Pelet Hitam Pembantu episode 24

Chapter 24

“Brukkkk!” sekonyong-konyong sesosok tubuh jatuh berdebuk dan tergeletak pingsan. Tampak sangat mengenaskan keadaannya. Sekujur tubuh kotor oleh debu dan keringat. Rambutnya yang ikal gondrong dibiarkan panjang tak terurus. Begitu juga dengan kumis dan cambangnya. Kumal dan kotor layaknya sapu ijuk. Sementara dari badannya terpancar bau apek yang luar biasa. Entah sudah berapa lama tubuh itu tak tersentuh air mandi.

“Cih! Gelandangan!” umpat seseorang tak mempedulikannya. Dilangkahkannya kaki begitu saja melintasi tubuh yang tergeletak tak berdaya itu.

Yati yang saat itu sedang sibuk di tempat kerjanya melirik sekilas. Ya. Sudah tiga hari ini setelah badannya fit ia mulai berjualan mi ayam di pinggir jalan. Tentunya dengan ditemani Mbok Minah sebagai rekanannya.

“Siapa Mbok?” tanyanya pada Mbok Minah yang turut membantunya.

“Nggak tahu Mbak. Paling hanya gelandangan yang sakit. Biasa itu mah.” kata Mbok Minah tak acuh. Mungkin baginya memang kehadiran sosok itu tak terlalu penting.

Yati sesaat memandang keluar dari balik jendela. Sepertinya dia kenal sosok itu. Tapi dimana dan kapan ia sudah lupa.

“Nggak perlu ditolongin Mbok?” ujarnya sekali lagi.

“Biarin aja Mbak. Nanti kebiasaan. Biasanya orang begitu kalau ditolongin malah balik mukul kita.”

“Ibarat nolong anjing kejepit Mbak.” gumamnya seraya terus menyiangi sayuran hijau di tampah.

“Tapi nanti kalau dia kenapa-kenapa gimana Mbok?”

“Gimana-gimana gimana maksudnya?”

” Ya…kalau mati disini gimana Mbok? Apa malah nggak makin seram?”

Tak terdengar jawaban Mbok Minah atas pertanyaannya. Mungkin sedang sibuk dengan urusan lain di belakang.

Merasa tak tega, didatanginya sosok laki-laki yang tergeletak itu. Dan alangkah terkejutnya saat dibaliknya sosok itu.

“Astaga!”

“Mbok! Mbok!”

Segera Yati berlari menjauh dengan segenap perasaan kaget. Ia berlari ke belakang dengan menekap mulut dan matanya yang bersimbah air mata

Mbok Minah yang masih sibuk terkesiap dengan perubahan sikap Yati yang tiba-tiba.

“Ada apa Mbak? Ada apa?” ujarnya cemas.

“Itu Mbok. Itu…” ujar Yati seraya menunjuk sosok gelandangan yang pingsan tadi.

Mbok Minah yang penasaran segera bangkit dan perlahan didekatinya sosok gelandangan tadi.

“Yati….Yati….Maafkan aku Yati…” gumam pria itu tak jelas. Terus saja kata-kata itu digumamkannya tak henti-hentinya.

Mbok Minah yang melihat jadi tak tega. Dia berdiri menghadang sosok itu yang seolah mau masuk ke warung untuk mencari Yati.

“Heh! Siapa kamu? Apa yang kamu cari?”

“Mana Yati? Mana? Aku mau dia. Aku masih mencintainya.”

“Mana Yati?! Yatiiii…..aku minta maaf Yati. Aku masih mencintaimu.” ujar pria itu lagi dengan muka melas.

Mbok Minah segera mundur perlahan. Ia tahu. Saat ini yang dihadapinya bukanlah orang normal. Ia sudah gila.

“Mbak….memangnya itu siapa Mbak?” ujar Mbok Minah seraya berbisik pada Yati.

Sementara Yati tak langsung bisa menjawab. Air mata masih saja terus mengalir dari matanya.

“Siapa Mbak? Apa itu mantan suamimu dulu?”

Sesaat setelah terdiam, Yati mulai menjawabnya.

“Iya Mbok. Dia Mas Arman. Mas Arman suamiku. Tepatnya…mantan suamiku.”

Sementara itu, tanpa bisa dicegah sosok Arman sudah masuk dan mulai mengiba-iba untuk bisa dimaafkan olehnya. Tak dipedulikannya tatap aneh para pelanggan yang sedang duduk menyantap hidangannya masing-masing.

“Yati….maafkan aku Yati. Aku masih mencintaimu. Maafkan Mas Yati…” ujarnya tak jelas, layaknya bergumam.

Yati yang sudah mulai bisa menguasai diri mencoba menjawab walaupun masih menjaga jarak.

“Apa yang terjadi padamu Mas? Apa?” ujarnya tak tega pada Arman. Bagaimanapun ia pernah mendampingi suaminya itu bertahun-tahun.

“Aku telah dikhianati adikmu. Adikmu itu memang kurang ajar. Baji**an! Dia mengusirku dari rumah kita. Dia telah berselingkuh dengan Wisnu sahabatku. Huhuhuhu…..”

Arman terisak layaknya anak kecil.

“Sekarang aku yakin sama kamu Yati. Kamulah yang benar. Aku percaya sama kamu. Kamu dulu pasti sudah dijebaknya. Dijebak manusia durjana itu. Hahahaha….”

“Dia memang kurang ajar. Wanita siluman. Hehehehe…..huahahahaha….”

Berulangkali Arman mengomel panjang pendek dan tertawa-tawa.

“Uhuk uhuk….uhuk uhuk…”

Arman tampak lemah tak berdaya. Tubuhnya yang kurus kerempeng membuat penampilannya makin miris.

“Kamu sakit Mas?” tanya Yati tak tega.

“Enggak. Aku sehat. Nih!” ujarnya seraya memamerkan otot bisepnya yang kering kerontang layaknya kayu kering.

“Nanti, kalau aku ketemu Wisnu, akan kupukul dia hingga pingsan. Huahahahaha…” ujarnya seraya memukul dadanya sendiri layaknya kingkong.

Namun nahas, saat dia unjuk kekuatan, pukulannya terlalu keras menimpa dada kerempengnya, dan disaat yang sama, tiba-tiba dari mulutnya meluncur muntahan darah hitam kecoklatan yang berbau anyir dan busuk.

“Buk, buk, buk!”

“Surrrrrr!”

“Huekkkkk! Huekkkkk!”

Tampak darah itu meluncur deras membasahi baju dan badannya. Dan sesaat kemudian, ia kembali terjatuh pingsan. Tubuh itu kembali diam tak bergerak.

“Mbok?! Harus bagaimana ini Mbok?” ujar Yati kebingungan.

“Mbak Yati! Tunggu sebentar. Biar Mbok panggilkan dulu Kong Bitun.” ujar Mbok Minah dengan nafas terengah-engah melaju pergi mencari keberadaan Kong Bitun.

Lima belas menghilang, kali ini Mbok Minah datang dengan diikuti Kong Bitun.

Tampak gagah laki-laki tua itu berjalan. Masih dengan setelan baju pangsi merah dan rokok klobotnya, ia berjalan dengan langkah lebar.

“Kong!” ujar Yati begitu mendapati King Bitun sudah sampai di warungnya.

Sesaat Kong Bitun geleng-geleng kepala melihat penampilan Arman.

“Dia…dia…”

“Mantan suami kamu. Aku sudah tahu itu.” ucap lelaki tua itu datar. Tampak ada sedikit rona tak suka pada wajahnya.

Diseretnya begitu saja tubuh Arman menepi agar tak mengganggu orang lewat maupun pelanggan yang mau berbelanja.

Diambilnya air bersih, dan dicipratkannya sedikit pada wajah kotor Arman.

“Hhhhh……”

Bibir Arman tampak bergerak-gerak pelan. Sepertinya sudah mulai tersadar. Diusapnya wajahnya yang basah oleh air cipratan Kong Bitun.

“Hhhhhhhhhh…. siapa kau?” ujarnya pada lelaki tua itu, sementara yang ditanya hanya diam tanpa jawaban.

“Aku tanya siapa kau?” ujar Arman lagi seraya menatap nanar.

“Mana Yati istriku? Mana dia?” ujarnya lagi seraya hendak bangkit, namun dicegah oleh Kong Bitun dengan menekan dadanya, membuatnya urung bangkit.

“Hei! Apa-apaan kau ini? Aku mau menemui istriku.” ucapnya lagi mencoba memberontak.

“Plakkk!”

Tiba-tiba tangan tua itu melayang begitu saja pada pipi Arman tanpa bisa ditahan.

“Pantas saja kalau kau itu dibuang. Laki-laki payah!” ucap Kong Bitun keras.

“Setelah kau sia-siakan dia hingga menderita, kini kau mau kembali menjadikannya istri?” hardiknya lagi membuat sesaat Arman terdiam.

“Tapi aku masih suaminya. Dia masih istriku!’ bela Arman seraya tetap berusaha melawan.

“Belum pernah aku menceraikannya.”

“Kalau begitu, kenapa tak kau ceraikan saja dia? Toh lelaki sepertimu memang tak pantas baginya.”

“Kamu lebih pantas menjadi penghuni borongan bersama tikus-tikus itu.”

“Atau kau mah sekarang juga menjadi salah satu penghuninya?” ujar Kong Bitun seraya tangannya menyeret lelaki lemah itu.

Demi mendapati perlakuan keras itu, seketika wajah Arman meringis ketakutan.

“Ampun! Ampun!”

“Tolong Yati! Tolong aku!” ucap Arman memelas, sementara Yati tampak bimbang di sana.

Sementara Yati terjebak dalam kenangan bersama mantan suaminya yang tiba-tiba hadir dalam keadaan mengenaskan, di sisi lain tampak kesibukan dokter Andri mempersiapkan sesuatu menuruti orang tuanya.

“Ndri!” ucap Bu Medi lembut. Ia tahu anaknya tak seratus persen setuju dengan keputusannya. Dalam hati kecilnya masih tersisa sedikit keraguan disana.

“Ya Bu.”

“Kebahagiaan orang tua itu jika bisa melihat anaknya bahagia Ndri.”

“Tak mungkin ada orang tua yang menginginkan keburukan bagi anaknya.”

“Jadi, ibu mohon dengan sangat…terimalah perjodohan ini. Ibu yakin kamu akan bahagia dengan Michelle.”

Andri diam tak menjawab. Kedua tangannya sibuk mengepak segala perlengkapan yang akan dibawanya nanti. Sesaat ditimang-timangnya bebannya itu sebelum kembali dimasukkan Travel Bag.

“Walaupun dia lahir di barat sana, tapi ibu yakin benar dia masih tetap wanita timur yang sopan dan penuh adat istiadat.”

Disaat yang sama, tiba-tiba muncul Laras menghampiri mereka berdua.

“Bu! Ibu!” ucap Laras cepat. Nafasnya terengah-engah.

“Ada apa Laras? Kenapa kamu tampak cemas begitu?” ucap Bu Medi penasaran.

“Michelle. Mana Michelle Bu?”

“Loh, bukannya sedari tadi sama kamu?”

Bu Medi dan Andri tampak saling bertatapan.


Pelet Hitam Pembantu

Pelet Hitam Pembantu

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Sekonyong-konyong sebuah tas pakaian besar sarat isi menimpa tubuh mungil wanita berambut sebahu itu. Tak dikancingkannya retsleting dengan benar, hingga sebagian isinya berhamburan keluar. "Aduh!" Wanita itu urung menutup wajah dan tubuhnya dari lemparan tas besar, hingga sempat mengenainya dan membuat tubuhnya tampak sesaat limbung, dan kemudian terjatuh duduk dengan lutut menghantam aspal jalanan. Penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera simak cerita dibawah ini.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset