuat lebih nyaman…” Panji tak mau menceritakan kalau Palupi akan dilamar mas Giyo nanti mereka ndak negatif penilaiannya, meskipun mereka cukup mengerti kalau mas Giyo sudah sukses tapi Panji tetap saja minder dengan predikat sebelumnya yang lebih terkenal sebagai ojol karena mas Giyo selalu memakai jaket ojol yang membawa rejeki untuknya.
Pelangan 1 : ” Denger- denger Palupi akan dilamar mas Giyo, ya selamat pak Panji…karena mas Giyo kini kan sudah jadi orang….” Panji agak heran ternyata pelanggan ada yang sudah tahu dan pak Panji hanya tersenyum sambil berucap : ” Insya Allah ” Parkiyem tetap tak berkutik karena tangannya kaku lagi di jari-jarinya selalu menyatu dengan jari tengahnya dan jari manisnya hal ini membuat Parkiyem tak nyaman dan meninggalkan pelanggannya untuk beristirahat. Panji menyusulnya kedalam kamar terdengar Parkiyem menangis karena jarinya amat pegal.
Panji : ” Maaf…ibu sakit lagi….dan butuh istirahat….maka warung makan Parkiyem hanya buka setengah hari ” lalu mematikan aplikasi gojeknya dan mengatakan tutup. Mas Giyo keheranan melihat aplikasi gojeknya yang menyatakan tutup , maka dia langsung menuju Tlogosari dan menemui calon mertuanya,
Mas Giyo : ” Ibuk kenapa pak….? ”
Panji : ” Ini jarinya dempet lagi…sudah dibilang sama Palupi untuk melakukan terapi tapi ibuk bandel ..”
Palupi yang dihubungi Mas Giyo segera mengangkat hapenya.
Mas Giyo : ” Sudah selesai ujian semesternya..? ”
Palupi : ” Sudah….ini mau pulang…, kita nanti jadi ke toko emas gang pinggir…?”
Mas Giyo : ” Iya…tapi ini sekarang kamu sedang ditunggu bapak dan ibu dirumah ” Palupi segera menuju ke rumah dan ngebut dalam hatinya berkata : ” Ada apa kok mas Giyo bisa sampai rumah…ibu…pasti ibuk….” . Sepeda motor ia parkirkan didepan warung dan menemui ibuknya yang kesakitan serta nyeripada pergelangan tangannya dan sekitar lutut dan siku tangannya bahkan membengkak bagian lututnya.
Palupi : ” Ibu makan lagi jeroan ya…? ”
Parkiyem : ” Kan cuma sedikit…”
Palupi : ” Sedikitnya ibu itu seberapa…satu piring yaaa… ?” Parkiyem diam saja karena merasa bersalah telah menyusahkan anaknya .
Palupi mengambil sample darah dan dibawanya ke kuliahnya lalu meminta adik kelasnya untuk memeriksa asam uratnya yang sudah diberi nama pada saat jam praktikum . Dengan diantar mas Giyo menuju Kedung mundu kampusnya.
Palupi : ” Kemarin asam uratnya 6mg /dl tapi sekarang menjadi 7,5 mg/dl berarti ibu banyak makan jeroan dan tentunya sambil ngumpet-ngumpet ”
Palupi membelikan obat asam urat dan juga membelikan obat herbal yang ada di apotik Kedungmundu. Ibu segera meminumnya dan setelah itu istirahat tidur tak boleh aktifitas kemudian Palupi bersama mas Giyo menuju gang pinggir untuk mengambil pesanan cincin pertunangan. Rasa bangga pada diri mas Giyo ketika mencoba memasukkan cincin tersebut dalam jari-jari masing-masing dan pas masuk dan keluarnya Mas Giyo membayarnya dan Palupi yang menyimpan cincin pertunangannya dalam dompet milik toko emas tersebut, Mas Giyo juga membelikan kalung beserta leontinnya dan gelang . Kalung dan gelang tersebut langsung dipakai karena Palupi akan diajak kerumah mas Giyo di Plampitan.
Bapak dan ibu Legiman menerima Palupi calon mantunya dan memasakkan kethewel /kluweh yang berharap memiliki rejeki yang luwih-luwih ( lebih-lebih ) sdan membuatkan sambal serta daun genjer kesukaan pak Legiman yang dicampur ebi . Palupi perutnya langsung kukuruyuk dan bu Legiman sudah mempersiapkan makan siangnya yang terlambat sekitar jam empat sore.
Ternyata hari ini hujan lebat Palupi kasihan pada ibunya yang masih sakit Asam urat dimana persendiannya selalu cekot-cekot dan panas disekitar persendiannya apalagi dengkul sudah memar.Bu Wagimin mempertanyakan sakit ibunya dan Palupi menjelaskan malahan pak Wagimin bertanya tentang pengobatannya.
Palupi : ” Untuk sementara ibu saya belikan obat dulu baru besok ibu akan kami bawa ke rumah sakit biar tuntas semuanya.”
Pagi hari mas Giyo mengantarkan Parkiyem ke Klinik kesehatan agar mendapatkan rujukan selanjutnya ke rumah sakit Ketileng yang ditunjuk oleh BPJS lagi pula RSUD Ketileng yang paling terdekat dengan Tlogosari , Parkiyem duduk diruang antri pasien menunggu nomor urutannya tiba . Pegal dan perih juga panas yang dirasakan Parkiyem di lutut kirinya dan berwarna kemerah-merahan sampai tak bisa berjalan, Palupi meminjam kursi roda rumah sakit yang kebetulan kenal dengan Palupi dan tak tega melihat ibuknya menderita dan haduh-haduh.
Mas Giyo mendorong kursi rodanya karena mendapat nomor panggilan menuju loket 3 dan Parkiyem harus melakukan cek sidik jari sebagai peserta BPJS sebanyak yang dibutuhkan selanjutnya menuju ruang dokter dan mengantri lagi. Mas Giyo menyemangati Parkiyem yang waduh- waduh setelah diperiksa dokter Lukitasari dia disuruh mengambil obat di apotik dan mengantri lagi. Palupi menikmati saja perjalanan menebus obat dengan penuh kesabaran . Ternyata tak ada pembayaran sedikitpun dari pihak BPJS dan memang alurnya seperti itu untuk mendapatkan obat. Petugas apotik menjalaskan cara minum obat tersebut dan dipisahkan mana yang diminum pagi dan siang serta malam hari.
Palupi : ” Terus obat yang di rumah sebelumnya boleh diminumkan apa tidak sus…?”
Petugas Apotik : ” Tinggalkan semua obat yang telah diminum dan pakai obat dari dokter Lukitasari saja mbak..?!” Parkiyem dijemput Mas Giyo yang membawa mobil dan menaikkan dalam mobil , Palupi tak tega dan menemani ibuknya sambil menjelaskan cara meminum obatnya. Parkiyem segera makan siang dengan sayur sop dan tempe bacem yang dibelinya di toko makanan serba ada di Tlogosari dan meminum obatnya lalu tidur.
Palupi : ” Mas Giyo aku tak tega melihat ibu keskitan saat menerima lamaran …”
Mas Giyo : ” Ya…tak apa…yang penting ibu sehat dulu…” . Parkiyem dalam kamar menangis karena mendengar Palupi membicarakan penyakitnya. ” Anakku wedok…sabar ya…ibu pasti sembuh karena engkau sudah menunjukkan perhatianmu pada ibu….” Parkiyem menangis sampai dia tertidur…jelang sore Parkiyem merasakan tangan dan kakinya tak senut-senut lagi dan terasa ringan melangkah saking senangnya Parkiyem berteriak : ” Pak….aku sudah sembuh..tangan dan kakiku sudah tak senut- senut lagi ” .
Palupi masuk kamar ibunya dan memeluknya : ” Ibuk tetep harus minum obat dan obatnya harus dihabiskan ..dan jangan coba-coba lagi makan jeroan…berbahaya….”
Parkiyem : ” Iya nduk…ibu akan manut sama kamu….” Parkiyem menyesal karena sering makan jeroan seperti limva.., hati…serta usus yang selalu dicampur nasi gorengnya .
Palupi : ” Betul….meski hanya sedikit jangan makan jeroan ” Panji mulai hari ini tak membawakan jeron dan lain-lain yang membuat istrinya sakit. Mas Giyo pulang dan segera merencanakan lamarannya pada Palupi. Gilang pulang sehabis les disekolahannya dan mendapati ibuknya sudah berjalan sendiri mengambil air minum.
Gilang : ” Ibuk sudah sembuh….jadi bisa dong mengambil raportku disekolah besok hari Sabtu.. ”
Parkiyem : ” Nanti bapak yang ambil rapotmu karena ibu biar sembuh benar “