Pelet Hitam Pembantu episode 18

Chapter 18

Selesai dokter Andri menceritakan permasalahan tentang masalah Yati pada Kong Bitun, tampak sesaat lelaki tua itu termenung.

“Ehm….jadi mbak Yati ini kedatangan sosok wanita itu?”

“Iya Kong. Terlihat sangat menyeramkan. Tubuhnya rusak. Tulang-belulang mencuat dari tubuhnya. Dan saat dia menunjukkan jemarinya pada saya, mendadak terasa lemas seperti tulangku dilolosinya.”

“Hmmmm…. Rupanya masalah tempo hari belum selesai ya?” gumam Kong Bitun seraya mengisap cangklongnya.

“Masalah apa Kong?”

“Sebenarnya begini. Wanita itu…Eh, siapa nama anak gadis pembantu keluargamu itu Ndri?”

“Melati Kong.” ucap dokter Andri tegas.

“Ya. Dia belum bisa merelakan si Andri ini menikah Dengan siapapun. Bahkan sudah pernah juga mencoba melakukan percobaan pembunuhan, tapi Alhamdulillah Allah masih mengijinkan Andri hidup hingga sekarang.”

“Namun karena Melati itu akhirnya tewas dan menjadi arwah gentayangan, maka dia tak akan merelakan dokter Andri ini dekat dengan siapapun.”

“Maaf Kong. Dekat dalam arti apa ya?”

Kong Bitun tak menjawabnya. Dia menyerahkan cerita selanjutnya pada dokter Andri.

“Sebenarnya dulu pernah beberapa kali saya dekat dengan seorang wanita. Bahkan berniat untuk menjalin hubungan serius. Tapi semuanya tewas secara mengenaskan.”

“Irene. Anak dokter Prapto kenalan ayahku. Cantik, pintar, model dan calon dokter. Kami menjalin hubungan sudah cukup dekat. Bahkan sempat pula mengutarakan maksud pada ayahnya. Namun nasib buruk memisahkan kami. Tepat diulang tahun keduapuluh, secara tiba-tiba dia mengalami kebutaan, juga kelumpuhan.”

“Sempat beberapa bulan dirawat di rumah sakit. Namun akhirnya Allah lebih sayang padanya. Dia menghembuskan nafas terakhir tepat di hari jadi kami.”

Dokter Andri terdiam. Wajahnya menunduk. Seperti menyembunyikan sesuatu yang begitu kelam dan tak ingin dikenang lagi.

“Gadis kedua namanya Amel. Mahasiswa kebidanan yang kebetulan magang di rumah sakit yang sama. Teman dari suster Sherlina. Tentu kau sudah pernah berkenalan dengannya.”

“Dari kegiatan magang itu, lama kelamaan kami mulai dekat dan tiga bulan kemudian kami setuju untuk jadian. Namun di bulan kelima, tiba-tiba dia kehilangan kesadaran…”

“Maksudnya dok?” tanya Yati penasaran.

“Ya. Ia kehilangan akal sehatnya. Ia mengalami kegilaan.”

“Bukankah di rumah sakit pun ada dokter jiwa?” ucap Yati penasaran.

“Sudah tak kurang-kurang kami berusaha. Namun, semua usaha kami sia-sia. Tak ada satupun yang berhasil mengurangi penderitaannya. Setiap saat mau berontak. Bahkan dalam sehari harus menjalani suntikan pengendur saraf beberapa kali.”

“Sungguh aku tak kuat untuk mengenangnya…..hik hik hik…..”

Air mata tampak menetes dari pipi lelaki tampan itu. Terlihat kesedihan yang teramat sangat.

“Dan beberapa bulan kemudian, ia ditemukan tewas di kamarnya dengan leher menganga akibat sayatan pecahan kaca dari kamarnya sendiri…hik hik hiks…”

“Ia…ia…?” tanya Yati terbelalak.

“Ya. Ia bunuh diri. Tak ada satu orangpun yang memergokinya. Hanya saja…”

“Hanya saja tampak dari rekaman cctv kamarnya, terlihat ia seperti dipaksa oleh suatu kekuatan lain untuk menggorok lehernya sendiri.”

Kembali dokter Andri tergugu pelan.

“Setelah itu, lama sekali aku tak mampu menjalin hubungan serius dengan orang lain. Bahkan tak ada satupun perempuan yang kuajak tinggal dirumah kami.”

“Bahkan ibuku pun beserta adikku akhirnya memilih untuk tinggal di Amerika demi menghindari nasib buruk yang mungkin menimpa kami.”

“Terakhir, dua tahun lalu. Saat itu aku mendapat kenalan dari seorang teman. Namanya Maya. Cantik, energik, dan juga manis serta pintar. Profesinya sebagai seorang apoteker di sebuah perusahaan kosmetik. Namun, selain sebagai seorang normal, dia juga seorang indigo.”

“Saat pertama kali berkenalan, tanpa kuceritakan lebih lanjut, ia sudah mengetahui semua sisi kelam kehidupan pribadiku.”

“Lalu?”

Saat itu, dokter Andri dan Maya kebetulan bertemu dalam sebuah meeting antara perusahaan kosmetik dan rumah sakit.

Sebagai perusahaan yang cukup bonafit, perusahaan kosmetik itu ingin menjalin kerjasama dengan pihak rumah sakit. Bahkan saat itu dokter Andri didapuk sebagai ambassador oleh tim dari perusahaan kosmetik untuk mengedukasi pelanggan kosmetik tersebut.

Dokter Andri dipilih sebagai ambasador, selain karena profesinya yang memang cocok, juga pribadinya yang dikenal baik dan supel. Juga pelayanannya yang sangat ramah, sehingga membuat semua orang menjadi nyaman dengannya.

Dalam beberapa bulan kerjasama itu, sempat beberapa kali dokter Andri dilibatkan dalam roadshow kosmetik tersebut. Berkeliling seluruh Indonesia sambil promo di beberapa titik yang dianggap kompeten. Juga sempat beberapa kali syuting untuk acara di TV dan iklan.

Tiga bulan sejak kebersamaan itu, mulailah tumbuh benih-benih cinta diantara mereka.

Mulanya, dokter Andri sempat mengelak agar tak ada hubungan spesial diantara mereka, namun besarnya cinta Maya disertai kekerasan hatinya berhasil membuat dokter Andri menuruti apa kata Maya. Apalagi dikatakannya, Maya sanggup memutus nasib kelam dokter Andri.

Maya sendiri merupakan seorang indigo keturunan dari ayahnya yang juga seorang paranormal terkenal. Seringkali saat dokter Andri bertandang ke rumahnya, pasti saja selalu dibersihkan agar tidak ada lagi nasib buruk menghantuinya.

Karena setelah dijalani beberapa bulan terlihat nyaman dan aman, dan juga kecantikan Maya membuat dokter Andri merasa menjadi pria paling beruntung, maka mulailah dia merencanakan suatu perkimpoian.

Awalnya, hal itu sempat ditentang oleh ayahnya. Namun, karena kekuatan cinta keduanya yang besar, dan juga dirasakan beberapa bulan hubungan tak ada tanda-tanda buruk, maka dibulatkan tekad melangkah ke jenjang selanjutnya.

“Tapi, Abah tak yakin Mau, jika nanti kalian tinggal disana. Abah lihat rumah itu masih terlalu kuat aura gelapnya.” ujar abahnya waktu itu.

“Tenang Bah. Nanti Maya akan selalu bersihkan setiap hari. Abah yakin saja pada Maya.” ujar Maya menenangkan.

Benar saja, setelah disetujui waktu pernikahan yang ditentukan, maka Maya berniat membersihkan rumah Andri dengan kekuatan gaibnya. Sementara Andri tentu saja senang dengan hal itu. Karena dia sama sekali awam dengan hal tersebut.

Tengah malam, Maya terbangun. Dengan ditekankan oleh seorang kerabatnya dan juga tentu saja dokter Andri, Maya mulai melakukan ritual pembersihan.

Awalnya, semua biasa saja dan terasa sangat baik. Semesta pun sepertinya mendukung. Udara mengalir tenang, bahkan terlalu tenang untuk ukuran normal.

Namun, memasuki jam tigaan, tiba-tiba hujan turun begitu deras. Tapi anehnya, hujan hanya mengenai rumah itu dan beberapa rumah di sekelilingnya. Radiusnya tak sampai satu kilometer. Beberapa kali terlihat petir menyambar, membuat kobaran api pada pucuk-pucuk pepohonan yang terkena keganasannya.

Dokter Andri panik.

“May! Apa yang terjadi?” ucapnya panik dan mengajak Maya masuk kerumah.

“Tenang dulu Mas. Maya bisa mengatasi ini.” ujar Maya tak mau pergi.

Sempat beberapa kali kilatan petir mencoba menghabisi nyawanya. Suaranya yang menggelegar membuat bergidik siapapun yang ada. Bahkan terlihat rerumputan disekitarnya pun tampak gosong terbakar, akibat kilatan petir itu urung menyambar tubuhnya. Namun Maya tetap bersikukuh menyelesaikan pekerjaannya. Ia terus saja melakukan ritual pembersihan rumah itu.

“Dhuarrrr!”

Hingga akhirnya satu petir yang sangat besar tak mampu dihalanginya. Petir itu berukuran beberapa kali lipat dari ukuran sebelumnya. Membuat sekujur tubuh Maya hangus seketika dan menghitam. Tak lagi menyisakan satupun kecantikan. Api menyala-nyala melahap tubuh indahnya. Namun anehnya, sedikitpun Maya tak tampak menunjukkan kesakitan. Tak ada jeritan ataupun ucapan ketakutan. Maya tetap bersedekah dalam kematiannya yang tragis. Maya tewas seketika menjadi arang.

“Sejak saat itu, aku sama sekali tak berkeinginan untuk dekat dengan wanita manapun.” ucap dokter Andri lemah.

Sementara itu, Yati masih terlihat syok dengan cerita dokter Andri. Sebuah kisah paling tragis yang bahkan ia sendiri tak pernah terbayangkan akan mengalaminya.


Pelet Hitam Pembantu

Pelet Hitam Pembantu

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Sekonyong-konyong sebuah tas pakaian besar sarat isi menimpa tubuh mungil wanita berambut sebahu itu. Tak dikancingkannya retsleting dengan benar, hingga sebagian isinya berhamburan keluar."Aduh!"Wanita itu urung menutup wajah dan tubuhnya dari lemparan tas besar, hingga sempat mengenainya dan membuat tubuhnya tampak sesaat limbung, dan kemudian terjatuh duduk dengan lutut menghantam aspal jalanan.Penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera simak cerita dibawah ini.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset