Pelet Hitam Pembantu episode 19

Chapter 19

“Begitulah ceritanya….” tutup dokter muda itu seraya mengelap matanya yang basah oleh air mata.

Semua orang tampak menahan nafas mendengarkan cerita Andri yang begitu perih. Begitu perih hingga rasanya tak sanggup membayangkan jika ada di posisinya saat ini. Dibayangi begitu banyak kepiluan.

“Jadi sampai saat ini kau masih trauma?” ujar Kong Bitun yang seolah tak membutuhkan jawaban. Hanya helaan nafas panjangnya terdengar sebagai jawaban.

“Sebenarnya setiap masalah itu diciptakan pasti dengan solusi.” ujar Kong Bitun tegas.

“Seperti halnya setiap penyakit yang seberbahaya apapun, pasti Allah akan memberikan penawarnya.”

“Tapi itu semua tentu bukan perjalanan mudah.”

“Tapi, bagaimana dengan solusi dokter Andri?” ucap Mbok Minah tiba-tiba, yang sedari tadi hanya diam membisu.

“Ehm,…ibu ini siapa ya?” tanya Kong Bitun seolah baru sadar akan kehadiran wanita setengah tua itu.

“Oh, saya Minah. Saya bekerja di kediaman dokter Andri.”

“….”

“Sebagai pembantu pak.” ujar Mbok Minah meneruskan ucapannya.

Sesaat tampak Kong Bitun mengernyitkan kening, lalu mengangguk-anggukkan kepala.

“Sudah berapa lama?”

“Sekitar tiga tahun.”

“Jadi, saat kejadian wanita itu terbakar ibu pun ada disana?”

“Beliau tidak ada. Kebetulan saat itu sedang pulang ke kampungnya di Bogor Kong.”

“Bogor?” tanya Kong Bitun seolah memikirkan sesuatu.

“Ibu kenal dengan Bi War dan putrinya?” tanya Kong Bitun lagi.

“Dibilang kenal juga tidak. Tapi saya tahu orangnya. Kebetulan dulu rumah kami berdekatan. Hanya saja Bi War itu jarang pulang kampung. Sekalinya pulang pun pasti tak lama. Hanya sekitar beberapa jam saja. Dan selebihnya pasti sudah kembali lagi ke kota. Kami di kampung jarang yang betul-betul mengenalnya.”

“Bagaimana dengan keluarganya?”

“Mereka bisa dibilang keluarga tertutup. Jarang mau bergaul dengan masyarakat. Sehingga kamipun segan untuk mendekati keluarga mereka.”

“Ehm…gitu ya?” gumam Kong Bitun kemudian.

“Oke. Kembali ke masalahmu Ndri.”

Kong Bitun nampak menghela nafas panjang sebelum melanjutkan.

“Sebenarnya permasalahannya simpel. Dan jawabannya pun tak kalah sederhana. Hanya saja diperlukan sebuah kekuatan hati yang luar biasa besar yang siap untuk menerima apapun resikonya.”

“Sluuuurpp!” tampak Kong Bitun menghirup kopinya yang menjadi dingin akibat lama tak dinikmati.

“Dokter Andri harus menikah.” ucap Kong Bitun tegas.

“Menikah? Engkong bercanda?” ucap dokter Andri seraya tersenyum sinis.

“Sepertinya tidak mungkin. Aku tak tega dengan mereka.”

“Setiap wanita yang dekat denganku saja pasti tewas entah dengan jalan apapun.”

“Bukankah itu artinya sama saja memberikan umpan bagi arwah penasaran itu?” lanjut dokter Andri lagi.

“Tidak!” jawab Kong Bitun tegas.

“Tidak?!”

Semua keheranan dengan ucapan Kong Bitun.

“Lihatlah dia!” ucap Kong Bitun pada Mbok Minah.

“Beliau telah bekerja di rumah dokter Andri selama tiga tahun. Dan tak ada kejadian apapun padanya.” ucap Kong Bitun kalem.

“Tapi, mengapa selain beliau setiap gadis itu tewas Kong?”

“Tentu bisa kita tarik benang merah disitu.”

“Dari awal pertemuan kalian itu adalah untuk bisa menikah denganmu. Artinya, di alam bawah sadarmu sudah tertanam ungkapan bahwa kalian akan melakukan hubungan lebih dekat. Dalam arti menikah. Dan itulah yang memanggil sinyal kepada arwah penasaran itu untuk melakukan pembunuhan.”

“Sedangkan dengan wanita ini, niatmu sama sekali tak ada keinginan untuk menjalin hubungan lebih dekat. Betul?” tanya Kong Bitun lagi.

“Betul Kong!”

“Artinya dokter Andri bisa menikah dengan Mbok Minah untuk mematahkan sihir itu?” tanya Yati penasaran.

“Yaps! Betul sekali!” ucap Kong Bitun seraya menghisap rokoknya dalam.

Sementara dokter Andri dan Mbok Minah tampak kebingungan. Mereka heran dengan ide gila lelaki tua itu.

“Saya…menikah…dengan Mbok…?” ucap dokter Andri heran.

Mereka saling berpandangan. Masih belum bisa menerima pemikiran aneh seperti itu.

Bagaimana mungkin dokter Andri yang muda dan tampan akan menikah dengan wanita yang lebih pantas dipanggil ibu, atau bahkan neneknya?

Dokter Andri tampak sibuk garuk-garuk kepala, sementara Mbok Minah tersipu malu di sudut ruangan.

Sementara itu, di suatu rumah bekas peninggalan Yati dan Arman, kini tampak sepasang lelaki dan perempuan yang tampak menikmati kebersamaan mereka.

Sepeninggal Arman, kembali Wisnu mendatangi Isma yang tampak kesakitan akibat perlakuan mantan suaminya itu. Diusap-usapnya pipinya yang tampak memar kemerahan akibat tamparan Arman.

“Bagaimana? Berhasil kan trikku barusan?” ujarnya seraya tersenyum mesra.

Diambilnya pakaian Isma yang tergeletak di lantai serta dipakaikannya dengan mesra.

“Oh, jadi tadi itu trik kamu untuk menjebak Arman?” ujar Isma ketus.

“Ih, kamu benar-benar jahat ya? Masak harus sampai ngomong begitu sama Arman? Kan kasihan dia.”

“Iya dong sayang. Kalau nggak begitu bagaimana mungkin aku akan bisa memilikimu selamanya?” ucapnya seraya memeluk tubuh Isma mesra.

“Oke. Baiklah kalau begitu.”

“Lalu, apa kita akan langsung meresmikan hubungan kita?” tanya Isma menagih janji.

“Kenapa tidak? Toh kamu sekarang sudah diceraikan lelaki bodoh itu kan? Itu artinya kamu sudah bebas. Iya nggak?”

“Iya dong sayang. Memang kamu itu ya. Selalu banyak cara agar keinginanmu tercapai.”

Isma mengambil dua botol softdrink dan memberikan salah satunya pada Wisnu.

“Gluk, gluk, gluk!”

Ditandaskannya sampai habis minuman itu, dan dihempaskannya badannya ke atas kasur.

“Lega. Akhirnya aku bisa bebas dari dia.” ucapnya lega seraya memejamkan mata.

“Ya. Itu artinya aku bisa bebas datang kapanpun juga kan?” ucap Wisnu menggoda seraya mencolek hidung bangir Isma.

“Iya. Asal berani saja sama si nenek Lampir.” jawab Isma ketus.

“Nenek Lampir?!” tanya Wisnu melongo.

“Iya. Si Maida, istri Mas Wisnu.”

“Oh, soal dia mah tenang aja. Cincai lah. Yang penting tiap hari aku nongol disana, urusan lain bakalan oke.”

“Kenapa nggak Mas Wisnu ceraiin aja dia?” tanya Isma menuntut.

“Oh, gampang urusan itu mah. Nanti juga oke.” ujar Wisnu menyembunyikan sesuatu. Dia tahu kalau dia tak mungkin menceraikan Maida. Karena seluruh kekayaan yang ada milik Maida peninggalan orangtuanya. Sedangkan dia sendiri hanya sekedar menjalankan saja.

Sambil memain-mainkan ujung rambut Isma yang curly, tiba-tiba Wisnu bergumam,

“Kira-kira, Arman saat ini ngapain ya?” tanya Wisnu pelan, seolah sedang berbisik saja.

“Ah, ngapain sih mikirin dia? Mendingan kita mikirin diri kita aja Mas. Mas mau punya anak berapa dari aku?” ucap Isma manja seraya melayangkan satu kecupan hangat pada bibir Wisnu yang langsung mematikan lampu kembali.

“Apa tak ada cara lain Kong?” tanya dokter Andri seolah tak sepakat dengan ucapan Konh Bitun.

“Ada. Tapi yang ini belum teruji.” ucap Kong Bitun seraya menatap Yati.

“Maksudnya Kong?”

“Begini. Aku mau tanya kepada kalian berdua. Tolong dijawab dengan jujur!”

“Baik Kong.” jawab mereka serempak.

“Karena ini menyangkut tingkat keberhasilan kalian.”

“Baik.” ucap dokter Andri mantap.

“Nah, kamu dulu Andri.”

“Apa kamu punya perasaan khusus pada Yati?”

“Hah!”

Dokter Andri tak langsung menjawab. Seakan ia ragu dengan jawaban yang akan diutarakan.

“Nah, bagaimana Andri?”

“Saya tak tahu Kong.” ucap dokter Andri lemah.

“Hemm,… aku tahu persis jawaban yang ada di hatimu. Jauh di lubuk hatimu sebenarnya kamu cukup tertarik. Namun karena berbagai kondisi engkau berusaha menafikkan perasaanmu. Benar?” tanya Kong Bitun pelan.

“Iy…iya Kong. Saat ini saya sudah cukup puas untuk bisa bersamanya. Saya takut terjadi hal yang tidak baik untuknya.” jawab dokter Andri yang berhasil membuat hati Yati berdesir.

“Dan kau sendiri? Aku tahu persis kau juga menyukainya. Tapi tak berani berharap lebih karena keadaannya. Benar?” tanya Kong Bitun pada Yati tegas.

“Saya seorang janda Kong. Sungguh tak pantas bagiku untuk berharap yang terlalu jauh. Saat ini sudah cukup banyak kebaikan dokter Andri yang bahkan saya berpikir berat untuk bisa membalas semua kebaikannya.”

“Nah. Begitu dong. Ntu nyang aye demen!” ucap Kong Bitun tiba-tiba dengan logat Betawinya.

“Maksudnya Kong?”

“Jadi kalian berdua yang akan menikah.”

“Hah!” lagi-lagi mereka bengong.


Pelet Hitam Pembantu

Pelet Hitam Pembantu

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Sekonyong-konyong sebuah tas pakaian besar sarat isi menimpa tubuh mungil wanita berambut sebahu itu. Tak dikancingkannya retsleting dengan benar, hingga sebagian isinya berhamburan keluar."Aduh!"Wanita itu urung menutup wajah dan tubuhnya dari lemparan tas besar, hingga sempat mengenainya dan membuat tubuhnya tampak sesaat limbung, dan kemudian terjatuh duduk dengan lutut menghantam aspal jalanan.Penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera simak cerita dibawah ini.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset