Pelet Hitam Pembantu episode 31

Chapter 31

“Tak ada salahnya kita coba dulu Bu.” ucap dokter Andri kepada ibunya.

“Tapi, bagaimana kalau ternyata cara itu gagal? Lalu dia mati?” ucap Bu Medi seraya terisak. Tak lepas pandangannya dari tubuh Michelle yang tampak semakin lama semakin kurus saja.

“Bagaimana kalau kita minta pertimbangan Kong Bitun saja?” usul Laras pada ibu dan kakaknya.

“Sepertinya itu ide yang bagus.” ujar dokter Andri kemudian.

Malam itu Bu Medi nyaris tak dapat memejamkan matanya. Hatinya berkecamuk galau. Gundah menyelimuti hatinya yang selalu saja didera perasaan bersalah.

Ia masih ingat dengan sosok gadis pirang enerjik itu, Michelle. Gadis cantik yang selalu saja tampak aktif di setiap kesehariannya. Pergaulannya luas. Begitupun dengan wawasannya. Beberapa kali menyabet gelar Putri tercantik versi Amerika.

Selain cantik, pembawaannya yang menyenangkan menjadi daya tarik tersendiri. Dimanapun dia berada, seolah jadi magnet bagi siapapun yang ada. Semua orang; anak-anak, remaja, bahkan dewasa mengidolakannya.

Bagi yang masih perjaka, tentu berkeinginan agar bisa menikahinya. Sedangkan bagi seorang ibu, tentu berkeinginan agar bisa menjodohkan dengan putranya.

Gadis itu seolah mempunyai sihir tersendiri untuk mampu menarik perhatian orang lain. Apapun yang dilakukannya selalu menjadi perhatian publik.

Beliau sendiri berkenalan dengan Michelle secara tidak sengaja. Saat itu Bu Medi sedang mengikuti arisan bersama ibu-ibu khusu Indonesia di Amerika. Dan saat mengadakan acara tersebut di salah satu hotel, tiba-tiba saja nampak penampilan Michelle di layar kaca. Dan seketika itu pula mereka heboh.

“Eh, Bu. Lihat nih! Cantik sekali ya gadis ini.” unjuk seorang ibu begitu melihat penampilan Michelle di layar kaca membawakan sebuah lagu.

Mendengar komentar itu, seorang ibu lain menyela,

“Eh, konon kabarnya, ia masih keturunan Indonesia loh. Dan kabarnya pula ia masih fasih berbahasa Indonesia walaupun lahir dan besar disini.”

“Ah masa sih. Anakku aja yang lahir di Indonesia susah loh ngomong Indonesia. Ini lahir besar di Amerika malah lancar berbahasa Indonesia. Wah, benar-benar hebat.”

“Coba saja aku punya anak bujang. Sudah kujodohkan dia dengan anakku.” lanjut seorang ibu lainnya.

Tiba-tiba, tanpa sengaja terdengar suara panggilan telepon, dan Bu Tejo segera menjauh.

“Ya. Hallo! Ada apa Nak?”

“Eh, Bu. Jangan keras-keras membicarakan si Michelle itu. Nggak enak sama Bu Tejo.” ucap seorang ibu berbisik.

“Memangnya kenapa Bu? Pantesan dari tadi Bu Tejo ini nggak bersuara.”

“Bu, dengerin nih. Michelle itu….”

“Michelle itu…”

Seorang ibu tampak tak sabaran.

“Iya. Michelle itu kenapa?”

“Michelle itu….anak Bu Tejo.”

Seketika mereka semua terperangah. Tak siap menerima kenyataan sesungguhnya bahwa gadis yang mereka idolakan itu anak dari salah satu geng arisan mereka.

Sontak mereka riuh. Semua berlomba mendapatkan hati Bu Tejo.

Sekembalinya Bu Tejo, beliau heran mendapati reaksi yang tidak biasanya dari teman-temannya. Seakan mereka menjadi lebih over terhadapnya.

“Eh, Bu. Ada apa ini?”

“Bu, Bu Tejo. Michelle itu anak Bu Tejo ya?” ucap teman-teman nya itu seraya tersenyum manis. Bahkan jauh lebih manis dibanding biasanya. Sementara Bu Tejo sendiri hanya bisa tersipu-sipu malu.

Singkat kata, dengan segala upayanya akhirnya Bu Medi berhasil mendapatkan hati Bu Tejo dan berhasil pula membawa Michelle kembali ke tanah air. Besar harapannya agar Andri anaknya bisa berjodoh dengan Michelle. Satunya cantik dan pintar, sedangkan anaknya tampan plus pintar juga. Dokter. Pasangan yang klop sudah.

Namun, malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Baru beberapa hari kedatangan Michelle ke rumah ini, tiba-tiba saja tingkahnya menjadi sedikit aneh. Pemarah, temperamen dan mudah tersinggung. Bahkan hanya gara-gara persoalan kecil pun sudah cukup membuatnya murung sepanjang hari. Dan bahkan puncaknya, ia diketahui sedang memadu kasih dengan mahluk tak kasat mata.

“Ibu!” serunya seraya menangis sedih saat diketahuinya perutnya yang awalnya rata dan cantik tiba-tiba berubah buncit dan berisi. Begitu pula wajahnya yang halus dan lembut tiba-tiba berubah menjadi kasar dan berbintik-bintik, serta sedikit berbulu.

Diketahui belakangan, bahwa Michelle mengandung anak genderuwo yang dulu menyetubuhinya. Sosok genderuwo yang dalam pandangan Michelle adalah dokter Andri yang tampan dan lembut.

Mendengar kenyataan itu, sontak Michelle berubah menjadi gadis yang pemarah dan mudah tersulut emosinya.

Sempat terpikir untuk aborsi. Namun janin itu terlalu kuat mengakar pada rahimnya. Dan menurut orang pintar, membunuh bayi itu sangat beresiko. Bisa-bisa bukan janin itu yang terbunuh, tapi nyawa Michelle pun terancam.

“Jadi, saran saya, pertahankan janin itu. Tunggu sampai ia lahir sendiri.”

“Resikonya terlalu berat bagimu Nak.”

Dan kini, mereka berencana membawa pulang Michelle ke Amerika.

Sempat terbersit kekhawatiran akan datangnya musibah yang jauh lebih besar. Namun tak ada salahnya tetap mencoba walaupun dia tahu resiko itu selalu ada. Apalagi Michelle sendiri sangat menyetujui usul itu.

“Bagaimana Michelle? Apa kamu siap?” tanya Bu Medi hati-hati. Ia takut dengan kondisi psikis Michelle yang labil.

Michelle diam. Ia tak langsung menjawab. Hanya saja tatapan matanya dan anggukannya yang lemah mengatakan ia siap.

“Baiklah Michelle. Tapi kita masih menunggu persetujuan Kong Bitun dulu. Beliau lebih paham mengenai hal ini.”

“Iya Bu.”

“Belum tidur Bu?” sapa dokter Andri menyapa Bu Medi yang masih tampak termangu di ruang tamu.

Bu Medi sesaat memandang putranya, yang datang dengan wajah sama sepertinya. Terlihat rona lelah dan khawatir terpancar disana.

Seraya tersenyum, beliau memanggil putranya.

“Sini Nak. Temani Ibu.”

Dokter Andri pun duduk menghadap televisi, benda yang sedari tadi menemani ibunya, namun kehadirannya seolah tak dianggap. Pikiran Bu Medi sendiri lebih terarah pada kondisi Michelle saat ini.

“Dulu, ibu ingat sekali. Kalau pas malam begini tak bisa tidur, pasti ayahmu akan menemani ibu disini.”

“Lalu, apa yang kalian lakukan?” tanya dokter Andri. Ia tak ingat betul peristiwa sepuluh tahun silam.

“Ya….ngobrol-ngobrol saja untuk membunuh sepi. Hingga akhirnya kami mengantuk dan tertidur bersama.”

“Di sini?”

“Ya. Di sini.”

Sedang asik mereka mengobrol, tiba-tiba terdengar suara berisik dari ruang dapur. Terdengar bunyi piring dan sendok saling beradu. Kasar dan buru-buru.

“Bu!” seru dokter Andri tertahan.

Sesaat mereka saling pandang. Seolah saling mencari jawaban.

“Apa itu suara kucing?” tanya Bu Medi pelan. Hampir berbisik.

Dokter Andri menggeleng.

“Tak mungkin Bu. Aku tak pernah memelihara kucing disini.”

Sesaat mereka diam. Mendengarkan suara apalagi yang ada.

Dan beberapa saat kemudian, terdengar lagi suara berisik itu diiringi gerengan-gerengan lirih.

“Hghghghhhrrrrr….”

“Hghghghhhrrrrr….”

“Ndri…jangan-jangan…..?

Dipandangnya wajah anaknya dengan penasaran.

” Ayo kita lihat Bu.” ujar Andri menuntun tangan ibunya. Sesaat wajah wanita setengah baya itu meragu, namun dikatakannya juga tarikan tangan itu.

Dan dengan langkah berjingkat mereka berjalan pelan. Hampir tanpa suara mereka melangkahkan kaki ke dapur.

“Sssstttt…” ujar Bu Medi mendapati tangan anaknya hendak meraih tombol lampu dapur.

Kembali dilangkahkannya kaki, dan seketika begitu sampai disana, mereka terkejut. Karena…

Karena tampak Michelle sedang melahap semua masakan yang tadi belum habis di meja makan. Dan bukan hanya itu, Michelle bukan makan dengan posisi wajar. Seluruh tubuhnya naik ke atas meja. Dia makan dengan sangat lahap dengan posisi jongkok di meja.

“Krauk, krauk, krauk!”

Lahap Michelle mengunyah ayam beserta tulang-tulangnya. Begitu juga sayur dan nasi yang habis tak bersisa dari tempatnya. Sementara sayur dibiarkannya begitu saja tanpa tersentuh sedikitpun.

Tak dihiraukannya bajunya yang acak-acakan memperlihatkan pakaian dalamnya serta kulit tubuhnya yang putih menggoda.

“Michelle!” seru Bu Medi melihat tingkah Michelle yang semakin tak terkendali.


Pelet Hitam Pembantu

Pelet Hitam Pembantu

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Sekonyong-konyong sebuah tas pakaian besar sarat isi menimpa tubuh mungil wanita berambut sebahu itu. Tak dikancingkannya retsleting dengan benar, hingga sebagian isinya berhamburan keluar. "Aduh!" Wanita itu urung menutup wajah dan tubuhnya dari lemparan tas besar, hingga sempat mengenainya dan membuat tubuhnya tampak sesaat limbung, dan kemudian terjatuh duduk dengan lutut menghantam aspal jalanan. Penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera simak cerita dibawah ini.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset