PARMIN episode 5

Ke Jepang

Parmin, memberikan pengarahan, pada Tarjo, Andi dan Jupri, karena satu bulan setengah waktu yang dijanjikan pada pak Trisno harus selesai, dan mereka harus terus lembur..dan masih tersisa 3 mini bus yang belum diantar dari 5 bus. Pak Rahmat betul -betul memperhatikan kerja Parmin yang begitu cepat dan sigap. sambil bercerita Parmin bekerja mengotak-atik mobil pelanggan baru, anak-anak bengkel melongo mendengar cerita Parmin, seolah tak percaya…dan hati mereka deg-degan campur aduk.

” Iki aku ngimpi ora yoo…? Jupri menepuk pipinya keras-keras.

” Yen kowe ngimpi wis tak gebyur !! rugi aku rak nggebyur awakmu…!!” serang Andi

” Wis to !, ojo malah do ngomong dewe, iki mas Parmin dadi mandeg le crito, nggatekke ngono lo..!! Tarjo agak marah pada Andi dan Jupri

” Nanti kalau aku jauh, kalian bisa mengingat apa yang aku kerjakan saat mengalami kesulitan…biar gak lupa ngono ” seru Parmin. Mereka jadi manggut-manggut.

” Andi, tolong hidupin, semoga mau nyala…” suruh Parmin, memang akhirnya nyala juga

Parmin lega dan segera dia bangun melepas wears pack, menyuruh mereka memberesi dan membersihkan mobil tersebut.

 

Malam itu begitu melelahkan,  3 mini bus dari pak Trisno kelar selama dua  minggu, dan akan datang ke rumah malam ini ketemu Parmin.

” AsalamuAllaikum mas Parmin, ” Pak Trisna sudah sampai rumah, Pak Rahmat agak mengeraskan suara shollatnya, maka pak Trisna pun diam dan menunggu di teras. Parmin segera membukakan pintu dan bersalaman

” Pripun pak Trisna saget kula bantu ? ”

” Ohh..gak ada mas, cuma mau ngobrol saja” begitu jawab pak Trisna

” Ya ada sedikit tangklet mawon, mas Parmin sios ting Jepang ? trus kinten-kinten kapan? ”

“Inggih pak, tanggal 20 saya sudah meninggalkan Indonesia”

” Sudah diurus semua surat, visa dan pasportnya mas ?”

” Sudah pak, yang urus sekolah SMK, Astra, dan pihak pendidikan dari Jepang, Alhamdulillah”

” Kalau ada kebutuhan saya siap bantu mas.”

” Alhamdulillah, matur suwun pak Trisna, saat ini saya belum tahu kebutuhan di Kampus soalnya yang atur dari pihak Astra ngaten pak, termasuk ticketnya juga sudah disiapkan dan saya berangkat ditemani dari staff Astra ”

” Wah sudah diplot semua ya mas ?”

” Kadose ngaten, saya tinggal njalani mawon ”

” Ini saya di perintah oleh pimpinan untuk memberikan uang saku perjalanan pripun gih ? soale nanti diperlukan untuk apa saya kurang tahu”

” Saya tiga bulan kembali lagi, mungkin untuk tiga bulan kedepan saja pak, pripun ? soalnya saya juga belum tahu tiga bulan ke depan belum keluar rencananya  ngaten ”

” Ooooh gih ..gih mas kabar baik saya bisa berhubungan dengan PT ASTRA  karena ini menyangkut Departemen Perhubungan untuk mengawasi Warga yang mengambil perkuliahan dengan Bea siswa di Luar Negeri harus dilindungi” begitu cerita pak Trisna, Parmin manggut-manggut, Betapa Tuhan mengasihinya … dan membantu suasana seperti ini

” Pak diunjuk riyen mumpung tasih anget ” ibu Rahmat mempersilahkan pak Trisno minum dan pak Rahmatpun sebentar menemani lalu masuk lagi karena khawatir mengganggu perbincangan Parmin dan pak Trisna

“Mas Parmin sore tadi sudah di transfer pembayaran minibusnya dan sudah lunas tolong dilihat dan saya minta emailnya mas Parmin untuk kedepannya”

” Gih..gih pak matur suwun bilih keuangan meniko urusan adik pak, Reni yang urusin, Parmin [email protected] email saya. Pak Trisna memberikan kartu namanya, dan segera minta pamit.

” Ren, tolong cek internet bankingnya ada masukan dari  pak Trisna ”

” Okey kak, iya ada nih kak , 27 juta kak lunas.”

” Sip..terima kasih adik cantikku ”

Parmin mengevaluasi bengkel dan memperbolehkan Reni bekerja  sambil belajar , Tarjo mendampingi pak Rahmat, selain tugas pokoknya di Kendaraan bermotor yang dibantu Andi, Andi tugas pokoknya di cucian motor dibantu Jupri untuk membantu semua pekerjaan dan pengecek alat-alat kerja termasuk jaga kebersihan dan menambal ban. Pak Rahmat dan Reni harus terus berhubungan email setiap ada kesulitan pada Parmin, jangan memutuskan keputusan yang ragu-ragu.

Saat ini Parmin hanya mengawasi pekerjaan bengkel semua pekerjaan harus ditangani dengan seksama, Parmin tidak memakai pakaian bengkel, jadi tak mungkin Parmin melakukan seperti dulu…ini hari tenang buat Parmin ,dia harus nyaman meninggalkan bengkel dan  sudah tertata personilnya, Reni menghitung stock opname persediaan bengkel aksesoris dan lainnya dilaporkan . Yang mau lembur harus melapor Pak Rahmat dan Reni bila salah satu tidak setuju lembur dibatalkan. Lembur hanya diperuntukkan hari Minggu atau libur dan lembur harian hanya untuk menyelesaikan pekerjaan hari itu , jadi pintu harus ditutup separo sehingga tidah ada kendaraan masuk lagi dan plang TUTUP langsung di pasang , lembur harian hanya satu jam sampai jam 17

” Pokoknya sewaktu saya tinggalkan kalian harus SEHAT itu yang terpenting, dan jangan menerima order mobil selain ban kempes ataupun pak Rahmat menerimanya karena resikonya lebih besar dibanding sepeda motor. untuk makan sebaiknya menggunakan jasa katering nanti saya dan Reni yang akan carikan atau ada usulan dari kalian saya tunggu sekarang..kalau tidak ada usulan bearti setuju,  “Ren kamu mau tanya apa..?”

” Tidak kak, besok-besok saja kalau Reni butuh langsung email pada kakak saja ”

” Baik! Selamat Bekerja, Saya dan Reni akan keluar” Parmin dan Reni segera meninggalkan ruangan mencari catering. ” Kak usul, kalau cateringnya mbok Sablah bagaimana, masakannya cocok sama mulut kita, lagian murah dan warung makannya bersih” begitu tanya Reni

” Boleh saja, tapi mbok Sablah harus antar makanan ke bengkel,tiap siang dan lembur bisa nggak dia ?” tanya Parmin

” Bisa.., bisa.., kak ” jawab Reni cepat

” Y a sudah ku antar kamu ke mbok Sablah, dan kamu yang nego  ya..?

” Oke beres kak.”

Selesai sudah tugas berat Parmin, dan saatnya untuk istirahat, trus rencana packing  pakaian . Parmin membeli kopor besar satu dan lainnya nanti cari di Jepang kan lebih ringan pikir Parmin. Hand phone berdering, dia tak tahu dari siapa kok gak ada namanya terpaksa dia diamkan tapi hape itu akhirnya bunyi terus dan terpaksalah Parmin angkat

” Hallo, sinten gih..?”

” Parmin …kejam benar tak mau angkat telpon aku..?”

” Ini…ini..ini….” bingung Parmin

” Miciko , aku..”

buru-buru Parmin jawab, ” Maaf Keiko San, saya kira siapa..”

Miciko menanyakan kapan berangkatnya, karena Parmin sudah didaftarkan mengikuti test penyetaraan SKS  dan Parmin baru packing pakaian. hape berdering lagi..kali ini dari pak Sony Astra dan memberitahukan sebentar lagi akan ada temen keberangkatan datang kerumah, dan akan menginap di rumah Parmin sampai waktunya tiba. Dia bernama Tamazagi dari UNY Jepang ditugaskan ke Astra untuk memandu bahasa Jepang Parmin  sampai bisa, dan mengkontrol kebutuhan suku cadang Astra

Benar juga selang beberapa jam tamu datang, Tamazagi sekamar dengan Parmin. Orangnya periang dan banyak cerita, selalu menyelipkan bahasa Jepang diantara pembicaraan membuat Parmin senang, dan caranya mengungkapkannyapun langsung sehingga seolah-olah Parmin bisa lancar bahasa Jepang dan pembicaraannyapun langsung sama Parmin. Orang tua Parmin senang melihat Parmin berbicara dan bergurau dalam bahasa Jepang di rumah, begitu juga saat di bengkel semua pembicaraan Parmin diawasi ketat kecuali pembicaraan dengan karyawannya , adik dan bapaknya itupun kadang Parmin menggunakan bahasa Jepang, agar Tamazagi senang.

Persiapan sudah matang tinggal menghitung hari, Kinanti meminta Parmin menemani seharian dirumah, Tamazagi pun memperbolehkan karena  ini hari Minggu memberi kesempatan berdialog panjang, dua hari lagi Parmin sudah harus terbang.

Pak Rahmat menerima mobil pelanggan karena koplingnya njeblos, dan dia sanggup memberi waktu satu minggu, Parmin diam saja semua sudah di serahkan pada bapaknya, karena tenaganya harus siap kalau sudah memegang mobil harus sampai selesai. Reni belum ada…”kasihan adikku..harus membantu bapak sambil belajar …seperti aku dulu semoga diberikan kesehatan untuknya…” demikian Parmin berdoa selagi berada di meja kerja Reni.  Ruangan itu berisi tiga meja kerja untuk pak Rahmat, Parmin, dan Reni. Meja Parmin bersih  karena memang sudah dikosongin dan yang  di tinggal hanya catatan-catatan kecil  yang diperlukan Reni, Parmin beralih ke meja pak Rahmat disana terdapat foto pak Rahmat sedang diajarin setir mobil oleh Parmin, ceria banget kelihatannya pak Rahmat, disampingnya foto ibu lagi masak dengan Kinanti, Foto satunya lagi Reni sedang naik motor mau berangkat sekolah, Parmin memfoto ketiga foto itu di hape, Tamazagi minta foto bersama Parmin di dekat Bengkel motor dan cucian bersama anak-anak bengkel juga. Pak Rahmat dengan baju bengkelnya dengan tangan penuh oli meringis menggelikan, Reni datang langsung difoto masih memakai helm masuk bengkel berseragam sekolah.Mereka itu sahabat tersayangku….keluargaku..orang-orang yang terpatri di hati ini…hatinya luluh meskipun ceprat cepret..sepertinya anak-anak bengkelpun merasa sama keadaannya seperti Parmin, dan mereka meminta pelanggan untuk memfoto keadaan ini untuk diabadikan.

” Kono aida arigato gozaimashita “ucapan terima kasih Tamazagi kepada semua anak bengkel dan semua yang ada di situ.Parmin pamit karena besok dia sudah ada di Jakarta dan langsung terbang ke Jepang.

Pak Kepala Sekolah, Pak Wondo , Pak Ruslan dan bu Retno bersama murid teladan ikut mengantar sampai Ahmad Yani, Tarjo jadi drivernya Parmin bersama keluarga dan Tamazagi .Di Ahmad Yani ibu gak kuat akhirnya pecah juga tangisannya

” Ati-ati ning kono yo Le…selalu berdoa.. agar dimudahkan pekerjaan kamu dan selalu sehat” Parmin memeluk ibunya  leher rasanya kelu,

” Iya bu ,ibu juga jaga kesehatan, Parmin cuma tiga bulan dulu bu, tak usah khawatir, doa ibu yang selalu Parmin pinta” . Tamazagi mengurusi cek inn dan bagasi, memanggil Parmin untuk segera boarding pass, Parmin segera berpamitan bapak dan adiknya, pada semua guru dan murid teladan, sekali lagi dia peluk ibunya lalu meninggalkan mereka menuju ruang tunggu keberangkatan.Pak Rahmat dan ibu mengucapkan terima kasih pada Guru-guru yang sudah demikian perhatiannya pada Parmin. Mereka semuanya meninggalkan Bandara kembali ketempat masing-masing.

Jam 18.10 Parmin tiba di Jakarta, menunggu keberangkatan ke Jepang jam 22.00 , Tamazagi dan Parmin jalan-jalan sambil ngobrol sekali kali foto selfi , dan makan nasi goreng, terdengar panggilan untuk segera boarding pass  dan buru-buru menuju tempat yang dituju.

Rasa deg-degan menyelimuti hati Parmin, baru kali ini  dia melakukan terbang begitu lama ke Luar Negeri lagi, Tamazagi mengetahui kalau Parmin merasa tegang, maka ia mengajaknya ngobrol dan bermain tebak-tebakan…dan merekapun tertawa bersama, dan terdengarlah panggilan dari Garuda mengharap penumpang dari Jakarta menuju ke  Haneda Airport Tokyo Jepang segera memasuki pesawat yang sudah di sediakan. Perlahan Parmin berdiri ” Bismillah awal perjalananku berikan kelancaran ya Allah…Amiin ” Parmin mengikuti Tamazagi dari belakang dan yang lainnya mengikuti demikian seterusnya. Parmin masuk melalui pintu depan dan sebagian ada yang masuk melalui pintu belakang, ketika Parmin masuk dan mencari tempat duduk terlhat ruangan yang besar itu sudah penuh penumpang. Ketemu juga tempat duduknya. Parmin dan Tamazagi berdoa sebelum pesawat tinggal landas dan mematikan hand phone setelah pamit sama ibu dan bapak lewat sms…”Selamat tinggal Indonesia aku berjuang untuk Kamu …..”


PARMIN

PARMIN

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2018 Native Language: Indonesia
Tambal Ban pak Rahmat begitu kecil dan kurang terawat, tapi sejak anaknya yang bernama Parmin lulus STM 3 Semarang membantu usaha bapaknya, lingkungan jadi bersih dan rapi, tambal ban sepeda motor itu jadi ramai karena keramahan Parmin dan ketelatenan menghadapi pelanggan, dan Parmin menambah buka cuci sepeda motor . Baik yang mau cuci sepeda motor maupun tambal ban dilakukan berdua dengan semangat dan penuh kesabaran otomatis pendapatan mulai meningkat, sehingga atas persetujuan bapaknya Parmin menambah tenaga cuci sepeda motorParmin sangat piawai mengatur keuangan karena dia harus mengurusi kedua adik perempuannya untuk sekolah dan dia juga ingin melanjutkan kuliah nantinya, adik perempuannya masih masuk SMP klas satu  dan kelas 3 SD Cita-cita Parmin ingin sekali bengkel itu besar dia sering membaca buku-buku tentang perbaikan sepeda motor dan mobil sambil menghafal cara kerja onderdil-onderdilnya dan memperhatikan sepeda motor yang dicucinya dan selalu menstater motor  dan meng cek semua hasil pekerjaannya, hal ini membuat pelanggan puas atas hasil kerjanya, kadang Parmin mendapat tip dan ia kumpulkan untuk keperluan cuci dan tambal Rahmat miliknya. Karena dari membaca dan kebutuhan pelanggan dia menambah pengadaan olie seperlunya , sehingga tambal Ban dan cuci motor tersebut berubah nama jadi Bengel RahmatSuatu hari Parmin mendapat seorang pelanggan cuci yg menawarkan motornya untuk dijual, karena kebutuhannya untuk anaknya masuk SMA ." Saksikan perjalanan Parmin untuk mengubah hidupnya".

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset