Pelet Hitam Pembantu episode 28

Chapter 28

“Gimana Dek? Sudah berhasil?” tanya Wisnu melihat Isma yang datang sambil tersenyum-senyum.

Melihat Wisnu, kontan reaksi Isma hanya tersenyum puas seraya mengangkat bahu.

“Pokoknya untuk urusan begitu, nih ahlinya Mas. Isma Almayanti!” ujarnya seraya menepuk dada, yang ditanggapi dengan senyum kepuasan juga oleh pasangannya.

“Iya. Mas percaya sama kamu. Tapi, ngomong-ngomong, apa yang kamu lakukan disana?”

Lalu Isma bercerita tentang peristiwa tadi, yang sontak ditanggapi dengan tawa terbahak-bahak dari Wisnu, hingga malam menjelang.

Mereka puas dengan hasil kerja hari ini. Dan berharap keesokan harinya rejeki berpindah ke tangannya.

“Ingat! Sukses bukan hanya kau harus berhasil. Tapi orang lain juga hancur. Hahahaha….”

“Kriiiing!”

“Ya Mas!” jawab Isma sesaat setelah mengetahui bahwa yang menelpon adalah Wisnu.

“Kamu ini gimana sih Dek?” ujar suara di seberang sana.

“Gimana apanya Mas?”

“Kamu bilang warung itu sudah hancur. Tapi kok malah pelanggannya makin banyak? Dan omzet kita malah makin anjlok.”

Sesaat tampak Isma berpikir, sebelum kemudian berujar kembali.

“Sepertinya ada yang salah Mas. Aku yakin itu.”

“Oke Mas. Nanti saya datangi lagi. Aku yakin pasti bisa mengatasinya kali ini.”

“Ya. Aku pun berharap begitu. Kau hancurkan sehancur-hancurnya. Oke?”

“Siap Mas! Hahahaha…”

Tak lama kemudian, meluncurlah ia kembali ke warung mie ayam tersebut. Tak lupa pula ia sudah membuat perencanaan seperti sebelumnya. Hanya saja kali ini ia tampil agak berbeda. Terlihat agak sedikit tomboy dengan jins kumal dan jaket besar kedodoran. Tak lupa pula topi yang disematkannya agak sedikit miring. Disulutnya rokok dengan gaya cuek.

“Mbak! Sini!” ucap Isma seraya melambaikan tangan pada pelayan.

“Eh, Mbak cantik. Mau pesan apa Mbak? Mie ayam level sepuluh?” sapa pelayan cantik itu lagi. Tak lupa juga seraya tersenyum manis.

Isma melirik sekilas wajahnya seraya tersenyum sinis.

“Iya. Pesan satu. Cepat ya!”

“Siap Mbak!”

Sama seperti kemarin, hari ini pun kembali mie datang dengan cepat dan sempurna. Asap panasnya membuat ingin cepat-cepat menyantap.

Tapi sama seperti kemarin, mie itu hanya diaduk-aduk saja. Dan persis seperti kemarin, hari ini pun kembali ia berteriak,

“Ahkhkhkh!” ujar Isma lagi seraya melemparkan mangkok hingga hampir terbalik.

“Ada apa Mbak?” tanya pelayan datang tergopoh-gopoh.

Dengan muka garang dan satu kaki diangkat ke kursi, ia berujar seraya memukul tangan ke meja.

“Apa-apaan ini?” ujarnya menunjuk mangkuk mie ayam di depannya.

“Ada apa Mbak?” tanya pelayan itu lagi seraya melihat ke dalam mangkok.

“Kamu mau meracuni saya ya? Masa ada tikus didalamnya?”

“Masa sih Mbak?” tanya pelayan lagi seraya mengaduk mangkuk itu. Dan benar, saat sendok diangkat, tampak seekor anak tikus mengambang disana.

Pelayan cantik itu menatap heran. Tangannya menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

“Kalian ini bagaimana? Ceroboh sekali!”

“Cuih!”

“Hei kalian pelanggan semua! Coba cek di mangkuk kalian? Ada tikusnya enggak?”

“Atau ada tulang-tulang kecilnya? Aku yakin itu pasti dari tikus yang dimasak di warung ini.” ujar Isma lagi seraya mengangkat tikus itu menggunakan garpu.

Terlihat pelanggan lain saling pandang. Dan beberapa pelanggan lain tampak mengaduk-aduk mangkuknya masing-masing.

“Jangan-jangan memang ini bisnis kotor kalian ya? Untuk mendapatkan keuntungan besar? Menjual mie ayam dengan daging tikus? Atau jangan-jangan juga daging babi? Kalian ini punya adab nggak sih? Berjualan barang kotor!”

Tampak pelayan itu ketakutan. Wajahnya pucat. Tampak beberapa rekannya berdatangan. Mereka tampak saling pandang.

“Eng…enggak kok Mbak. Nggak mungkin kami menjual barang haram seperti itu. Kami berdagang dengan benar kok.” bela teman pelayan itu.

“Oke. Terserah kalian! Sementara itu biarkan aku melaporkan ini kepada pihak yang berwajib. Biar kalian semua masuk penjara!” ucap Isma kasar seraya menunjuk pada pelayan dan kawan-kawannya.

Namun, sekonyong-konyong muncul wanita lain disitu.

“Hei! Ada apa ini?” ucapnya tegas berdiri diantara mereka.

Dan tampak ekspresi terkejut saat Isma menoleh nya. Namun tidak dengan wanita itu yang bernama Yati.

“Yati? Kkkk…kkkau…Yati?” ucapnya seolah tak percaya.

“Ya. Dan kebetulan akulah pemilik tempat ini.”

“Oooo…pantas. Sudah lama tak muncul, rupa-rupanya sudah jadi bos kamu sekarang ya.”

Nah, Boss! Aku mau melaporkan kasus ini pada polisi.”

“Atas dasar apa?”

“Kalian telah menipu pelanggan. Kalian bilang menjual mie ayam. Tapi kau lihat! Apa yang kalian jual? Mie ayam dengan daging tikus.”

“Apa masih kurang puas kalian bertindak curang? Kali ini kalian pasti habis.”

“Apa buktinya?”

“Ini. Aku menemukan ini. Lihat!” ujar Isma seraya menunjukkan bangkai tikus di mangkuk itu.

“Ehm…jadi kau makan mie ayam yang ada tikusnya?” tampak Yati tersenyum sinis. Ia sama sekali tak gentar dengan ancaman Isma. Sudah kebal dengan segala kecurangannya.

“Ya. Makanya aku mau laporin polisi saja biar mereka tahu rasa. Biar kalian dipenjara!” seru Isma keras.

Tampak pelayan itu maju untuk berbicara, namun dihalangi oleh Yati.

“Baiklah. Kalau memang kamu punya bukti silakan saja. Laporkan saja Isma. Kami menubggumu.” ujarnya tenang. Tak dihiraukannya pelayan yang mencoba melarang tindakan Yati.

Tak lama kemudian, datanglah serombongan polisi, lengkap dengan surat penangkapannya.

“Ini pak polisi. Silakan ditangkap saja pak! Mereka pembohong. Mereka penipu!” ujar Isma senang.

“Mereka melakukan penipuan. Mie ayam ini diisi dengan daging tikus pak. Ini buktinya.” ujar Isma lagi bersemangat. Ia yakin kali ini usaha Yati pasti kandas. Entah mengapa ia selalu merasa senang jika berhasil mengalahkan Yati. Diam-diam ia tersenyum senang.

Tampak komandan polisi itu maju dan siap melakukan pemeriksaan. Dikumpulkannya pelayan, tukang masak dan juga Isma sebagai pelapor. Tampak pula disana Yati berdiri.

“Baik. Karena memang ada bukti yang kuat atas terdapatnya bangkai tikus disini, maka kalian akan kami bawa untuk diproses. Dan warung ini sementara akan ditutup sampai batas waktu yang belum ditentukan.” ujar Komandan polisi itu mengeluarkan tanda garis polisi.

“Nah, benar kan kataku? Kali ini pun kau pasti kalah Yati.” ujar Isma seraya mengulaskan senyum sinis.

Saat polisi itu bersiap-siap menggiring Yati ke mobil patroli, sekonyong-konyong muncul Mbok Minah dari belakang seraya berkata.

“Tunggu pak polisi!”

“Iya Bu. Ada apa?”

“Kami punya bukti bahwa kami tidak bersalah. Silakan dicek.” ujar Mbok Minah menyerahkan sebuah rekaman dari layar hape pada Yati untuk diteruskan kepada komandan polisi.

Sesaat terlihat adegan yang menunjukkan bahwa Isma secara diam-diam sudah memasukkan bangkai tikus itu ke dalam mangkuk mie ayam tersebut.

“Nah, sekarang jelas ketahuan kan pak polisi? Siapa penjahat sesungguhnya disini.” kata Yati menyambung seraya tersenyum tipis pada Isma, yang ditanggapi dengan gusar.

“Nah, Mbak Isma. Silakan ikut dengan kami.” ujar polisi itu setelah mengetahui jelas duduk perkaranya.

“Pak Polisi! Bagaimana ini?” ujar Isma memohon.

“Tolong jangan tangkap saya pak!”

“Yati! Tolong aku. Katakan bahwa ini cuma bercanda!”

“Yati!”

Tak dipedulikannya Isma yang terus memohon. Digiringnya Isma ke mobil patroli untuk selanjutnya diproses atas tuduhan pencemaran nama baik.

“Baik. Masalah selesai. Yuk kembali bekerja!” ajak Yati pada para karyawannya, yang tersenyum gembira dengan hasil akhirnya.

“Tapi ingat teman-teman. Ini bukanlah akhir dari segalanya. Masih banyak gangguan lain yang bakalan kita hadapi.” ujar Yati menyemangati anak buahnya.


Pelet Hitam Pembantu

Pelet Hitam Pembantu

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Sekonyong-konyong sebuah tas pakaian besar sarat isi menimpa tubuh mungil wanita berambut sebahu itu. Tak dikancingkannya retsleting dengan benar, hingga sebagian isinya berhamburan keluar."Aduh!"Wanita itu urung menutup wajah dan tubuhnya dari lemparan tas besar, hingga sempat mengenainya dan membuat tubuhnya tampak sesaat limbung, dan kemudian terjatuh duduk dengan lutut menghantam aspal jalanan.Penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera simak cerita dibawah ini.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset