Pelet Hitam Pembantu episode 3

Chapter 3

“Ciiiiit!”

“Tin tin!”

Suara ban berdecit berhenti tepat di sebuah rumah yang lumayan megah. Rumah dua lantai dengan banyak pohon yang sejuk. Deretan bunga-bunga aneka warna menambah asri lingkungannya. Sesekali terdengar bunyi kecipak air dari kolam kecil dengan ikan-ikan kecil berenang di dalamnya.

“Sudah pulang Den?” sapa seorang wanita setengah baya yang tergopoh-gopoh datang dan membuka pintu gerbang besi setinggi dua meter.

“Nah, ini rumahku.” ujar dokter Andri setelah berhasil memarkirkan kendaraanya dan melangkah keluar.

Tampak wanita itu tersenyum ramah seraya mengambil tas dari tangan dokter tampan itu, dan berlalu meninggalkan mereka berdua.

“Makasih ya Mbok.” ujar dokter Andri seraya melenggang masuk.

Namun, baru beberapa langkah berjalan, ia berhenti dan membalikkan badan. Lalu, sambil tersenyum lebar ia berkata,

“Loh, Mbak Yati. Kenapa masih terdiam disitu? Ayo masuk!”

“Oh, iya. Iya Dok.” ujar Yati gugup.

“Mbak nggak usah sungkan-sungkan. Anggap saja rumah sendiri.”

Yati pun berjalan terjingkat-jingkat dengan kruk menopang kaki kanannya. Masih tampak gips menopang kakinya. Menurut dokter, kurang lebih sebulan baru bisa dilepas dan bisa berjalan normal.

“Nah, Mbak Yati sementara bisa tinggal disini dulu.” ujar dokter Andri setelah mempersilakan Yati duduk.

“Iya Dok. Terima kasih. Saya janji akan segera pergi setelah nanti sehat.” ujar Yati kikuk.

“Nggak usah terlalu dipikirkan Mbak. Santai saja.”

“Silakan minumnya.” ujar Mbok Minah seraya menyuguhkan segelas air putih dan setoples makanan kecil.

“Oh iya. Ini Mbok Minah. Kenalkan Mbok!”

Terlihat tangan wanita setengah baya itu terulur dan disambut Yati.

“Ini Mbak Yati Mbok.”

“Kebetulan kemarin saya yang menabrak mbak Yati ini, hingga keadaanya jadi seperti ini.”

Mbok Minah menatap prihatin pada Yati.

“Jadi gini Mbok. Mbak Yati ini kan belum ada tempat tinggal. Untuk sementara dia akan tinggal disini bersama kita.” ujar dokter Andri memperkenalkan Yati, yang ditanggapi dengan senyuman dan anggukan oleh Yati.

“Nanti tolong bantu Yati sampai dia sembuh seperti sediakala ya Mbok!”

“Iya. Iya Den. Mbok siap bertugas!” ucap Mbok Minah dengan muka melucu. Memang tampaknya walaupun sepertinya Mbok Minah teramat sungkan pada bossnya itu, tapi disisi lain juga terlihat cukup akrab.

“Ya sudah. Nanti tolong siapkan kamar di belakang itu ya Mbok. Buat tinggal mbak Yati ini.”

“Saya mau istirahat dulu Mbok.” ucap dokter tampan itu segera berlalu menuju kamarnya. Kamar besar dengan gorden ungu tua kesukaannya.

“Dok! Dok!” seru Yati.

“Ada apa mbak Yati?”

“Bukankah saya kesini untuk bekerja ya?”

“Oh, soal itu? Nggak usah dipikirin dulu Mbak. Yang penting mbak sehat dulu aja. Soal pekerjaan, gampang.” serunya dengan tetap berjalan.

“Ayo mbak Yati! Mbok antar ke kamar.”

Dituntunnya Yati berjalan. Pelan, karena memang Yati belum bisa sepenuhnya berjalan normal. Sesekali tampak dia berhenti dan menarik nafas sejenak sebelum dilanjutkannya lagi perjalanan.

Tak berapa lama, sampailah ia di kamar yang dimaksud. Dibukanya perlahan kamar itu. Tampak sebuah kamar yang cukup bagus. Bahkan lebih bagus dari kamarnya dulu sewaktu belum diusir Arman mantan suaminya.

Terlihat sebuah dipan lengkap dengan selimut dan badcover bergambar beruang coklat. Terlihat manis dan elegan. Sementara diujung sana terdapat almari jati dengan tinggi dua meter. Lengkap dengan meja riasnya yang berkaca bulat dengan ornamen ukiran bunga-bunga mawar. Juga tampak dilengkapi lampu hias yang cantik. Benar-benar sebuah kamar yang cantik.

“Mbok? Ini kamar saya?” tanya Yati keheranan dan takjub.

“Iya. Ini kamar Mbak Yati. Silakan masuk Mbak.”

Yati pun masuk dan berdiri tertegun. Masih tak percaya dengan apa yang didapatnya.

“Pakaian mbak Yati nggak dibawa masuk sekalian?” ujar Mbok Minah menyadarkannya.

Yati ingat. Ia sama sekali tak mempunyai pakaian. Hanya pakaian yang melekat inilah yang tersisa setelah kecelakaan kemarin menghilangkan satu tas penuh pakaiannya.

“Saya nggak punya Mbok.”

Yati menunduk. Matanya berkaca-kaca. Ia sangat terpukul dengan keadaanya. Setelah kehilangan suaminya, pakaiannya pun lenyap. Hilang sudah.

Sementara itu, tiba-tiba dokter Andri sudah muncul dari arah belakang.

“Oh iya. Itu kan masih ada pakaian-pakaian yang masih bagus Mbok disana. Coba kasih tahu Yati. Siapa tahu cocok Mbok.”

Mbok Minah maju dan membuka almari pakaian disudut sana. Diperlihatkannya pakaian-pakaian yang masih tersusun rapi disana.

“Nah, Mbak Yati. Kalau mbak Yati mau berganti pakaian, silakan dipilih saja ya.” ucap dokter itu kembali pergi.

“Makasih ya dok!” seru Yati tanpa ditanggapi. Karena saat itu sudah tak terlihat lagi batang hidungnya.

“Makasih ya Mbok. Untung saya ketemu dokter Andri. Kalau tidak? Saya tak tahu nasib apa yang bakalan menimpa saya Mbok.”

“Den dokter memang orangnya baik banget Mbak. Nggak segan-segan menolong siapapun yang membutuhkannya.”

“Ya sudah. Silakan beristirahat dulu. Nanti kalau butuh bantuan, panggil Mbok saja. Mbok ada di ruangan sana.” ucap Mbok Minah seraya menunjuk satu ruangan putih yang lumayan lega di ujung bangunan itu. Dapur. Dan tak lama kemudian, tampak Mbok Minah melangkah pergi.

Yati masih termenung. Masih terheran-heran dia dengan jalan hidupnya. Secepat itu berubah. Dari seorang wanita bersuami, lalu terusir dan sempat menggelandang di jalan, lalu tertabrak mobil dan akhirnya dia mendapat perlakuan istimewa dari orang yang bahkan bukan siapa-siapa baginya. Huh, memang benar-benar hidup ini penuh rahasia. Bahkan kadang tanpa sedikitpun petunjuk untuk mencapai fase selanjutnya.

Yati berjalan pelan menuju almari pakaian. Sudah berhari-hari tak diganti bajunya. Terasa sedikit apek. Untung kemarin dia dirawat di ruangan VIP, sehingga tak keluar keringat banyak.

Diambilnya satu persatu baju yang ada. Dan dipantaskannya pada tubuhnya. Ajaib. Seolah-olah memang semua baju-baju itu diperuntukkan baginya. Semua terasa pas. Bahkan pemilihan warnanya pun benar-benar sesuai dengan seleranya.

“Hmmmm…. kok aneh ya? Semuanya pas banget di badanku. Aneh.” ujarnya pelan.

“Kira-kira siapa ya pemilik sesungguhnya?”

Ditutupnya pintu itu perlahan. Namun, saat daun pintu lemari yang berkaca itu menutup, tiba-tiba nampak satu bayangan berkelebat. Terlihat samar-samar dari bayangan di dalam kaca.

“Hah!”

Yati menengok ke belakang.

Tak nampak siapapun di belakangnya.

“Mungkinkah itu Mbok Minah? Atau dokter Andri?”

Sebenarnya ingin dia bertanya hal itu pada Mbok Minah, namun diurungkannya saja. Ia tak ingin dicap kepo. Mereka belum lama saling berkenalan. Tak mungkin baginya mencorengkan citra buruk dengan bertanya hal-hal yang tak perlu.

“Ah, lebih baik aku istirahat dulu saja malam ini. Mudah-mudahan besok bisa lebih baik. Aku tak boleh lama-lama menjadi beban disini.”

Diraihnya sehelai handuk dan dibawanya ke kamar mandi.

Tangannya mencoba meloloskan sedikit demi sedikit pakaian yang melekat di badannya. Perlahan. Masih tersisa sedikit rasa nyeri akibat kecelakaan hempo hari.

Dihidupkannya kran. Dipilihnya air hangat agar kondisi fisiknya kembali segar.

“Ahhhh….” segar sekali setelah berhari-hari tak mandi dengan benar. Hanya sesekali dilapnya ketiak oleh suster saat di rumah sakit. Dan kali ini ia berhasil mandi dengan benar. Mandi yang sesungguhnya.

Namun, kembali dia terkaget-kaget, saat sedang mengeramasi rambutnya, tiba-tiba nampak lagi satu bayangan berkelebat. Terlihat dari cermin besar yang dipasang di kamar mandi itu. Sesosok wanita berambut panjang dan hitam pekat. Baju merahnya menutupi seluruh tubuhnya. Wajahnya putih, terlihat samar-samar. Dan dia….dia….tersenyum menyeringai. Memamerkan giginya yang runcing dan berlendir.

Yati gemetaran. Tangannya seolah tak bisa digerakkan. Lututnya saling beradu. Dan sesaat kemudian….

“Brukkkk!”

Yati ambruk tak sadarkan diri.


Pelet Hitam Pembantu

Pelet Hitam Pembantu

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Sekonyong-konyong sebuah tas pakaian besar sarat isi menimpa tubuh mungil wanita berambut sebahu itu. Tak dikancingkannya retsleting dengan benar, hingga sebagian isinya berhamburan keluar."Aduh!"Wanita itu urung menutup wajah dan tubuhnya dari lemparan tas besar, hingga sempat mengenainya dan membuat tubuhnya tampak sesaat limbung, dan kemudian terjatuh duduk dengan lutut menghantam aspal jalanan.Penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera simak cerita dibawah ini.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset