Pelet Hitam Pembantu episode 23

Chapter 23

“Ap-appa? Apa Mbok?” ujar Yati tertegun. Matanya menatap nanar.

“Itu Mbak. Tangan Mbak. Tangan…..” seru Mbok Minah dengan telunjuk terulur. Gemetaran. Seolah ada beban berat yang tak kuat dipikulnya.

“Tangan apa Mbok?” tanya Yati seraya menggerakkan kepalanya berkeliling. Ia sempat khawatir kalau-kalau mahluk itu mengikutinya sampai ke rumah ini.

Dahinya berkeringat. Wajahnya pucat. Ia masih ingat betul bagaimana kali terakhir ia bertemu mahluk itu hingga sekujur tubuhnya kaku dan lumpuh.

“Itu Mbak. Tangan.” ucap Mbok Minah lagi. Masih dengan tangan terulur.

“Tangan apa Mbok?” ucap Yati lagi seraya mengangkat tangannya.

Seketika ia menjadi sadar. Telah terjadi keajaiban padanya.

Segera ia berseru keras,

“Mbok! Mbok! Tangan Yati Mbok. Tangan Yati!” ujarnya dengan tangan terangkat.

Ya. Tangan itu bisa terangkat. Tangan itu kembali normal. Yati bersorak gembira.

“Mbok! Ya Allah Mbok. Tangan Yati bisa digerakkan Mbok.” ujarnya gembira.

Kedua wanita beda usia itupun berpelukan. Mereka sangat bahagia dengan keberkahan yang baru saja mereka terima.

Disaat yang sama, tiba-tiba muncul Kong Bitun dari ruangan belakang seraya melinting rokok klobotnya.

“Eh, ada apa nih? Kayaknya pada lagi seneng?” ucap Kong Bitun pada mereka.

Mbok Minah yang tersadar dengan kehadiran pria tua itu segera menyahut,

“Iya Kong. Yati Kong. Yati sudah sembuh. Tangannya bisa digerakkan. Kasih tahu Mbak! Kasih tahu!” ujar Mbok Minah pada Yati.

“Iya Kong. Lihat jari-jari saya Kong. Lihat!” ujar Yati seraya menggerak-gerakkan jari jemari itu ke atas dengan gembira. Begitu besarnya kegembiraan itu laksana ia mendapat hadiah yang sangat besar.

“Hmmmm…. rupa-rupanya dia tak bohong. Dia tlah pergi.” ucapnya pelan seraya menghisap rokoknya.

Kong Bitun tersenyum senang. Diamatinya jari-jemari itu. Disentuhnya ujung-ujungnya untuk memastikan jari itu dalam kondisi baik.

“Gimana? Terasa?” tanya Kong Bitun merangsang saraf diujung jari.

“Iya Kong. Terasa. Terima kasih banyak Kong.” ucap Yati penuh hormat.

“Alhamdulillah. Ini harus diberitahu dokter Andri. Mudah-mudahan kutukan yang ada dalam dirinya pun telah hilang.”

Mendengar kata ‘dokter Andri’,mendadak Yati termenung. Ia takut jika responnya tidak sesuai harapan.

Ia tahu, disana pasti dokter Andri sedang beradik mahsyuk dengan wanita cantik itu, Michelle. Wanita berambut pirang dengan tubuh yang seksi. Juga wajah yang sangat cantik. Jauh berbeda dengan dirinya yang hanya seorang perempuan kampung. Jangankan orang lain, saudara tirinya pun telah dengan tega menghancurkan hidupnya. Tanpa terasa air matanya kembali menetes.

“Kenapa Yati? Kamu nggak mau memberikan kabar baik ini padanya?”

Terlihat sedikit keraguan pada air mukanya.

“Kamu kecewa padanya?” tanya Kong Bitun lagi.

Yati menggelengkan wajahnya.

“Enggak Kong. Yati tahu benar. Yati nggak cocok menjadi pendampingnya.”

“Lalu?”

“Yati mau pergi saja dari kehidupannya.”

Sesaat Kong Bitun terdiam. Dirinya paham apa yang menjadi pertimbangan Yati.

Ditatapnya lembut wanita itu. Ia teringat akan anak perempuan semata wayangnya. Jika saja ia masih hidup tentu usianya pun takkan jauh beda dengan Yati kini.

“Lalu, kau mau kemana Nak?” ucap Kong Bitun lembut. Ia tak ingin Yati kembali terluka.

“Enggak tahu Kong. Hanya saja aku mau menjauh darinya untuk sementara ini.”

Kong Bitun menatap Mbok Minah pelan.

“Bu, punya solusi untuknya?”

Mbok Minah yang ditanya hanya bisa terdiam. Ia sama sekali tak tahu harus berkata apa. Bagaimanapun juga saat ini ia masih bekerja di dokter Andri.

“Baiklah. Bagaimana kalau untuk sementara waktu kamu disini dulu?”

“Nanti kalau kamu sudah sehat betul akan kubantu cari pekerjaan. Sehingga kau tak perlu terkatung-katung di jalanan. Hidup ini keras Nak.” ucap Kong Bitun lagi dengan lembut.

Yati hanya bisa terenyuh dengan segala perhatian yang mereka berikan.

“Baik Kong. Terima kasih atas bantuannya.” ucap Yati lagi seraya mencium tangan Kong Bitun.

“Baiklah. Sekarang kamu istirahat dulu. Jangan terlalu banyak bergerak. Jikapun mau bergerak, usahakan dalam porsi kecil dulu.”

“Kamu bisa memulai dengan gerakan-gerakan jemari kaki dan tangan. Hal ini untuk menghindari trauma pada otot-ototmu. Besok baru kita tambah gerakannya. Insyaallah dalam dua hari kamu sudah bisa bergerak normal.”

“Baik Kong.” ucap Yati berbahagia.

Saat ini Yati benar-benar berbahagia. Sesaat ia terlupa akan kepedihan hatinya setelah pernikahannya gagal dengan dokter Andri. Baginya saat ini, kesembuhan dirinya adalah berkah yang luar biasa. Ia siap menyambut hari dengan jauh lebih kuat.

“Selamat Datang Besok Pagi!” ucapnya sebelum memejamkan matanya. Seulas senyum tampak terukir disana.

Sementara itu disisi lain, tampak Arman, mantan suami Yati yang juga sekarang terusir dari rumahnya menggelandang tak tahu arah. Tak tentu sehari ia bisa makan. Jikapun bisa pasti hasil dari mengorek tempat sampah.

Sore itu, selepas ia mengemis di perempatan lampu merah Cengkareng, dengan kaki lemah ditelusurinya jalan Kapuk Kamal. Dengan langkah gontai ditelusurinya jalanan yang tampak ramai oleh lalu lintas.

“Tin tin, tin tin!”

Beberapa pengendara tak sabar melihat jalannya yang terseok-seok. Ia memang sengaja tidak berjalan di trotoar. Dipilihnya lambung jalan yang banyak dilalui kendaraan.

Lelah hatinya karena terusir, juga karena rasa bersalahnya pada Yati menjadikannya putus asa. Tak ada lagi yang dipedulikannya. Saat ini hanya satu yang diinginkannya. Bertemu dengan Yati mantan istrinya. Atau bisa jadi juga bukan mantan. Karena secara hukum ia sama sekali belum pernah mengurus perceraiannya.

“Hoi, orang gila! Jalan yang bener dong!” ucap seorang pengendara yang tiba-tiba saja sudah berada di belakangnya.

Sekilas ia melihat pengendara itu. Tak ada niat sedikitpun meresponnya. Tak ada gunanya pula.

“Hei! Kok ngeliatin. Nyolot ya?” ujar pengendara tadi seraya menjejakkan kakinya pada tubuh Arman, hibgga sesaat tubuhnya oleng dan terjatuh ke kubangan air.

Melihat lawannya jatuh, bukannya ia merasa bersalah, justru ia senang. Bahkan terdengar gelak tawanya dari balik helm yang menutupi wajahnya.

“Haha….Rasain Luh!” seraya terus melaju pergi, sementara Arman ngomel panjang pendek tak karuan.

Disaat itu, tiba-tiba pandangannya terpaku pada satu sosok. Sepasang laki-laki dan perempuan. Mereka tampak berjalan mesra bergandengan tangan. Si lelaki mengenakan jaket hitam dengan tangan digulung, sedangkan si wanita tampak cantik dengan rambut ikal diurai sebahu dan setelan dress merah muda.

Melihat pasangan itu, sesaat ingatannya kembali pada Yati. Ia sangat merindukannya. Ia ingin sekali mengatakan bahwa ia menyesal sudah berbuat jahat pada istrinya itu. Seorang wanita kuat yang bahkan sudah menjadi tulang punggungnya selama ini.

Tanpa terasa, tiba-tiba tubuhnya ambruk di trotoar, tempat tadi pasangan muda itu melintas.

“Brukkkk!”

Dan sesaat kemudian, semuanya gelap.

Pagi yang cerah. Secerah harapan akan kesembuhan total Yati.

Pagi ini ia sudah mengatur jadwal; akan mulai berjalan.

“Ah, sudah jam enam rupanya.” batin Yati seraya melirik jam dinding.

Ia bangkit dengan merayapi tembok. Tak mudah untuk langsung bangun setelah sekian lama tubuhnya dipaksa beristirahat total. Dirasakannya otot-ototnya masih lemah dan tak bertenaga. Terlihat juga agak kecil dari ukuran seharusnya.

Dilangkahkannya kaki perlahan. Namun, baru beberapa tindak, kembali ia terjatuh duduk. Otot kakinya belum mampu menopang beban tubuhnya.

Tak mau putus asa, dicobanya lagi kaki melangkah. Kali ini tak perlu terlalu jauh. Cukup beberapa langkah itupun sudah cukup. Ia tak boleh terlalu memforsir. Tenaganya harus cukup kuat untuk kembali melangkah maju. Ia harus menjadi wanita yang kuat. Dunia itu kejam Yati, batinnya.

“Nah, bagaimana Nak Yati? Sudah lebih baik?” ucap Kong Bitun seraya membawa semangkuk ramuan herbal.

“Nah, Mbok Minah. Tolong urut-urutan kaki Yati ya. Dimulai dari telapak kaki hingga paha. Jangan ada yang terlewat ya.” ujar Kong Bitun seraya menyerahkan ramuan urut itu pada wanita tua itu.

“Insyaallah dua hari lagi, kamu sudah bisa berjalan normal. Yang penting rajin diurut dan rutin dipakai ramuan herbal ini. Jangan lupa juga jamu yang sudah aku buatin diminum. Paham?” ujar Kong Bitun yang langsung diiyakan Yati.


Pelet Hitam Pembantu

Pelet Hitam Pembantu

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Sekonyong-konyong sebuah tas pakaian besar sarat isi menimpa tubuh mungil wanita berambut sebahu itu. Tak dikancingkannya retsleting dengan benar, hingga sebagian isinya berhamburan keluar."Aduh!"Wanita itu urung menutup wajah dan tubuhnya dari lemparan tas besar, hingga sempat mengenainya dan membuat tubuhnya tampak sesaat limbung, dan kemudian terjatuh duduk dengan lutut menghantam aspal jalanan.Penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera simak cerita dibawah ini.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset