Pelet Hitam Pembantu episode 34

Chapter 34

“Mbok! Tolong Mbok!” seru Bu Medi lega melihat Mbok Minah yang tampaknya baru saja terbangun dari tidurnya.

“Ada apa ini Bu? Apa yang harus saya lakukan?” serunya seraya memperhatikan sosok-sosok didepannya.

“Nanti saya ceritakan. Sekarang tolong Mbok ambilkan air panas dulu saja. Andri terluka Mbok.”

“Baik Bu.” ucap Mbok Minah langsung setengah berlari ke dapur dan kembali dengan sebaskom air hangat.

“Tolong dikompres bagian yang terluka ya Mbok!” ujar Bu Medi lagi pada Mbok Minah, yang langsung diiyakan tanpa banyak bicara.

Sementara Mbok Minah tampak sibuk membersihkan luka-luka di tubuh dokter Andri, Bu Medi menghampiri Laras yang tergeletak tak sadarkan diri.

“Nak! Bangun Nak. Ini ibu.”

Dibangunkannya tubuh anaknya yang masih berbalut mukena putih bersih. Terlibat sedikit debu menempel akibat pertarungannya tadi dengan Michelle.

Diusapnya kepala anaknya itu dengan penuh kasih sayang. Diangkat dan dibelainya dengan lembut, seraya berkata.

“Terima kasih ya sayang. Berkatmu, kita masih bisa hidup sampai saat ini. Ibu nggak bisa bayangkan, bagaimana jadinya jika kamu tadi tak buru-buru muncul.” bisiknya pelan dengan air mata menetes haru.

“Bisa jadi, saat ini kami hanya tinggal nama saja Nak. Terima kasih ya sayang.”

Dikecupnya kening Laras pelan.

Sesaat mata Laras berkerjap-kerjap. Dibukanya matanya pelan.

“Bu….”

Dilihatnya anaknya bangun, bukan alang- kepalang senang hatinya.

“Laras? Kamu sudah bangun Nak?”

Diangkat lagi dan kembali diciuminya wajah Laras yang terlihat sangat lelah. Letih menghantui seluruh persendiannya.

“Sudah bangun Non?” sapa Mbok Minah yang sudah selesai membersihkan tubuh dokter Andri. Dan kini terlihat dokter muda itu duduk bersandar pada meja kayu.

“Mbok, tolong air hangat lagi.” ujar Bu Medi pada Mbok Minah.

“Nggak usah Mbok. Biar aku saja yang membersihkannya.” ucap Bu Medi begitu melihat Mbok Minah mengambil washlap untuk mengelap tubuh putrinya.

Setengah jam kemudian, setelah dokter Andri dan Laras tampak beristirahat dan sudah mulai pulih tenaganya.

“Ras. Bagaimana keadaannya?” ujar dokter Andri pada Laras.

“Sepertinya sudah mendingan. Hanya saja sekarang mengecek tubuh fisiknya saja. Soalnya tadi aku agak keras memukulnya.” ujar Laras seraya menunjukkan bekas pukulannya yang tampak membiru.

“Apa itu tak apa-apa?” tanya Andri begitu melihat bekas pukulan Laras yang membiru di tubuh Michelle yang bule.

“Seharusnya sih…nggak papa. Paling tunggu beberapa hari juga hilang bekasnya.”

“Kalau rasa sakitnya?”

“Ah….aku tak tahu kak. Mungkin kakak perlu mencoba biar tahu rasanya.” ujar Laras seraya menggosok-gosokkan tangannya.

“Enggak Laras! Enggak!” ujar dokter Andri seraya beringsut pergi. Sementara disana, ibu dan Mbok Minah tampak tertawa geli melihat Laras menggoda kakaknya.

“Jadi teringat masa kecil ya Bu?”

Jam tujuh sudah berlalu. Mereka semua tampak sudah rapi dan siap beraktivitas. Namun, langkahnya berhenti sesaat terdengar erangan lirih dari Michelle yang masih tergeletak di lantai keras.

“Uuuh,…uuuuuh…”

Tampak tubuh gadis bule itu menggeliat-geliat. Mbok Minah yang sudah selesai berbenah tampak mendekat.

“Non. Non Michelle.” ucapnya seraya berjongkok mendekat.

“Mboook…ini dimana Mbook?”

“Tenang Non. Tenang. Non sudah aman.”

Disaat yang sama melintas Bu Medi. Sekilas tampak wajahnya masih dibayangi ketakutan.

“Mbok! Mbok Minah!”

“Iya Bu.”

Sesaat dilihatnya Michelle dengan hati-hati.

“Michelle?! Kamu sudah sadar?” tanyanya lagi.

“Memangnya aku kenapa Mbok? Apa yang terjadi?”

“Kenapa baju saya pada sobek begini? Apa yang terjadi?” tanya Michelle dengan penasaran.

Bu Medi mendekat. Disentuhnya lengan Michelle lembut. Antara takut dan kasihan.

Dicubitnya pipi Michelle yang tampak putih kemerahan.

“Aukh!” jeritnya saat cubitan itu mendarat. Tepat di bekas baretan sisa semalam.

“Jadi kamu sudah sadar betul? Alhamdulillah…. Michelle.”

Dipeluknya tubuh Michelle yang masih belum sadar betul apa yang sesungguhnya telah terjadi.

“Andri? Laras? Michelle sudah sadar Nak.”

Dengan tergopoh-gopoh kedua anaknya itu datang dan mengerumuni Michelle yang tampaknya memang sudah sadar.

“Benar kamu sudah sadar Michelle?” ujar Laras mendapati Michelle dan ibunya tampak bercakap-cakap akrab.

Tanpa menjawab, Michelle hanya tersenyum dan mengangguk.

“Alhamdulillah Michelle. Akhirnya aku bisa tenang.” ujarnya lagi seraya memeluk tubuh Michelle.

“Aukh! Pelan-pelan dong. Sakit nih!” ujar Michelle yang ditanggapi tawa oleh Laras.

“Tapi, bagaimana kamu tiba-tiba bisa sadar begini?”

Tiba-tiba, Laras teringat gumpalan darah yang semalam terlempar dari tubuh Michelle akibat pukulannya.

“Hei! Lihat ini! Perutku sudah kempes.” sorak Michelle kegirangan. Diputar-putarnya badannya untuk menunjukkan porsi badannya yang tampak sehat dan ramping. Sementara Bu Medi dan Mbok Minah tampak senyum-senyum melihatnya. Dalam hati, jauh di lubuk hatinya, mereka bersyukur atas kesembuhan Michelle barusan.

“Tapi Michelle!” potong dokter Andri menahan Michelle yang masih saja berputar-putar.

“Ya?!” ucap Michelle seraya melongo, yang membuat wajahnya tampak imut menggemaskan.

“Nanti kamu ikut ke rumah sakit. Kita periksa rahimmu kembali.”

“Aku khawatir, dia tidak sepenuhnya pergi.”

“Siap pak Dokter,”

“Sebentar. Sebentar Kak!” ujar Laras.

Ditatapnya wajah Mbok Minah yang juga masih terduduk di ruangan itu. Yang ditatap pun balas menatapnya pula.

“Mbok!” ujar Laras.

“Ya Non.”

“Mbok tadi yang membersihkan darah disini?” tanya Laras menyelidik.

“Iya Non. Karena tadi kotor dan amis, maka saya berinisiatif membersihkannya. Takutnya nanti Non dan Ibu marah kalau saya tak lekas membersihkannya.”

“Lalu, Mbok singkirkan kemana?”

“Tadi saya bungkus kertas, lalu saya buang ke tempat sampah di belakang sana.”

Sesaat tampak Laras berpikir keras. Kembali ditatapnya wajah wanita tua itu.

“Mbok!”

“Ya Non.”

“Tadi, Mbok lihat ada yang aneh nggak dari gumpalan itu?”

Sesaat tampak Mbok Minah mengernyitkan kening. Beliau berpikir keras akan penampakan benda aneh yang berbentuk gumpalan darah tadi.

“Non.”

“Ya. Ada apa Mbok?”

“Benda tadi. Kalau diperhatikan sesaat memang tampak nggak ada beda. Hanya saja…”

“Hanya saja…”

“Apa Mbok?” tanya Laras tak sabaran.

“Hanya saja bentuknya sepertinya ada mahluk hidup disana. Tampak seperti apa gitu. Mirip-mirip tikus atau apa gitu Non.” ujar Mbok Minah menerangkan.

“Apa dia bergerak Mbok?”

“Ya. Iya Non. Dia tampak bergerak-gerak. Menggeliat. Seperti sedang mencari sesuatu.”

“Ngomong-ngomong, benda itu apa Non?”

Sesaat tampak Laras terhenyak. Lalu, tanpa menjawab pertanyaan Mbok Minah, Laras berseru,

“Lalu, sekarang dimana benda itu Mbok? Ayo kita cari…”

“Ayo Non. Tadi saya buang ke tong sampah di belakang.”

Segera saja mereka berdua memburu ke belakang rumah.

Namun, alangkah terkejutnya saat mereka mendapati tempat sampah itu sudah berlumuran darah. Dan tak ada lagi benda itu disana. Tempat itu tlah kosong.

“Sepertinya sudah ada yang mendahului kita Mbok!” kata Laras yang mendapati tempat itu sudah berantakan. Tampak noda darah dimana-mana. Amis, kotor dan bau.

“Huekkkkk!”

Terdengar suara muntah dari Bu Medi yang sudah datang dan langsung mual melihat pemandangan itu.

“Ibu pergi saja dulu Bu. Menyingkir!” ujar Laras pada ibunya. Sementara itu dokter Andri pun sudah tiba, lengkap dengan masker hijaunya.

“Non!” seru Mbok Minah pula terpekik. Kaget mendapati kenyataan bahwa benda kecil itu telah lenyap dari tempatnya semula.

“Apa yang terjadi Non?”

“Apa yang sesungguhnya terjadi?”

Laras tak menjawab. Hanya nafasnya terdengar sesak. Lalu, setelah mengambil nafas panjang, dia berujar pelan.

“Dia….dia mencari inang baru Mbok.”


Pelet Hitam Pembantu

Pelet Hitam Pembantu

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Sekonyong-konyong sebuah tas pakaian besar sarat isi menimpa tubuh mungil wanita berambut sebahu itu. Tak dikancingkannya retsleting dengan benar, hingga sebagian isinya berhamburan keluar. "Aduh!" Wanita itu urung menutup wajah dan tubuhnya dari lemparan tas besar, hingga sempat mengenainya dan membuat tubuhnya tampak sesaat limbung, dan kemudian terjatuh duduk dengan lutut menghantam aspal jalanan. Penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera simak cerita dibawah ini.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset